Duduk, memilih novel dan membacanya. Itulah aktivitasku setiap malam. Namun malam ini berbeda. Entah mengapa perasaanku tidak enak.
“Tok.. tok..” Terdengar sebuah suara mengetuk jendelaku. Dengan ragu aku menyalakan lampu kamarku dan membuka jendela untuk melihatnya. Perasaanku semakin menjadi jadi saat tidak ada apapun yang kulihat. Jendelaku jauh dari pohon sehingga tak mungkin ranting pohon yang melakukannya. Seingatku saat ini juga musim semi, sehingga tak mungkin juga angin yang melakukannya.
“El?” hening. “Elly??” masih tetap hening. “ELLY!!!!” teriakan mama membuyarkan lamunanku yang tentunya memikirkan hal ‘aneh’ tadi. “I-iya ada apa ma?” “Tolong beliin mama susu buat adik kamu. Kan jam segini masih buka tokonya.” ujar mamaku “T-tapi ma..” “Cepetan gih. Ini uangnya.” ujar mama sambil berjalan keluar kamarku. “Huhh!” dengan cepat aku menyabet mantel dan sepatu kets kesayanganku dan mulai melangkah keluar.
Udara malam ini cukup dingin, mungkin ini yang menyebabkan malam ini cukup hening. Dalam perjalananku, aku tidak menjumpai anak muda yang biasanya nongkrong sambil bercanda tawa. “Aneh. Tak seperti biasanya.” batinku. Sengaja kupercepat langkahku.
Sesampainya di toko yang kutuju, aku langsung mengambil susu dan membayarnya. Petugas kasir pun bertanya padaku. “Anda sendirian?” “Iya, memangnya kenapa pak?” “Nggak takut ta?” “Memangnya kenapa pak? Memang suasananya agak berbeda pak. Ada apa ya?” “Malam ini adalah peringatan 15 tahun pembunuhan masal di kota ini. Rumornya jika ada yang mengetuk jendela, maka itu adalah arwah gentayangan dari peristiwa tersebut. Anda pindahan dari kota lain ya?” ujar petugas kasir dengan nada bercanda. “I-iya pak” ujarku lalu pamit pulang.
Entah mengapa pernyataan petugas kasir tadi membuatku sweetdrop. Apakah tadi itu…
Cerpen Karangan: Zulfikar Dabby Anwar Blog / Facebook: Dzoel Hanya mencoba