Jam alarmku berbunyi sangat nyaring membangunkan tidurku. Aku pun terbangun dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 10.24 pagi, antara bingung, malas, takut dimarahi oleh guru. Akhirnya aku pun beranjak meninggalkan kasur, dan bergegas menuju ke kamar mandi. Kusentuh air dalam bak mandi sangat dingin, namun semua perasaan itu kutahan agar aku tetap masuk sekolah.
Semuanya sudah siap. Aku tidak sarapan, karena pagi-pagi ibuku sudah berangkat menjadi buruh di sebuah pabrik sepatu. Ayahku sudah meninggal sejak aku kelas 3 SMP, dan adikku berusia 5 tahun. Aku sekarang duduk dibangku kelas 3 SMA sebentar lagi akan lulus. Adikku saat ini berusia 8 tahun tepatnya kelas 2 SD. Sekolahnya sangat dekat dengan rumah kami. Jadi, ia terbiasa untuk berjalan kaki menuju sekolahnya.
Jarak sekolah dengan rumah cukup dekat kurang lebih 3 KM. Untuk menuju ke sekolah aku biasanya naik bus kuning yang lajunya sangat cepat. Aku meninggalkan rumah dengan perasaan kacau. Berfikiran yang tidak-tidak dan membayangkan ibu guru marah dan teman-teman yang akan menertawakanku. Aku mengunci pintu rumah dengan bacaan basmalah. “Bismillahhirahmanirrahim”.
Aku tak mengerti kenapa seperti ada yang mengawasiku sedari aku mengunci pintu tadi? Mungkin perasaanku saja yang terlalu berlebihan. Aku melewati jalan setapak yang akan mengantarkan ke halte bus. Disana aku mendengar suara wanita yang mengatakan “Berhati-hatilah!” kata-kata itu selalu kudengar setiap kali aku melangkahkan kakiku. Di dalam hatiku selalu terucap istighfar semoga Allah selalu melindungiku.
Aku sudah sampai di halte bus, namun disana aku tak mendapatkan siapa-siapa, biasanya jam 07.00-12.00 halte bus masih ramai dengan sekelompok orang yang menunggu bus untuk mengantarkan ke tempat tujuannya. Aku menjadi takut kenapa tidak ada orang sama sekali disini?. Aku bingung dan menjadi ketakutan ada apa ini? Aku melupakan sekolahku, saat ini menunjukkan pukul 11.40 WIB. Ya Allah ada apa ini? Akhirnya aku mengambil keputusan untuk kembali ke rumahku.
Sesampai di rumah aku mencium bau yang sangat anyir dan menusuk hidung, seperti campuran darah dan otak, seperti bau otak sapi yang sangat creamy bila dimasak. Aku berfikir apakah ibuku memasak otak sapi? Tapi di rumah tidak ada siapa-siapa, adikku sudah pulang tapi biasanya dia main playstation bersama teman-temannya wajar anak laki-laki, berbeda denganku, aku sangat tidak suka dengan permainan tersebut, sampai-sampai di rumah aku dipanggil dengan sebutan LAPER yang artinya laki-laki perempuan. Padahal aku adalah laki-laki sejati.
Aroma tersebut tidak hilang dari hidungku, aku keliling kesana kemari mencari sumber dari bau tersebut. Aku tidak kuat dengan baunya yang semakin menusuk hidung. Aku mendengar suara perempuan yang sama seperti tadi ketika aku berjalan di jalan setapak tadi. Siapakah dia? Mengapa dia selalu mengatakan berhati-hatilah! Akan terjadi sesuatu apa pada diriku? Kalimat istighfar tidak lepas dari bibirku.
Aku keluar mencari orang-orang yang ada disekitarku. Yang kucari pertama kali yakni Nadifah, rumahnya yang berdempetan dengan rumahku dan satu sekolah denganku walaupun beda kelas. Saat kuketuk pintunya Nadifah tak menyahut seruanku. Aku mengintip rumahnya lewat jendela rumahnya. Ternyata kosong. Aku mencari tetangga-tetanggaku yang lain tak ada siapa-siapa. Ya kosong. Aku seperti memasuki dunia lain yang hanya aku manusia disini. Tak ada manusia lain selain diriku. Aku keliling kemana-mana sambil menangis, aku melupakan kejantananku sebagai seorang laki-laki. Aku menangis sambil menelusuri jalan.
Aku berjalan tak tahu arah. Aku lelah untuk berjalan kesana-kemari yang tak tahu tujuan seperti orang gila. Aku tak akan pernah putus asa untuk mencari orang disekitarku. Jawabannya tetap nihil. Tak ada orang lain disekitarku aku bingung pikiranku sampai kemana-mana apakah mungkin dunia telah dilanda kiamat dan hanya aku saja yang selamat, tapi jika dunia sudah dilanda kiamat mengapa tidak rusak hancur lebur seperti yang ditunjukkan dalam surah Al-qari’ah. Padahal, jika hari kiamat tiba tidak akan ada yang selamat. Semua makhluk Allah akan binasa.
Kulanjutkan perjalananku sambil berfikir yang tidak-tidak. Apa aku berada di dunia ghaib? Mengapa aku disini? Siapa yang membawaku? Apakah ada dendam diantara kita? Apakah ada jin yang mengusiliku? Apakah ada seseorang yang berniat buruk padaku? Apa jangan-jangan wanita tanpa wujud tadi yang selalu mengatakan berhati-hatilah, apa dia yang membawaku? Jika dia yang membawaku kemari dan akan menyelakaiku mengapa dia mengingatkanku?.
Sama sekali aku tak menemukan jalan keluar, jalan yang setiap harinya selalu kulewati dengan banyaknya manusia berlalu-lalang kini sepi bagaikan berjalan di gua. Bahkan hewan pun tak ada disana kucing kampung yang selalu berkeliaran kesana kemari tak kutemukan, Pak Brewok yang terkenal berhidung mancung keturunan Arab tersebut tak kelihatan batang hidungnya.
Aku sudah sampai dibelakang sekolahku sendiri tanpa disadari. Aku sudah berjalan cukup lama. Tetap saja tak kutemukan siapapun. Aku berharap ada seseorang yang memanggil. Tetap saja tak ada. Akhirnya aku ketiduran di bawah pohon kelapa milik warga disekitar sini.
Aku terbangun dari tidurku dengan perasaan yang gugup. “Ah.. Ternyata hanya mimpi” ungkapku dengan perasaan lega, kulihat jam beker di meja yang terletak disamping tempat tidurku, menunjukkan pukul 10.24 pagi sekarang hari senin Ya Allah waktuku sekolah. Aku bergegas mandi. Setelah mandi aku berganti pakaian seragam sekolahku. Aku menuju ruang tamu.
“Loh. Kenapa ibu tidak bekerja?” tanyaku pada ibu. “Adik sakit demam, ibu izin sehari”. Ujar ibuku. “Yaudah bu, Fahmi berangkat dulu” sambil mencium tangan ibuku. “Eeeh tunggu sebentar Fahmi!” panggil ibu. “Kenapa bu? Fahmi sudah telat, nanti Fahmi ada ulangan haru” “Bukannya itu bus yang biasanya kamu naiki kan?” “Oh iya bu, itu bus yang setiap hari aku tumpangi”. “Barusan habis kecelakaan. 15 orang tewas. Nanti kamu ibu izinkan aja ya”. “Innalillahi, tapi ujiannya bu?” “Gampang kan bisa menyusul”. “Iya bu”. “Sekarang gantilah pakaianmu!” perintah ibuku. “Baik bu”. Akupun bergegas memasuki kamar.
Aku teringat dengan mimpiku tadi, Ya Allah apakah ini pertanda bahwa Allah akan menyelamatkan hambanya yang belum dikehendakinya. Apakah wanita itu tadi? Subhanallah tak bisa dipikirkan oleh akal sehat. Ini kuasa Allah. Ucapan hamdalahpun terlontarkan dari bibirku.
Cerpen Karangan: L. Ilma Blog / Facebook: Shaquilla Ilmanda Mazriell Nama saya L. Ilma lahir di Malang thn 2003 Hobi saya menulis seperti puisi, cerpen, artikel, dll, selain hobi menulis hobi saya membaca dan berolahraga.