Rumahku berantakan. kamarku tak layak huni. Hatiku hancur. Permainan dunia membawaku jatuh kedalam keputusasaan. I’m feeling lonely. tinggal jauh dari siapapun. Nihil motivasi. Rasanya, ingin sekali kuahiri. Kenapa tuhan begitu kejam denganku? Kenapa aku dilahirkan? Membawa beban yang harus kupikul sendirian. Aku tau semua orang punya masalahnya sendiri. Tapi tidak semuanya punya tempat untuk bercerita. Sebegitu egoiskah tuhan. Menciptakan sesuatu dan memaksakan untuk taat padanya. Bermain catur tanpa lawan. menempatkan bidaknya pada panggung teater yang dipenuhi dengan dusta.
Rambutku sudah terpotong setengah. Mataku sudah sangat berat untuk sekedar mengintip keluar. Air matapun belum sempat mengering. Seandainya aku tidak memberikan hatiku. Seandainya dulu aku memilih untuk tetap pada rutinitas membosankan itu. Di selang keributanku dengan diri sendiri. Seseorang berdiri tak jauh dari tempat tidurku. Sejak kapan disana? siapa? Darimana datangnya?
Hodie Redvelvet yang kukenal. Kepalanya ditutupi tudung. Pandanganya seolah olah sedang menatap sesuatu yang menjijikan. hahaha, ya betul. memang semenjijikan itu aku, sampai-sampai tak diizinkan mendapatkan kehidupan yang bahagia. Dan tak pantas dicintai.
“Kenapa kamu?” Tanya orang itu. Suaranya perempuan. “Hatiku sakit, kenapa aku harus mengalaminya?, Tidak bisakah orang bersikap lembut padaku?, Tidakah kau merasa kasihan padaku?” “Pffttt” Seringai ejekan dapat kulihat dari raut wajahnya. “Bersikap lembut?, Kepadamu?, Kasihan? hahahaha” “Kenapa kau sekejam itu sampai menertawaiku?” Aku mulai berteriak kepadanya “Jika tidak peduli padaku maka pergilah” “Pergi?”
Kenapa pandangannya seperti marah padaku?
“Kau yang memanggilku kesini. Bukankah kau yang membutuhkanku?” Aku ikut menyeringai “Aku, sama sekali tidak membutuhkanmu!”
Dengan cepatnya dia mendekat. Menarik lenganku dengan keras. Sepertinya dia sangat marah dengan jawabanku. “Kau yang sampai sebegininya tidak mencintaiku, mana bisa dicintai orang dengan tulus” Sarkasnya Tangannya menggenggam tepat di sayatan yang baru saja kubuat. Ini sangat menyakitkan. Darah yang tadinya tertahan mengalir sebegitu derasnya sekarang. “Untuk apa aku mencintaimu?” Aku membalas dengan teriakan. “Kau sudah MATI jika tidak bersamaku!” “Maka biarlah… Biarkan aku mati sekarang. Kau yang sejak dulu membiarkanku hidup menderita. Dengan banyaknya omong kosong yang terus meyakinkanku. Kau membuatku seperti orang bodoh yang mempercayai hal yang tidak ada! Apa itu tuhan? Adakah dia? Dimana dia sekarang? Apa dia peduli padaku?”
“Aww” Dia menarik rambutku dengan sangat kencang. “Sebegitu munafiknyakah dirimu sekarang? Kau pikir darimana nafasmu berasal?. Dari apa hatimu terbuat. Bagaimana kau bisa berfikir?. Kenapa hati diciptakan?, Kau pikir siapa yang menciptakanmu?” “AKU TIDAK MINTA DICIPTAKAN!” potongku “YOU ACCEPT IT” “NO!”
“Kau kira sebelum kau diciptakan kau tidak ditanya?, Kau bahkan sudah ditanya 77x sehari oleh malaikat. Dan keberadaanmu membuktikan semua jawabanmu” Akupun menertawai jawaban itu. “Darimana kau dapat teori itu?. Memangnya kau malaikat?” Lantas diapun menjauh. Menghampiri meja belajar coklat dan mengambil salah satu buku yang sudah berantakan, lalu melemparnya kearahku.
Mau tak mau kubuka buku itu. Buku harian yang selalu kuanggap sebagai teman cerita. Entah kenapa, aku sangat ingin membuka halaman yang beberapa hari lalu baru saja kutulis. Dari judulnya saja aku tau akan diarahkan kemana. Aku tertawa kecil membaca tulisan dari sumber mana aku pelajari isinya. Kementrian agama RI.
PERJANJIAN MANUSIA DENGAN RABBNYA
Sebelum lahir kedunia, manusia sudah mengadakan perjanjian dengan allah ta’ala. Begitu ruh ditiupkan, itulah allah kemudian membuat perjanjian. Dengan setiap hambanya. Lantas apa perjanjian yang terjadi antara allah dan hambanya?
Saat usia kandungan sudah 4 bulan. ruh sudah masuk. Allah menyampaikan tawaran kepada kita untuk berkomitmen kepada allah. Maka kata allah. Siapkah menjadikan saya sebagai tuhan yang kamu sembah? Maka dengan itu, saya akan penuhi semua kebutuhanmu, kamu minta akan saya beri, kamu sakit saya sembuhkan, kamu butuh saya anugrahkan, kamu ingin saya persembahkan, kamu ingin rezeki saya tampilkan, kamu salah saya maafkan, kamu dosa saya ampuni. Maka kita katakan “Yaallah saya siap tanpa keraguan, kami yakin. Dan yaallah mohon nanti saat terlahir kabulkan setiap kebutuhan kami. kalau kami butuh kami akan minta, kalau kami sakit akan mohon disembuhkan, kalau kami salah akan mohon dimaafkan, kalau kami berdosa kami mohon diampuni ya allah”
Tiap aksara yang ditulis tangan itu mengingatkanku akan hari itu. Hari saat aku bertanya dengan biasa adakah tuhan. “Lalu sekarang apa?. Keadaanku tidak membaik sama sekali” Ucapku “Bisakah kau lihat dari sisi baiknya?” “Sisi baik?, AKU TIDAK MELIHAT KEBAIKAN SEDIKITPUN DISINI. lihat, kau bahkan tidak peduli padaku sama sekali. tidak ada yang peduli padaku” “Memangnya kau peduli padaku?, kau saja tidak melihat cintaku, kau bahkan meremehkanku, sadarkah kau sering sekali melukaiku bahkan hampir mencelakaiku. Tapi aku tetap bersamamu sampai sekarang”
Aku hanya terdiam mendengar jawaban itu.
“Kenapa kau diam?, ucapanku benar kan. Tidakah kau merasa lega sekarang. Mau sekeras apapun kau menyangkalnya, aku akan tetap mengetahuinya. Penyesalanmu itu sia-sia. Lihat orang yang kau cintai sekarang. Dia bersama orang lain. Tidakah kau melihat kebaikan tuhanmu disitu. Mau secinta apapun dirimu padanya, seserius apapun kau menjalani hubungan dengannya. Sesuatu yang tidak baik akan selalu berakhir buruk. Dengan syarat tetap meninggalkan sejuta pelajaran yang akan kau bawa kedepannya”
“hikss… Aku sangat mencintainya” “Tuhanmu lebih mencintaimu, dia menjauhkanmu dari seseorang yang hanya akan menjadi kehancuran untukmu” “Kenapa dia begitu kejam padaku” “Dia hanya menjadi kunci untuk membuka sesuatu yang terpendam dalam dirimu” “Aku sangat berharap dia bisa berubah” “Berharap kepada manusia hanya akan menciptakan luka” “Aku sangat mencintainya” “Cobalah mencintaiku dulu dan kau akan bahagia ” “Aku sangat mencintainya hikss….” “Cintai aku dan kau akan melupakannya” “Aku tidak bisa melupakannya” “Maka ingatlah kecemburuan Rabbmu”
Aku menangis dengan kencang sampai ingin sekali berteriak. Namun suaraku sama sekali tidak keluar. Dadaku mulai sakit dan mataku lelah. “Lakukan apa yang bisa kau kendalikan. Perlakuannya kepadamu sudah diluar kendalimu. Maka menyesalpun akan menjadi hal yang sia-sia. Kau sudah melakukan yang terbaik yang kau bisa. Perlakuan yang akan kau dapatkan sudah bukan urusanmu. ingat? cinta itu keikhlasan”
Perlahan semuanya mulai kabur dan menjadi gelap.
—
Sinar sang surya mulai menembus dari sela-sela jendela. Menyinari tepat ke arah mataku. Kupejamkan lebih erat dan membukanya perlahan. Masih sangat berat. Kurasa mataku sipit sekarang. Aku mencoba berdiri dan berjalan ke arah kaca. Yang kulihat hanya wanita menyedihkan dengan hodie redvelvet bertudung. “Kau buruk sekali” ucapku
Kupegang rambut yang terpotong berantakan. Memperlihatkan luka sayatan di tangan kiri. Darahnya mengering kemana mana. Tapi aku tidak begitu peduli dengan itu.
“Cobalah mencintaiku dulu dan kau akan bahagia” Kata itu selalu terngiang di kepalaku. Kudengar suara anak kecil dan ibunya melewati halaman rumahku. Mengintip dari jendela. Aku hancur untuk yang kedua kalinya. Air mataku mengalir lagi. Seandainya aku bisa berjalan disamping ibuku. Pasti seru. Saat aku kembali rumah. Disambut dengan senyuman dan pertanyaan, Gimana hari ini?.
Aku mulai mengharapkan perempuan berhodie itu datang lagi. Aku ingin sekali sebuah pelukan. Dep. Jatungku rasanya hampir berhenti. “Aku ada disini. Selalu. Aku akan menjadi apapun yang kau mau. Aku sangat mencintaimu”
Dia benar-benar datang dan memeluku. Hanya dia. Padahal aku sudah melukainya. aku memejamkan mata. Sebentaaar saja, hanya untuk merasakan pelukannya. Setelah merasa tenang. Aku mengambil peralatan P3K di lemari. Mengobati luka di tanganku. Sedikit perih. Dipikir lagi. Aku menyesali tindakanku. Padahal aku secantik ini. Tapi Ternodai dengan luka yang tidak berarti apa-apa.
Akupun memutuskan menutup luka itu dengan perban. Sebagai penanda bahwa aku telah menutup luka itu, dan akan memulai kehidupan baru. Kupakai maskerku dan mengambil kunci motor di meja. Sempat ragu untuk keluar. Tanganku sedikit gemetar saat akan membuka pintu.
Kutegarkan hatiku. Kutetapkan niatku. Dan setelah pintu terbuka. Angin begitu saja melewatiku. Seakan membawa ketenangan jiwaku. Mengendarai motor sampai ke salon. Ya… aku ingin merapikan rambutku. Seberantakan ini, mungkin aku cukur saja seperti dora. Kutunjukan potongan bob di ponselku kepada pegawai salon itu.
—
Kamarku benar-benar seperti kapal pecah. Gelap gulita. Kugeser kain yang menutupi jendela. Sekarang terlihat sangat jelas seberantakan apa kamarku. Buku berserakan dimana mana. Album fotoku dengannya yang kusobek sobek. Barang-barang darinya seperti boneka dan baju-baju. Ini seperti kamar psikopat. Sebuah pisau menusuk boneka itu. Dan wawww ternyata darahku sudah mengotori lantai.
Jika polisi melihat ini, mungkin aku sudah dicurigai sebagai pembunuh. Sebelum mulai bersih-bersih. Kulihat diriku di cermin. Cantik juga dengan model rambut ini.
Aku ambil semua buku yang berserakan. Menatanya lagi ke tempat seharusnya. aku mengambil plastik besar untuk menjadi wadah boneka dan albun memori itu.Tidak lupa bajunya juga. Kubuang ke tempat sampah. Sejujurnya ingin kubakar, tapi itu tidak ramah lingkungan. Aku sapu lantainya agar bersih dan aku pel juga supaya kinclong.
Kini sudah terlihat seperti tempat tinggal. Azanpun berkumandang. Aku memantapkan niatku dan mengambil air wudhu. Dengan ini. Kunyatakan berdamai dengan keadaan. Perempuan dengan hodie itu akhirnya tersenyum padaku. “Mentang-mentang rambut baru, jadi ngaca terus” Monologku.
Cerpen Karangan: Felisya