Pada awalnya, Mary menganggap bahwa pekerjaan yang ia geluti itu biasa-biasa saja. Namun setelah satu bulan ia bekerja sebagai pengasuh anak di rumah keluarga Cavendish, ia mulai merasakan aura yang negatif, yang keluar dari setiap orang yang menghuni rumah besar itu. Hal-hal misterius, berbau sebuah skandal, dan juga horor yang ada di dalam rumah itu membuat Mary merelakan pekerjaannya itu. Kini ia hanya bisa duduk di rumah, sambil membayangkan kembali kengerian yang terjadi padanya selama ia tinggal di rumah keluarga Cavendish.
Mary Walter adalah seorang wanita muda berusia 28 tahun yang baru saja lulus dari sebuah universitas di Sherlnad timur. Ia berhasil lulus dengan nilai yang baik. Meski begitu, permasalahan ekonomi yang mengguncang Sherland di tahun 1860 membuat sebagian besar orang di negara itu sengsara. Banyak pabrik yang tutup dan perusahaan yang bangkrut. Negara Sherland yang awalnya makmur mulai dilanda dengan berbagai macam permasalahan. Tingkat pengangguran dan kemiskinal melonjak naik. Dan setiap orang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan makanan untuk bertahan hidup.
Hal yang sama pun dialami oleh Mary. Ia memang bukan dari kalangan atas, yang memiliki pundi-pundi uang banyak untuk mendukung kehidupannya. Ia hanya berasal dari kalangan bawah yang memiliki mimpi untuk menjalani hidup yang baik setelah ia lulus dari kuliah. Namun nyatanya, impiannya belum terwujud. Karena keadaan ekonomilah yang pada akhirnya memaksa Mary untuk menerima pekerjaan apapun.
Suatu hari ia membaca sebuah iklan di koran mengenai keluarga Canvendish yang membutuhkan seorang pengasuh anak. Mary, melamar, dan pada akhirnya berhasil diterima dengan baik. Iming-iming gaji yang cukup besar membuat Mary tidak berpikir dua kali untuk bekerja pada keluarga Canvendish. Keluarga Cavendish sendiri adalah sebuah keluarga papan atas yang memiliki sebuah manor yang terletak jauh dari pemukiman penduduk. Dan di tempat itulah Mary bekerja dan tinggal. Hanya beberapa hari setelah interview yang dilakukan, Mary pada akhirnya membawa barang-barangnya masuk ke dalam rumah Cavendish.
Tn. Dan Ny. Cavendish adalah sepasang suami istri berusia diatas lima puluhan tahun yang terbilang cukup ramah. Mereka tidak tinggal sendiri. Selain mereka, masih ada kepala pelayan, Smith, seorang pria 69 tahun, dan juga seorang pelayan wanita lain, Ny. Summer, yang berusia 40-an. Mereka dengan senang hati menerima Mary di dalam keluarga itu. Dan Mary menjadi satu-satunya pekerja di rumah itu yang masih single dan terbilang muda. Mary banyak belajar dari Tn. Smith dan Ny. Summer selama ia bekerja di rumah keluarga Cavendish.
Tugas Mary terbilang cukup mudah. Pekerjaannya hanyalah mengurus seorang bocah lelaki kecil berusia lima tahun yang bernama Tom. Tom adalah cucu dari Tn. Dan Ny. Cavendish. Mary tidak tahu banyak kenapa anak itu malah tinggal dengan kakeknya dan tidak bersama dengan kedua orangtuanya. Mary masih merasa cukup baru di tempat itu, dan tidak berani banyak bertanya. Yang perlu ia lakukan hanyalah menjaga Tom, dan kadang mengajarinya beberapa hal sederhana. Ia sudah bisa dianggap sebagai guru pribadi di tempat itu.
Mary awalnya berpikir bahwa segalanya berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan. Namun beberapa hari setelah ia tinggal di tempat itu, ia mulai mendapatkan peringatan dan Tn. Dan Ny. Cavendish. Bukan karena kesalahannya dalam bekerja, namun karena hal lainnya.
“Lantai tiga,” ucap Ny. Cavendish di suatu sore saat Mary dipanggil menghadapnya di ruang duduk. “Adalah satu tempat yang tidak boleh dikunjungi oleh siapapun, kecuali Tn. Smith dan Ny. Summer. Kau paham dengan hal itu, ‘kan, Nn. Walter?” “Ya, Ny. Cavendish.” Jawab Mary. “Jika boleh saya bertanya, ada apa di lantai tiga?” “Kurasa hal itu berada di luar tanggung jawabmu, Nn. Walter.” Jawab Ny. Canvendish. “Dan aku tidak perlu menjawabnya. Kau boleh melakukan apapun sebebas mungkin di dalam rumah ini, kecuali segala sesuatunya yang berhubungan dengan lantai tiga. Jika kau sampai melanggarnya, maka aku dan Tn. Cavendish akan bertindak tegas. Kau mengerti, Nn. Walter?” “Ya, Ny. Cavendish.” Jawab mary lagi, dan ia tidak berani bertanya lebih banyak lagi.
Apa yang sebenarnya ada di lantai tiga? Dan kenapa tempat itu tidak boleh dijamah? Mary mendapatkan pertanyaan-pertanyaan itu dalam beberapa hari berikutnya. Selama ia bekerja, ia sedikitnya lupa akan masalah soal lantai tiga itu. Namun ketika Tom sudah tertidur, atau saat sedang sibuk bermain, Mary suka sesekali menyelinap di koridor dan mengarah pada tangga yang mengarah ke lantai tiga.
Tangga itu berada di ujung koridor. Sebuah tangga kayu sempit yang mengarah pada sebuah pintu tertutup yang berada di lantai tiga. Mary merasa begitu penasaran dengan apa yang ada di balik pintu itu. Tapi ia masih sayang dengan pekerjaannya. Dan ia berjanji bahwa ia tidak akan memikirkan lagi soal lantai tiga itu. Untuk apa? Jika ada suatu rahasia, hal itu menjadi urusan Tn. Dan Ny. Cavendis, dan juga dua pelayan lain. Mary merasa tidak perlu peduli.
Memang awalnya ia bisa berpikir seperti itu. Tapi sebuah kejadian di suatu tengah malam buta membuat Mary merasakan rasa penasarannya lagi. Saat itu ia tengah tertidur di kamarnya yang berada di lantai dua. Ia tiba-tiba saja terbangun saat terdengar sebuah suara bergedebuk dan juga sebuah jeritan, yang langsung ia tebak berasal dari lantai tiga.
Jeritan yang ia dengar terdengar tidak normal. Bahkan ia merasa bahwa jeritan itu bukan berasal dari jeritan seorang manusia atau semacamnya. Jeritan yang terdengar dingin, yang dengan seketika mendirikan bulu-bulu halus di belakang lehernya.
Mary bangkit dari tempat tidurnya lalu menyalakan lilin, kemudian membawanya saat ia mengarah ke pintu. Namun ia segera menghentikan langkahnya saat ia mendengar langkah-langkah cepat di koridor. Terdengar ada suara pria dan wanita, yang Mary kenal adalah suara Tn. Smith dan Ny. Summer. Yang membuat Mary semakin heran dan penasaran adalah kalimat-kalimat yang terucap dari mulut mereka.
“Aku sudah memeriksanya.” Ucap Tn. Smith sambil bergerak cepat di koridor. “Apa lagi sekarang?” “Sudah seminggu sejak kejadian terakhir. Apakah kambuh lagi?”
Mary hanya dapat menggelengkan kepala dan mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Tn. Smith dan Ny. Summer. Mary memberanikan diri untuk membuka sedikit pintu kamarnya, dan ia dapat melihat Tn. Smith dan Ny. Summer bergerak cepat menyusuri koridor, dan mengarah pada tangga yang menuju lantai tiga. Setelah itu, keduanya menghilang. Mary tidak berani keluar dari kamarnya karena merasa begitu takut. Jeritan apa yang sebenarnya ia dengar? Apakah ada kaitannya dengan ‘sesuatu’ yang tersembunyi di lantai tiga? Mary membawa pertanyaan itu hingga pagi.
Keesokan harinya, Mary berharap bisa mendapatkan penjelasan dari apa yang terjadi semalam. Namun yang ia dapatkan adalah ekspresi normal dari setiap orang di rumah itu. Tn. Dan Ny. Canvendish terlihat tidak khawatir sama sekali dengan apa yang terjadi semalam, seolah hal itu sudah sering terjadi. Bahkan Tn. Smith dan Ny. Summer pun terlihat normal seperti biasa. Hal aneh ini semakin membuat Mary merasa begitu penasaran. Setiap ada kesempatan, ia selalu mengarah ke tangga yang menuju lantai tiga itu, namun ia tidak berani bergerak lebih jauh. Ia hanya dapat memandang pintu hitam yang ada di puncak tangga, dan mereka-reka, apa yang sebenarnya ada di balik pintu itu.
Selama beberapa hari selanjutnya, suara jeritan itu tidak terdengar. Namun suatu ketika jeritan itu kembali terdengar oleh Mary. Tepat di tengah malam buta. Dan seperti sebelumnya, ia mendengar langkah-langkah cepat dari Tn. Smith dan Ny. Summer. Keanehan itu lagi.
Keanehan itu tidak hanya terjadi pada malam hari. Suatu hari ketika Mary sedang membacakan dongeng untuk Tom di ruang baca lantai dua, ia mendengar lagi suara bergedebuk itu dan juga jeritan melengking itu. Seketika Mary merasakan tangannya bergetar, dan bulu kuduknya berdiri. Seolah ada aliran dingin yang tiba-tiba saja merayap di tubuhnya ketika ia mendengar suara jeritan itu lagi. Apa yang sebenarnya ada di lantai tiga? Apakah ada sesuatu yang terkurung disana? sebuah rahasia besar?
Semakin lama Mary tinggal di tempat itu, kejadian aneh lainnya semakin bertambah. Ia sempat melihat beberapa kali Ny. Summer menuruni tangga yang mengarah ke lantai tiga itu. Di tangannya terdapat baki dengan piring kosong. Hanya dengan melihat hal itu saja, Mary sudah dapat menyimpulkan bahwa mungkin memang ada seseorang di lantai tiga yang disembunyikan oleh keluarga Cavendish. Tapi siapa? Dan dengan alasan apa?
Bukan hanya itu saja. Kejadian aneh lainnya terjadi saat Mary tanpa sengaja bergerak melewati tangga lantai tiga, dan melihat ada setumpuk kain yang tergeletak di anak tangga. Mary berpikir, mungkin hanya pakaian kotor yang lupa dibawa oleh Ny. Summer. Ketika ia menurunkan tangannya untuk mengambil tumpukan kain itu, tiba-tiba saja seseorang berteriak padanya dari ujung koridor.
“JANGAN SENTUH!”
Mary seketika menegakkan tubuhnya, dan melihat Ny. Summer bergerak cepat ke arahnya. Wajahnya terlihat kaku, dengan bibir tipis dan mata tajam memandang ke arah Mary.
“Kau pikir apa yang kau lakukan, Nn. Walter?” ucap Ny. Smith kemudian. “Bukankah sudah dikatakan bahwa tempat ini terlarang? Dan kau tidak seharusnya berada disini?” “Maafkan aku!” ucap Mary. “Aku kebetulan lewat, dan melihat tumpukan kain kotor ini, dan aku berpikir…” “Ini urusanku.” Potong Ny. Summer cepat. Satu hal aneh terjadi tepat di depan mata Mary. Ny. Summer terlihat menarik keluar sepasang sarung tangan kulit dan sakunya, dan memakainya sebelum ia mengangkat tumpukan kain kotor itu. Mary tidak mengerti dengan apa yang sebenanrya terjadi. “Tugasmu hanya mengurus Tom.” Ucap Ny. Summer kemudian. “Jika sampai Tn. Dan Ny. Cavendish tahu kau berada disini…” “Maafkan aku!” ucap Mary lagi. “Tidak akan terulang lagi.”
Kejadian itu benar-benar membekas dalam ingatan Mary. Mengenai tingkah Ny. Summer yang tiba-tiba saja menjadi begitu tegas dan ketat. Selama Mary tinggal di rumah itu, Ny. Summer selalu berbicara halus dengannya. Tapi tidak dengan hari itu. Dan apa yang sebenarnya Ny. Summer lakukan terhadap kain kotor itu? Kenapa ia mengenakan sarung tangan untuk mengangkat kain-kain kotor itu? Mary tidak mendapatkan jawaban.
Cerpen Karangan: G. Deandra. W Blog: mysteryvault.blogspot.com