Beberapa jam kemudian, Julien terbangun. Dia terkejut sebab dia berada di sebuah ruangan yang sangat kumuh dan pengap. Udara panas dan bau anyir yang tak ramah bagi hidung manusia pun mulai menyengat dan mengganggu penciuman mereka. Julien juga melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 09.00. Ternyata, mereka disekap di sebuah ruang bawah tanah Kamar 7 milik Jack.
“Harry! Leroy!” Julien berbisik memanggil kedua temannya yang belum sadar. “Hmmm… Kita ada di mana?” tanya mereka setengah sadar. “Aku tidak tahu.” “Argh…” Leroy mengaduh kesakitan karena lengan kanannya masih nyeri akibat tembakan tadi malam.
Tidak hanya mereka bertiga saja yang dikurung. Salah satu korban yang bernama Olivia Cohen yang diceritakan oleh Harry tempo hari, juga ditahan di tempat yang sama.
Sedangkan petugas polisi bernama Martin Henderson dan turis Austria yang bernama Wolfgang Reiter sudah tidak terlihat batang hidungnya. Julien menegur Olivia yang sedang terlelap untuk menanyakan beberapa hal. “Psst…. Nona… Boleh saya bertanya sebentar?” Olivia terbangun dan membalas teguran Julien.
“Apakah benar kamu adalah mahasiswi yang bernama Olivia Cohen?” “Benar. Akulah orangnya. Anda siapa?” Julien kaget, namun dia tetap melanjutkan pembicaraannya kepada perempuan muda itu. “Julien Johnson. Sopir taksi. Kedua pria ini teman-temanku yang juga sopir taksi, Harry Delgetti dan Leroy Kowalski.”
Julien menceritakan peristiwa penembakan tadi malam. “Aku dan kedua temanku sedang menyelidiki seorang pria misterius yang dipanggil Jack. Dia memang menghuni flat ini. Karena sikap dan keberadaannya yang mencurigakan, kami membuntutinya pada malam hari dengan bermodal sobekan kertas yang bertuliskan angka 7. Kebetulan, Jack naik taksiku pada kemarin pagi dengan membayarku uang senilai 3000 dolar. Kamu tahu apa yang telah terjadi selama ini, termasuk hal yang menimpamu?”
Dengan nada pelan, Olivia menjawab pertanyaan Julien siapakah Jack sebenarnya. “Jack merupakan penculik gila.” “Hah!?” Julien, Harry, dan Leroy terkejut. “Apa maksudnya?”
Olivia lanjut menjelaskan latar belakang hingga aksi kejahatannya sekarang. “Perlu kalian ketahui, sebenarnya Jack merupakan warga naturalisasi dari Polandia. Nama aslinya adalah Zbigniew Kaminski. Ia lahir pada 7 September 1939, enam hari setelah negara Polandia sudah diduduki oleh militer Jerman. Ayahnya ditangkap ketika dia berusia 3 tahun. Ketika dia sudah beranjak 5 tahun, Jack kehilangan ibunya karena bunuh diri. Lalu, pada usia 7 tahun, Jack kecil hijrah ke Amerika Serikat. Dia mulai tinggal di New York sejak usia 8 tahun dengan hidup sebagai anak jalanan. Suatu ketika, Jack diganggu oleh anak-anak berandalan ketika dia sedang merebahkan diri di pinggiran taman kota. Namun, anak-anak berandal itu mendadak ciut nyalinya sebab Jack melukai salah seorang anak di antara mereka dengan menggunakan tong sampah. Sejak kejadian itu, Jack mulai dirawat oleh panti asuhan hingga dewasa, di mana dia mulai bekerja sebagai juru tulis di dua lembaga pemerintah, yaitu kantor catatan sipil dan lembaga keimigrasian. Ingatannya sangat tajam.”
“Tadi pria yang bernama Julien Johnson bilang, dia memegang kertas bertuliskan angka 7, ‘kan?”, tanya Olivia kepada ketiga sopir taksi itu. “Iya.” jawab Julien mengiyakan. “Kertas itu memberikan petunjuk bahwa Jack terobsesi dengan perkalian dari angka 7.” “Astaga…” Julien dan Leroy terkejut. “Kamu tahu dari mana soal itu?”
“Aku mengetahui obsesi Jack akan hasil perkalian dari angka 7 berdasarkan buku hariannya. Di buku harian itu, Jack melakukan aksi mengerikan ini dengan bermodalkan penelusuran riwayat korban dari dokumen-dokumen keimigrasian dan catatan sipil, tempat dia bekerja sebagai juru tulis. Kegiatan ini dilakukan sebelum memulai aksinya. Motifnya untuk membalas dendam kematian ayah dan ibunya. Berdasarkan info yang aku peroleh, turis yang bernama Reiter merupakan anak dari tentara Jerman yang menangkap ayahnya. Kebetulan, usia Reiter adalah 56 tahun, yang merupakan hasil dari perkalian 8 dengan 7. Jack menjalankan aksinya untuk menculik Reiter dengan cara berpura-pura sebagai pemandu wisata yang mendampinginya. Reiter digiring selama 1,5 jam mengelilingi Fifth Avenue dan diberi minuman yang sebenarnya sudah diberi obat tidur oleh Jack. Setelah meminumnya, Reiter mendadak tertidur dan Jack membawa Reiter yang pingsan oleh obat tidur dengan menumpang mobil Cadillac hitam.”
“Ya ampun! Mengerikan sekali.” tambah Julien. “Lalu, bagaimana dengan Opsir Martin Henderson?”
“Polisi yang bernama Henderson dahulu merupakan anggota geng anak berandal yang pernah mengganggu Jack semasa kecil. Peristiwa itu terjadi ketika ia sudah berada di Amerika Serikat pada usia 8 tahun dengan hidup menggelandang di New York. Ketika diculik, Opsir Henderson baru menginjak usia 35 tahun, angka yang dihitung dari perkalian antara 5 dengan 7. Polanya serupa dengan penculikan Reiter, namun lebih kasar. Opsir Henderson dipukuli Jack hingga pingsan dengan nightstick yang direbut dari tangan polisi itu. Sedangkan aku sendiri diculik sebab Jack melihat wajahku mirip dengan mendiang ibunya semasa kecil. Usiaku 21 tahun, yang jumlah usiaku merupakan perkalian dari 3 dengan 7. Jack menculikku dengan berpura-pura menawarkan buku bekas padaku. Awalnya, aku berpikir dia sedang berjualan buku bekas yang berguna untuk keperluan penulisan skripsiku. Namun, Jack membiusku tak sadarkan diri. Di antara korban yang dibunuh Jack, hanya aku yang selamat.”
“Hmm…Benar juga” gumam Leroy dan Harry keheranan.
“Bau anyir itu berasal dari jasad Reiter dan Opsir Henderson yang disembunyikan di balik lantai ruangan ini. Aku mengetahuinya ketika Jack dan gerombolan pria berbaju hitam itu membongkar lantai untuk memasukkan kedua jasad itu. Sedangkan tiga mobil Cadillac hitam yang terparkir di depan Kamar 7 itu digunakan untuk menculik masing-masing 3 korban dalam satu hari, termasuk aku. Uang 3000 dolar yang dibayar kepada Anda tidak menunjukkan arti apapun, mungkin sekadar uang tutup mulut. Selain itu, Anda juga selamat dari kejadian bersama Jack saat itu, mungkin karena Jack sempat menelusuri riwayat hidup Anda dan menyimpulkan bahwa usianya bukan hasil dari perkalian 7, yaitu 38 tahun. Benar ‘kan, Pak Johnson?”
“I…Iya…benar.”
Julien semakin terkejut dengan penjelasan Olivia yang sangat rinci mengenai aksi Jack. Dia tidak tahu bahwa Jack membaca berbagai riwayat hidup orang-orang, termasuk dirinya, walaupun Julien akhirnya selamat dari kejadian tadi pagi itu.
“Hei, kalian sadar tidak?” tanya Julien kepada Leroy, dan Harry. “Yang dikatakan Nona Cohen ada titik terangnya. Apabila angka 3, 5, 7, dan 8 yang diambil dari usia kanak-kanaknya Jack disusun acak, maka terbentuk susunan tersebut merupakan susunan yang digunakan untuk mencari perkalian dari angka 7. Dan angka 7 sendiri mengandung arti bahwa Jack hanya mengincar orang-orang yang berusia sesuai dengan hasil perkalian dari angka 7.” “Bagaimana dengan komplotan pria berbadan besar yang mirip Jack itu?” tanya Julien. “Aku tidak tahu.” jawab Olivia.
Julien meminta Olivia untuk mengeluarkan kertas dan pena, lalu dia menyuruhnya untuk menulis analisis Olivia. Alangkah terkejutnya mereka bahwa analisis Olivia terbukti dengan akurat. Dengan kata lain, Jack hanya menculik dan membunuh orang-orang yang berusia dari hasil perkalian angka 7 berdasarkan usia masa kecilnya yang kelam, yakni 3, 5, 7, dan 8 tahun.
“Ini benar-benar berbahaya. Ayo kita kabur dari sini.” seru Leroy sambil teriak ketakutan sekaligus menahan rasa sakit lengannya.
Tiba-tiba, pintu ruang bawah tanah tempat Julien, Harry, Leroy, dan Olivia berada, dibobol dengan kapak oleh seseorang yang ternyata adalah Jack. Rupanya, Jack merasa tersinggung dengan teriakan Leroy.
“AKAN KUHABISI KAU, DASAR PENYUSUP KOTOR!” pekik Jack dengan nada marah yang tentu saja ditujukan kepada Leroy. Pekikan Jack sungguh mengoyak-oyak gendang telinga Leroy. Begitu juga dengan Olivia.
“AAAAAAAAHHHHH….” Sambil merangkul erat, Olivia dan Leroy menjerit sekeras-kerasnya melihat Jack mengayunkan kapak ke arahnya. Sepasang bola mata Jack yang terlanjur mendidih oleh kemarahannya, seolah tak mempedulikan ekspresi ketakutan kedua orang itu.
Melihat hal itu, Harry melompat ke arah Jack untuk mencegah serangannya. Jleb! Kapak itu mengenai punggung Harry, hingga akhirnya Harry jatuh. Julien yang melihat temannya tersungkur, menendang perut Jack sehingga kapak itu terlepas dari tangannya.
Terjadilah baku hantam antara Julien dengan Jack. Julien menyuruh Olivia dan Leroy untuk mengungsi terlebih dahulu. Jack terpelanting oleh lemparan Julien dan menghantam dinding, sementara itu jeritan Olivia dan Leroy telah memancing perhatian beberapa teman Jack.
Mereka menghampiri tempat Jack mendapat perlawanan sengit dari Julien dan kawan-kawan dengan jumlah 3 orang. Kali ini, mereka tidak bersenjatakan submachine gun, melainkan menggunakan machete. Berbagai pucuk machete diayunkan sana-sini untuk menusuk Julien. Namun, lagi-lagi Julien berhasil mengelak dari mereka. Saat orang-orang itu lengah, Julien meninju wajah salah satu dari mereka. Orang itu tersungkur, kemudian Julien mengambil machete yang tergeletak di sebelah kanannya dan menodongkan ke arah teman-teman Jack.
“Kalau kalian berani, hadapi aku satu per satu!” seloroh Julien menantang.
“Drap! Drap! Drap!” langkah kaki beberapa orang menghampiri ruang bawah tanah itu. Hal ini membuat Olivia dan Leroy menjadi takut, sebab ada kemungkinan teman-teman Jack yang lain akan menghampirinya untuk membunuhnya. Julien yang awalnya gagah berani menantang anak buah Jack untuk berkelahi satu per satu pun juga menggigil gemetar, justru anak buah Jack mengendap-endap maju untuk menghabisi Julien yang sedang ketakutan.
Namun, keluarlah pekikan yang sepertinya menyuruh Jack untuk menyerahkan diri.
“Angkat tangan! Menyerahlah!”
Ternyata, pekikan tersebut berasal dari mulut salah seorang polisi yang akan menggerebek tempat persembunyian Jack. Jack dan anak buahnya berlutut dan mengangkat tangan sebagai isyarat menyerah daripada berakhir dengan moncong pistol polisi yang berbicara pada mereka.
Olivia, Leroy, dan Julien bernapas lega karena polisi telah tiba menyelamatkan mereka. Sedangkan Harry tidak sadarkan diri karena terluka parah akibat sayatan kapak Jack. Mereka berempat beserta jasad Opsir Henderson dan Wolfgang Reiter dievakuasi oleh pihak kepolisian. Kedua jasad itu ditemukan di sebelah ruang tempat Julien dan kawan-kawan disekap, yang mengakibatkan bau tak sedap di sana.
Jack ditahan dengan dikenakan hukuman penjara seumur hidup. Gerombolan pria berbadan besar yang menyerang Julien, Harry, dan Leroy merupakan pengangguran yang dibayar Jack untuk menculik Reiter, Opsir Henderson, dan Olivia. Akibatnya, mereka dihukum mati.
Tiga unit mobil Cadillac hitam yang terparkir di depan Kamar 7, ternyata mobil curian dari sebuah dealer. Uang 3000 dolar yang diterima Julien tidak mengandung petunjuk korban penculikan. Nyawa Harry tak dapat diselamatkan dalam perjalanan ke rumah sakit karena kehabisan darah, sehingga dinyatakan meninggal dunia. Hal ini membuat Julien dan Leroy terpukul karena sahabat dekat mereka telah tiada.
Kamar 7 tempat Jack tinggal telah dijual dan digunakan oleh orang lain. Sedangkan mahasiswi yang bernama Olivia Cohen tetap melanjutkan kuliahnya hingga lulus pada tahun 1982. Dengan ini, berakhirlah jejak hidup Zbigniew Kaminski, penculik dan pembunuh yang terobsesi dengan perkalian angka 7 yang biasa dipanggil Jack.
Tamat
Cerpen Karangan: Murti Laksana Facebook: Harimurti Kridalaksana