Minggu 29, Juli 2022 Silvi tidak kuliah hari ini, aku gak tau kenapa dia gak masuk kuliah, padahal hari ini dia ada jadwal kelas. Aku memutuskan untuk pergi ke rumahnya. Sesampainya disana aku bertemu dengan Pak Yono, ia sedang mencuci mobil “Silvi gak kuliah pak?” “Sakit mas, dokternya baru aja pulang” “sakit apa pak?” “Kata dokternya si Flu mungkin karena kecapekan”.
Niko masuk ke dalam rumah Silvi. “Bi Bi Bi Nanik?” aku mencari Bi Nanik. Bi nanik turun dari lantai 2 “Eh mas Niko” “Silvi mana Bi?” “Ada di kamarnya lagi tidur, kemarin sehabis mas pulang nganterin Non Silvi, dia nangis-nangis, teriak-teriak kayak orang kesurupan”. “Ah yang bener bi? Padahal baru pulang Ruqyah masa kesurupan? Boleh aku melihat nya?” “Boleh, tapi jangan di bangunin ya mas” “Iya Bi” aku naik ke lantai 2 ditemani Bi Nanik.
Bi Nanik membuka pintu kamar Silvi, saat pintu itu terbuka. Aku melihat sosok ular itu di kamar Silvi, ia tepat berada di samping Silvi yang sedang tertidur pulas. Aku kaget dan istigfar. Bibi pun bertanya padaku kenapa? Aku berusaha tenang menjawab, “gakpapa Bi”. “Pules ya mas tidurnya”. “Silvi cantik banget ya bi kalo lagi tidur gitu”. “Halah cantikan juga Bi Nanik mas” aku menjawab “Prettt”. Bibi menutup pintu. “Oh iya Bi aku mau bilang sesuatu” “bilang apa mas? mo bilang Bi Nanik beneran cantik?”. “Iya deh iya Bi Nanik cantik, tapi bukan itu yang mau aku bilang, aku mau bilang … eh nanti aja deh di bawah”
Aku dan Bi Nanik menuruni tangga ke bawah. Setelah di bawah aku ceritakan apa yang baru saja aku lihat diatas, Bi Nanik kaget. Aku berkata padanya “boleh gak kalo aku panggil Ustad Taufik ke sini untuk mengusir Jin jahat itu?” ”iya mas panggil aja, Bibi khawatir kalo Jin itu Akan melukai Non Silvi”.
Niko membuka ponselnya “Assalamualaikum ustad” “Waalaikumsalam Niko, ada apa?” “Ustad bisa datang ke sini, ke rumah Silvi yang kemarin Ustad Ruqyah?” “Bisa Niko, kamu share loc aja alamatnya, ustad segera tiba”. Baik ustad “Assalmualaikum” “Waalaikumussalam”
Pukul 19.00 Ustad Taufik tiba. Aku melangkah dengan cepat menemui ustad taufik dan mengantarnya menuju kamar Silvi. Saat kami sedang menaiki tangga, terdengar suara wanita memanggil namaku dengan lembut, suara itu berasal dari arah belakang tubuhku “Niko”. Aku, Ustad taufik, Bi Nanik menoleh ke belakang. Kami bertiga terkejut mendapati Silvi ada di belakang kami. Ia berdiri dengan wajah menunduk, dan kulitnya tampak pucat. Kami menuruni tangga, Ustad Taufik mengingatkan kepada kami untuk Hati-hati. Ustad Taufik mulai membacakan Ayat al Quran. Sambil memegang tasbih, ustad taufik mengarahkan tangannya ke arah Silvi.
Silvi yang tadinya menunduk, mengangkat kepalanya dan melihat ustad taufik dengan tatapan tajam penuh amarah. Ustad Taufik terus melafalkan ayat Al-Quran. Silvi mulai menjerit seperti orang kesakitan, da ia mengatakan “tolong selamatkan aku Niko”. Jeritan itu semakin kuat sampai pada suatu momen ustad taufik menghempaskan tangannya ke bawah, dan membuat Silvi tidak sadarkan diri. Aku yang melihat Silvi tidak sadarkan diri langsung menghampirinya “kenapa ini ustad?” “Tidak apa-apa Niko, ayo kita angkat dan rebahkan di kamar”.
Aku bersama Ustad Taufik membopong Silvi ke kamarnya. Silvi sudah terbaring di kasurnya, baru saja kami merebahkannya di kasur, tiba-tiba ada dentuman suara yang cukup keras dari lantai bawah. Kami berdua terkejut oleh suara itu, Ustad taufik berjalan ke luar pintu kamar. Saat aku menolehkan wajahku ke arah Silvi, ia tidak ada di kasur. “Ustad kemana Silvi? Ko ga ada?” Ustad taufik berbalik arah, mengecek ke suluruh sudut ruangan kamar Silvi namun tidak ada.
Kami turun ke bawah dan di bawah ada Bi Nanik, aku bertanya “Bi Silvi dimana?” “Loh bukannya diatas, tadi kan dibopong ke atas?” dengan nada suara tinggi aku berkata “Iya Bi tadi diatas, kami sudah merebahkannya di kasur, namun saat kami mendengar suara benda jatuh di bawah, kami menengok ke arah pintu, dan Ustad Taufik melangkah menuju pintu kamar, disaat aku kembali menolehkan wajahku ke tempat tidur, Silvi hilang Bi” “Hah kok bisa? Bibi gak denger apa-apa loh, padahal Bibi dari tadi di bawah, ini Bibi baru aja buatin teh buat non Silvi, terus Bibi mau anter ke kamarnya.”
Akhirnya aku keluar rumah memanggil Pak Yono dan Pak Sugih (Satpam Rumah) untuk sama-sama mencari Silvi ke setiap sudut Rumah, dan anehnya Silvi tidak ada. “Sepertinya itu bukan Silvi, mungkin itu jelmaan Jin yang menyerupai Silvi.” Kata Ustad Taufik. “Ustad ingat tidak tadi Silvi bilang untuk selamatkan aku Niko”? “Iya ingat Nik”. “Aku jadi curiga Silvi diculik dukun sialan itu”. Bagaimana kalau kita pergi ke Sana? Siapa tau memang benar Silvi ada disana. Ustad taufik setuju dengan usulan Niko, dengan cepat mereka melangkah menuju mobil ustad Taufik. Pukul 20.30 mereka pergi dari rumah Silvi menuju Rumah Mbah Saeng.
Setelah 2 jam setengah perjalanan akhirnya kami sampai di depan rumah mbah Saeng. Tanpa pikir panjang, aku langsung turun dari mobil dan berlari menuju rumah itu. Aku teriak memanggil Nama Mbah Saeng dan menyuruhnya keluar, kuketuk dengan keras pintu rumahnya, namun tidak ada jawaban. Pintu rumah Mbah Saeng tertutup dengan rapat, pintunya dikunci, jendela pun tertutup. Ustad taufik baru menghampiriku, “gimana Niko?” “Pintunya terkunci ustad, aku mau mendobraknya”. Aku mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu. Brakkk, bunyi suara pintu didobrak.
Pintunya terbuka. Mata ini terasa gelap, namun mata ini tidak buta, mata ini masih bisa melihat ada sebuah cahaya di ujung ruangan tempat Mbah Saeng Praktek. Mata ini juga melihat ada satu kursi tepat di bawah sorot lampu. Kursi itu diduduki oleh seseorang, aku tidak tau itu siapa karena posisi kursinya membelakangi kami, dan kepala orang itu ditutupi kain hijau.
Perlahan kami mendekatinya. Tiba-tiba perlahan kursi itu terangkat. Kami berhenti melangkah, ustad Taufik melafalkan Doa. Kursi itu berhenti terangkat, dan perlahan berbalik ke arah kami. Kain hijau yang menutupi orang itu terbuka dengan sendirinya. Alangkah terkejutnya diriku bahwa itu adalah Silvi, Ia tampak tak sadarkan diri, matanya terpejam, namun tiba-tiba matanya terbuka, ia berteriak, aku lihat lidahnya panjang seperti ular. Teriakannya menghempaskan kami hampir menuju langit-langit rumah.
Ruangan yang tadinya gelap berubah menjadi terang. Suara orang-orang sedang melantunkan bacaan yang tidak aku mengerti menyelimuti telingaku. Suara mereka membuat kuping ini sakit. Aku melihat banyak sekali orang berpakaian aneh sedang duduk sambil mengangkat kedua tangan mereka ke depan. Mereka terlihat seperti sedang menyembah. Namun ada yang mencolok dari kerumunan orang-orang itu, ada 2 orang dengan pakaian berbeda berada di barisan depan. 2 orang itu laki-laki dan perempuan. Sang lelaki memakai jas biru tua, sang wanita memakai blazer hitam.
Aku melihat Ustad Taufik Sama sepertiku, ia juga tidak tahan dengan suara itu. Tiba-tiba aku lihat Mbah Saeng muncul dari sisi sebelah kiri memangku seorang wanita di pundak sebelah kanan, dan wanita itu adalah Silvi. Mbah Saeng menurunkan Silvi dan menempatkannya terbaring di atas karpet hijau. Setelah itu Mbah Saeng bergabung bersama orang-orang itu. Suara ini semakin membuat kupingku sakit, rasanya aku tidak tahan lagi, rasanya aku ingin pingsan, mataku perlahan terpejam, gelap seperti malam.
Cerpen Karangan: Andi Riansyah Blog / Facebook: @andii.rsyh Mahasiswa Ilmu Komunikasi