Diceritakan ada sebuah kota Metaverse bernama Kota Meta, hidup seorang remaja laki-laki bernama Hakim. Dalam metaverse tersebut dia berprofesi sebagai mahasiswa dan juga disjoki (DJ). Dia berkuliah di Universiitas Digiverse, selain berkuliah dia juga sering menjadi seorang disjoki di acara musik seperti Tomorrowland dan Ultra Music Festival.
Pada suatu pagi dia pergi untuk kuliah dengan menggunakan motor listrik yang bisa terbang. “Haduh, hari ini aku bangun agak siang. Mungkin karena keadaan di sini selalu dingin, membuatku tidur lebih pulas dan lama. Tapi aku tak perlu khawatir karna motor ini dapat melaju pada kecepatan 80-100 Km/jam saat di jalanan dan 60-70 Km/jam saat terbang.”
Motor listrik milik Hakim juga punya kecanggihan lain, yaitu bisa dinyalakan menggunakan sidik jari dan smartphone alias tanpa harus menggunakan kunci. Motor milik Hakim memang bukan motor amfibi seperti punya orang lain, namun Hakim tetap bangga punya motor yang punya sayap dan bisa digunakan untuk terbang.
Saat di jalan menuju kampus, Hakim merasa takjub dengan kotanya. Dia melihat yang ada di hadapannya dan sesekali menengok ke kanan dan kiri. Dia melihat gedung dengan macam-macam kecanggihan antara lain, gedung yang dapat memantulkan cahaya dengan otomatis ke arah tanaman, gedung yang mempunyai basement parkir di lantai tengah gedungnya yang dapat terbuka otomatis untuk memudahkan parkir bagi karyawan yang menggunakan mobil atau motor terbang dan ada juga gedung yang dapat berubah ketinggiannya sesuai dengan jumlah karyawan yang akan bertambah setiap tahunnya.
Selain gedung, Hakim juga takjub dengan hal lain yang ada di sekitarnya, di antaranya halte bus yang mempunyai atap panel surya untuk sumber listrik yang akan disalurkan langsung ke lampu halte, lampu jalan di sekitarnya dan colokan listrik yang ada di halte dan di halte juga terdapat kran air di sampingnya yang bisa langsung diminum airnya. Tak hanya itu bahkan ada beberapa halte yang mempunyai videotron atau running screen di atap atau belakangnya yang menampilkan iklan. Semua papan nama halte pada halte tersebut sudah menggunakan running text, tidak menggunakan papan besi lagi.
Kendaraan-kendaraan yang melintas bersama Hakim sudah berbahan bakar listrik semua yang sama sekali tidak menimbulkan suara bising maupun polusi dan ada juga yang mengubah mode kendaraannya ke mode terbang, mereka mungkin bosan berkendara di jalanan dan ingin merasakan terbang bebas di udara. Ada satu kendaraan umum yang membuat Hakim kagum bernama Hyperloop. Kendaraan tersebut menghubungkan antar kota dan daerah, bentuknya diibaratkan gabungan kereta dan pesawat jet. Hyperloop berbahan bakar listrik sama seperti kereta di dunia nyata, hanya saja yang membedakannya adalah kendaraan ini sama sekali tidak menapak di rel alias melayang di udara. Hal tersebut terjadi karena Hyperloop memiliki ratusan magnet beraliran listrik yang ada di bawahnya. Magnet bereaksi dengan rel yang ada di bawahnya. Bentuk rel untuk Hyperloop pun sedikit berbeda dengan kereta, relnya hanya berupa lempengan besi tipis dan ringan yang membentang di kiri dan kanan tanpa palang di tengahnya. Letak lintasan Hyperloop ada di pinggir jalanan dan memiliki ketinggian kira-kira setengah dari gedung perkantoran. Kemudian hal canggih lainnya adalah semua jalanan di kota didesain ramah lingkungan dan menyerap genangan air.
Tak lama kemudian, Hakim pun sampai di kampusnya. Kampus Hakim pun memiliki fasilitas yang tak kalah canggih dengan gedung lain yang ia jumpai di jalan. Kampusnya memilki ruang kelas yang dapat berpindah ke bawah layaknya lift, maka dari itu lift dan tangga sudah tidak ada di kampusnya. Fasilitas lainnya yaitu lapangan sepak bola di depan kampus yang bisa berubah jadi area parkir dan bisa diatur luasnya sesuai kebutuhan. Kampus Hakim juga memilki lampu di setiap ruangan yang akan menyala otomatis saat malam tiba atau saat gelap karena mendung. Atapnya juga terdapat panel surya yang mana bisa digunakan untuk pasokan listrik cadangan jika listrik padam.
Hakim pun sampai di kelasnya namun, dia masih memainkan ponselnya karena kelasnya belum dimulai. Dia berniat membeli sebuah sepatu di toko online Metashop. “Hmm desain sepatu ini sepertinya ramah lingkungan dan futuristik, aku rasa aku akan membelinya sekarang.”
Fitur sepatu yang dibeli Hakim pun lumayan canggih, seperti super ringan, anti terbakar dan anti basah. Namun ada 2 fitur yang paling canggih dari sepatu tersebut yaitu ukurannya yang bisa menyesuaikan si pemakai dan di bawahnya terdapat puluhan pegas yang berfungsi untuk membantu pemakainya agar melompat lebih tinggi dari pemakai sepatu biasa. Sepatu itu nanti akan dipaketkan dan dikirimkan menggunakan drone untuk paket pengiriman ekspres atau robot yang mirip dengan line follower untuk paket pengiriman reguler.
Kemudian Hakim masuk ke kelasnya, meja-meja di kelas hakim pun sudah lebih canggih dari meja yang pernah ada pada zaman sebelumnya. Bagian atas meja tersebut terbuat dari kaca namun, itu bukan kaca biasa melainkan adalah layar sentuh layaknya smartphone. Meja tersebut bisa digunakan untuk mengakses browser dan youtube yang akan memudahkan para mahasiswa dalam mencari tambahan materi pembelajaran. Selain itu, mereka bisa menggunakan meja tersebut untuk mengerjakan tugas di google docs, spreadsheet dan presentation, namun jika mereka mau mengerjakan secara offline mereka bisa menggunakan microsoft office yang sudah ada di dalam sistem operasi meja tersebut.
Tak terasa hari sudah menjelang petang, kelas pun berakhir dan Hakim harus segera pulang ke rumah. Hakim pun sempat berpamitan dengan temannya yang bernama Ziyeh. “Hakim bagaimana kabarmu?, kau masih menggunakan motor listrik lamamu?” “Sangat baik Ziyeh, ya aku masih nyaman menggunakan motor lamaku ya walau sudah sedikit tertinggal teknologinya.” “Gak papa yang penting masih bisa jalan, ku baru saja membeli sebuah jetpack. Jadi aku menggunakannya untuk bepergian ke mana-mana.” “Wow keren, pasti jetpack keluaran terbaru bertenaga listrik bukan?” “Betul kim, wah sepertinya sudah terlalu sore sebaiknya kita berdua harus segera pulang ke rumah.” “Wah kau benar juga, yasudah sampai jumpa hari senin kawan.”
Sesampainya di rumah Hakim pun langsung duduk di sofa sambil mengirim tugas lewat smartphonenya. Dia juga mengirimkannya ke data center kota, data center tersebut bisa digunakan para penduduk kota meta untuk menitipkan data mereka berupa tugas sekolah atau kuliah, berkas pekerjaan dan bahkan data rahasia. Data tersebut diproteksi oleh sistem cyber security tercanggih dan dapat menampung data hingga ratusan tera byte.
Sambil duduk, Hakim menghayal tentang bagaimana kehidupannya saat di masa depan. Sebenarnya di kota Meta terdapat sebuah toko yang mana menyewakan sebuah ruangan yang terdapat mesin waktu, mesin tersebut dapat membawa orang ke masa depan dan masa lalu. Namun, mesin itu hanya bisa dipakai untuk ke masa depan dan masa lalu dalam rentang waktu 5 tahun saja.
Hakim kemudian tersadar bahwa mau bagaimanapun masa lalu tidak akan bisa diubah, sama halnya seperti takdir yang hanya bisa kita lakukan adalah belajar dari kesalahan pada masa lalu untuk memperbaikinya di masa depan. Masa depan bukanlah hal yang harus kita ketahui tapi kita bisa mempersiapkan diri untuk menjalaninya saat masa itu datang. Baik atau buruk masa depan kita adalah hal yang biasa dalam proses kehidupan namun, setidaknya kita sudah berusaha.
Cerpen Karangan: Fahrizal Blog / Facebook: Fahrizalmubaroq Hanya laki-laki biasa yang memiliki minat tentang metaverse, multiverse dan luar angkasa.