Kanzia Nadhifa adalah namaku. Aku biasa dipanggil dengan sebutan zia. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Bisa disebut aku adalah anak terakhir atau anak bungsu. Aku masih duduk di sekolah menengah atas kelas 2. Aku bersekolah di SMAN 4 CILEGON.
Awal kejadian ini terjadi pada saat kelas 2 semester 1. Saat itu, saat aku datang ke kelas kondisi kelas masih sangat sepi karena biasanya teman-temanku berangkat lebih siang. Aku meletakan tasku di atas meja. Saat aku duduk, aku melihat ada sebuah kertas origami berbentuk burung, kertas itu berada di lokerku. Awalnyanya aku merasa biasa saja. tetapi saat aku hayati, sepertinya ada sebuah tulisan di dalamnya yang membuatku semakin penasaran. Karena penasaran aku pun langsung membuka lipatan origami tersebut.
“Aku akan menunggumu, saat tiba waktunya aku akan datang”. Tulisan di kertas itu membuatku bertanya-tanya. “Siapa yang telah mengirim lelucon seperti ini” gumamku.
“Selamat pagi zia” sapa seseorang yang membuatku terkejut. “Ah kamu bikin kaget saja” ucapku. “Kamu ini pagi-pagi sudah melamun saja! Mikirin apaan sih” tanya Rasha. “Bukan apa-apa kok, aku hanya sedikit pusing saja” ucapku berbohong. “Kalau pusing kenapa harus sekolah zi, lebih baik istirahat saja di rumah” timpal mira. “Tidak, palingan bentar lagi juga sudah sehat lagi” ucapku.
Bel masuk telah berbunyi, kami semua duduk dengan rapi dan siap menerima semua mata pelajaran. Saat bel istirahat berbunyi, aku pun melangkahkan kakiku pergi ke kantin. Aku sudah melupakan semua tentang origami tadi pagi. “Mungkin itu hanya orang iseng” pikirku sambil terus berjalan.
Tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku, sontak saja aku langsung membalikkan tubuhku menengok ke arah belakang. “Ini untukmu kakak” ucap seseorang yang sama sekali tidak aku kenal. Tetapi menurutku dia adalah siswa kelas 1. “Terimakasih” ucapku seraya meninggalkan orang tersebut.
“Wah dapat kiriman nih” goda Rasha. Aku tidak menjawab pertanyaan Rasha dan terus berjalan. Lagi-lagi kertas origami berbentuk burung-burungan. Dengan cepat kubuka lipatan origami tersebut. “30” isi kertas itu. Aku bingung. “Kenapa di kertas itu hanya ada angka 30? Apa maksud dari angka angka tersebut?” gumamku. Aku tidak ingin mengambil pusing, lalu aku menyimpan origami tersebut di dalam sakuku.
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Akupun pulang dengan perasaan damai dan tidak ingin memikirkan masalah origami tersebut.
Keesokan harinya, seperti biasanya aku berangkat lebih awal dibanding dengan temanku. Hari ini aku datang lebih pagi karena aku harus piket kelas, jika tidak aku akan dikenai sanksi. Saat aku meletakan tas di kursi, aku melihat kearah lokerku dan disana sudah ada sebuah origami berbentuk burung. Aku pun langsung membukanya. “VHSWHPEHU” isi kertas tersebut. “Ini apa sih! Kurang kerjaan banget” ucapku kesal.
Saat sahabatku datang, mereka melihatku dengan keadaan kesal, mereka juga heran melihat keadaanku berubah drastis. Lalu aku pun menceritakan semuanya pada mereka siapa tahu mereka bisa membantuku mencari tahu siapa yang mengirim burung-burungan ini.
Saat istirahat, seperti biasa aku pergi ke kanti. Saat di perjalananan ada seseorang yang memberiku kertas yang sama. Dia bukan orang yang kemarin memberiku kertas origami ini. “Siapa yang telah mengirim ini?” tanyaku. “Aku tidak melihat wajahnya” ucap orang tersebut. “Bagaimana mungkin, dia kan yang memberimu origami ini. Mana mungkin kamu tidak tau wajahnya” timpal Rasha. “Dia memakai masker dan topi di kepalanya, wajahnya tidak terlihat sama sekali” ucap orang tersebut. “Baiklah terimakasih” ucapku.
Setelah menerima kertas itu, aku langsung membuka kertas tersebut. “GDWDQJ NH SRKRQ FLQWD, GL VDQD NDX DNDQ PHQGDSDWNDQ MDZDEDQ PX!” isi kertas tersebut. “Ini seperti teka-teki” ucap Mira. “Iya benar, tapi apa isi dari teka-teki ini?” ucap Rasha bingung. “Aku juga tidak tau” ucapku.
Setelah pulang sekolah, aku dan teman-teman langsung pergi ke rumahku untuk menyelesaikan teka-teki itu. Setelah sampai di rumah, aku pun langsung mengumpulkan semua kertas origami yang kuterima selama ini. Aku susun semua kertas itu diatas meja, kertas-kertas itu ditata mulai dari kertas yang pertama kali kuterima hingga sampai ke kertas yang terakhir kali aku terima. “Ini teka-teki atau jebakan?” tanya Rasha. “Entahlah” ucap Mira. “Aku sepertinya aku pernah melihat teka-teki ini, tapi dimana yah” ucapku sambil mengingat. “Ya ampun, aku baru ingat dengan teka-teki ini. Aku pernah diajari oleh nenekku dan kutulis di buku diary” ucapku. Aku pun memulainya dari membuat sebuah huruf abjad dimulai dari huruf D sampai huruf C.
“30” kertas pertama (30). “VHSWHPEHU” kertas kedua (september). “GDWDQJ NH SRKRQ FLQWD, GL VDQD NDX DNDQ PHQGDSDWNDQ MDZDEDQ PX!” kertas ketiga (datang ke pohon Cinta, disana kau akan mendapatkan jawabanmu!). “30 september datang ke pohon Cinta, disana kau akan mendapatkan jawabanmu! Apa maksud dari kata itu?” ucap Rasha. “Aku tidak tau, sekarang tanggal berapa?” ucapku. “29 september” ucap Mira. “Berarti besok tanggal 30. Memang ada apa di pohon Cinta?” tanya Mereka berdua hanya menggelengkan kepalanya saja. “Satu-satunya cara yah kau harus datang zi” ucap Mira. “Apa ini bukan jebakan” timpal Rasha. “Itu bisa jadi” ucap Mira. “Terus apa yang harus aku lakukan sekarang?” ucapku. Mereka hanya menggelengkan kepalanya.
Keesokan harinya di sekolah, pada saat pulang sekolah aku pun langsung menuju ke pohon Cinta. Aku pergi kesana sendirian dan teman-temanku bersembunyi di dalam kelas. Setelah tiba di pohon Cinta, aku terus mencari-cari seseorang yang telah mengirimiku teka-teki seperti itu. Saat aku menengok ke arah pohon, disana terdapat sebuah kertas origami berbentuk burung juga. Aku pun langsung kertas tersebut. “OLKDW NH DWDV!” isi kertas tersebut. Lagi-lagi tulisan di kertas itu dengan menggunakan sandi, sandi itu berarti. “Lihat ke atas!”. Aku pun tanpa ragu menoleh ke arah atas. Di atas pohon tersebut terdapat sebuah kotak dan aku tidak tau sama sekali apa isi di dalam kotak tersebut.
Dengan susah payah kuambil kotak tersebut dan kubuka kotak itu, betapa terkejutnya aku saat aku melihat kotak tersebut. Isi kotak tersebut benar-benar membuatku ingin meneteskan air mata. Kotak itu ternyata berisi boneka mickey mouse yang selama ini aku inginkan.
“Siapapun yang telah memberikan ini, aku sangat berterimakasih” ucapku. Aku menengok kesana kemari mencari tahu siapa pengirim semua hadiah ini tapi hasilnya nihil. Aku pun kembali ke kelasku menemui teman-temanku dan menunjukan hadiah yang kudapat kepada mereka. Sebelum kembali kekelas aku juga menulis sebuah pesan dengan menggunakan sandi. “VLDSD SXQ NDPX, DNX LQJLQ PHQJXFDSNDQ WHULPDNDVLK EDQBDN :)” isi pesan yang kutulis. Arti dari pesan tersebut. “Siapapun kamu, aku ingin mengucapkan terimakasih banyak :)”.
Cerpen Karangan: Ayi Adista Blog / Facebook: Ayi adista