Saat ini merupakan masa liburan musim panas. Aku diantar orangtuaku ke rumah paman yang terletak di pinggiran kota, tepatnya di suatu desa terpencil yang dekat dengan hutan. Saat baru datang, aku melihat rumah tua yang dibangun dari kayu namun nampak elegan. Rumah itu juga memiliki loteng. Ini merupakan kali pertama aku datang ke rumah paman. Aku sendiri tidak begitu mengenal akrab pamanku ini. Sehingga yang pertama kali aku lakukan sesampainya di rumah paman adalah masuk ke kamar tamu dan melakukan aktivitasku seperti biasa. Aku memang sering menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain game dan menonton film favorit. Yah, kurang lebih itulah salah satu alasan orangtuaku membawaku kesini. Supaya aku dapat keluar rumah selain pada saat waktu sekolah.
Waktu berlalu, malam pun tiba. Aku lapar dan beranjak untuk mencari makanan. Maklum saja, seharian aku mengurung diri dalam kamar. Aku hendak menemui paman dan menanyakan tentang makan malam. Terlihat dia sedang mengasah pedangnya di gudang belakang. Aku melihatnya dari jauh. Jelas itu adalah pedang. Pedang yang panjang dan berkilau apabila terkena cahaya. Aku berfikir kalau dia merawatnya dengan baik. Terlihat pula, dia memiliki beberapa pedang lagi, yang ia letakkan pada rak pedang di sudut ruangan. Apa yang dilakukan pak tua itu dengan sekumpulan pedang yang berkilau miliknya?
Paman tiba-tiba berkata “jika kau mencari makanan, datanglah ke meja makan”. Dia memiliki intuisi yang tajam. Ketika sampai di meja makan, makanan sudah tersedia. Lauk hari itu adalah daging. Ternyata paman juga memiliki sebuah kulkas. Ketika kulihat isinya, dia memiliki stok daging yang cukup banyak.
Aku makan sembari melihat pemandangan luar rumah. Terlihat pepohonan yang besar dan menjulang tinggi, disertai dengan kegelapan yang menyeramkan. Bagian yang paling kubenci adalah pamanku pergi keluar rumah dan meninggalkanku sendirian. Ketika kutanyai, dia menjawab pergi untuk berburu. Dia pun pergi dengan mengalungkan pedangnya di punggung. Jelas saja dia memiliki cadangan daging yang cukup banyak, karena dia adalah seorang PEMBURU. Namun, berburu apa dia dengan menggunakan pedang?
Seusai makan dan mencuci piring, aku langsung bergegas ke kamar. Sendirian di rumah kayu yang terletak di tengah-tengah pepohonan besar dan tinggi disaat malam hari, siapa yang tidak takut? Lalu, ketika asik bermain game, tiba-tiba terdapat suatu cairan yang menetes dari atap kamar. Kamar ini sendiri terletak tepat di bawah ruangan loteng. Cairan itu menetes tepat di pundak. Merah dan berbau tidak sedap. Mungkin cat kayu yang disimpan paman di loteng. Pasti terdapat celah kecil di atap yang merupakan pembatas loteng dan kamar ini. Aku jadi sedikit ketakutan. Namun, ketakutanku tidak berhenti di situ saja, karena terdengar dengan samar, suara langkah kaki seseorang. Aku takut itu adalah hantu. Karena terlalu takut, aku memutuskan untuk langsung tidur dengan selimut yang menutup penuh tubuhku, sembari mendengarkan alunan lagu dari ponsel.
Hingga akhirnya pagi pun tiba. Aku beranjak untuk sarapan, sekaligus menanyai paman tentang ruang loteng di atas beserta suara yang kudengar semalam. Ketika kutanyai, paman hanya berkata kalau di atas tidak ada apa-apa, dan malah menyuruhku untuk mengeceknya sendiri di atas. Dia mengatakannya sembari mengeluarkan tawa khas miliknya. Bisa-bisanya dia bercanda dikala aku sedang ketakutan. Aku tidak akan sekalipun menginjakkan kakiku ke sana semenjak kejadian semalam. Aku terlalu takut.
Tanpa memedulikan ucapan paman, aku langsung menuju meja makan. Kini, menu makanannya berbeda, namun lauknya tetap daging. Kulihat stok daging di kulkas pun bertambah. Sepertinya dia berhasil saat berburu tadi malam.
Ketika malam kembali tiba, paman kembali pergi untuk berburu sembari membawa pedang yang dikalungkan di punggungnya. Dia meninggalkanku sendirian lagi di malam hari ini. Selama beberapa waktu berada di kamar, kini terdengar kembali suara langkah kaki di loteng. Suaranya kini makin nyaring. Bahkan juga terdapat semacam suara benda keras yang terjatuh. Kini aku takut itu bukan hantu. Bagaimana kalau itu perampok?
Akhirnya, aku memberanikan diri untuk mengeceknya di atas. Rasa penasaran ini menuntunku meskipun juga diiringi dengan ketakutan. Aku mengambil pedang milik paman di gudang. Perlahan, aku menaiki loteng dengan senter ponselku dan pedang milik paman. Ketika sampai di loteng, sekilas tidak nampak apa pun di sana. Namun aku tetap memberanikan diri untuk masuk lebih dalam.
Aku hanya melihat beberapa lilin di dinding loteng. Lilin yang masih baru. Siapa yang baru saja kemari? Namun bukan hal ini yang menyebabkan aku ketakutan. Jantungku terasa copot begitu menyadari terdapat beberapa kepala manusia yang terjajar di lantai. Aku terdiam. Lalu tiba-tiba aku serasa terjatuh ke lantai dan kesadaranku menurun. Aku tidak dapat merasakan sekujur tubuhku. Seolah kepalaku telah terlepas dari tubuhku. Pandanganku ada di lantai, sejajar dengan beberapa kepala yang kulihat tadi. Aku hanya dapat mendengar suara tawa khas dari pamanku.
Kini aku mengerti, dia berburu apa selama ini.
Cerpen Karangan: Hamzah Tegar Ashari Blog / Facebook: Hamzah Ashari Domisili: Surabaya Status: pelajar/mahasiswa