Sanju telah sampai di depan pintu kelasnya, dia langsung merapikan rambutnya dan mengatur nafasnya dia tidak ingin membuat seluruh kelas menjadi kacau karena kejadian tadi. Sanju langsung masuk ke dalam kelas lalu mengucapkan “Terima kasih.” kepada guru yang sedang mengajar.
“Ju kamu ngapain aja sih, lama bangettt.” Zeo heran dengan Sanju mengapa dia dapat berada di toilet selama itu? Sudah hampir sepuluh menit, Sanju sudah berada diluar kelas. “Ah gapapa kok, tadi sekalian nyari angin aja hehe, udah fokus dulu sama penjelasan gurunya.” Sanju tak ingin membuat temannya khawatir, jadi dia tidak menceritakan kejadian tersebut kepada Zeo.
Sepertinya hari sudah mulai sore dan kelas Sanju juga sudah berakhir, Sanju berniat untuk belajar di perpustakaan sebelum dia pulang ke rumah kebetulan kakaknya juga akan pulang malam. Sanju masih berada di sekitar sekolah bersama Zeo, Sanju ingin mengajak Zeo ke perpustakaan hanya saja dia tahu bahwa Zeo tidak dapat bertahan di perpustakaan walau hanya dua menit saja.
“Ze, aku nanti mau ke perpustakaan kalau mau kamu pulang duluan saja.” “Sendirian aja Ju? Aku bisa nemenin kamu di perpustakaan kok!!” Balas Zeo dengan penuh semangat. “Ga usah Ze, kamu pulang duluan saja lagian aku lama di perpusnya, nanti kamu malah tertidur di sana.” Kata Sanju sambil tertawa pelan. “Ish! Apaan sih aku ga pernah tertidur di perpustakaan tauuu!!!” Zeo yang tidak mau menerima kenyataan tersebut, menjadi kesal kepada Sanju. “Hahaha iya iya, tapi beneran gapapa kok aku bisa belajar sendiri di perpus.” Sanju menepuk-nepuk punggung Zeo dan tersenyum tipis menandakan bahwa dia memang tidak apa apa. “Okay, tapi nanti jangan pulang terlalu sore loh Ju. Besok kan kamu harus sekolah, jangan lupa kabarin kalau sudah sampai rumah ya!” “Iya iya Zeo, udah kamu ga perlu khawatir aku bisa sendiri, okay?” Setelah itu Zeo mengangguk setuju dengan perkataan Sanju lalu dia berpamitan dengan Sanju, dan memutuskan untuk pulang sendiri tanpa Sanju.
Sebenarnya Sanju masih merasa takut akan kejadian yang telah menimpanya tadi, tapi dia harus tetap kuat karna hari ini Sanju telah diberikan tugas sekolah, Sanju bisa aja mengerjakannya dirumah hanya saja dia ingin mengerjakan tugas tersebut ditempat yang baru. Perjalanan Sanju menuju perpustakaan penuh dengan rasa was-was dan ketakutan, tetapi tujuan Sanju masih tetap sama yaitu menuju ke perpustakaan agar dapat mengerjakan tugas lalu pulang. Sekarang Sanju telah berada di dalam perpustakaan, sendirian hanya ada pustakawan disana bersama dengan dirinya, Sanju mengeluarkan buku pelajarannya beserta buku tulisnya dan mulai mengerjakan tugas yang telah diberikan.
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore hari, Sanju masih terus mengerjakan tugasnya hanya saja sekarang dia merasa mengantuk. Kali ini dia tidak memutuskan untuk mencuci muka, dia hanya meletakkan pensil di atas meja lalu memejamkan matanya sebentar…
“Sanju bangun!! SANJU AYO CEPAT BANGUN!!!!” Suara lantang yang entah dari mana asalnya telah membangunkan Sanju, dia terbangun dan menyadari bahwa seisi ruangan perpustakaan itu dalam keadaan gelap. “Sudah jam berapa ini?!” Jam telah menunjukkan pukul enam sore menjelang malam, sontak Sanju dibuat benar-benar kaget dan bingung siapa sosok yang membangunkannya itu dan mengapa dia tidak dibangunkan oleh pustakawan tadi?? Sanju masih merasa bingung tapi dia bergegas membereskan barang-barangnya dan pergi dari perpustakaan tersebut. Dan lebih menyeramkannya lagi, ternyata sekolah sepi tidak ada seorangpun disana bahkan lampu-lampu sudah dimatikan, membuat Sanju bingung seketika dia tidak tahu harus berbuat apa. Sanju memutuskan untuk pergi menuju gerbang sekolah semoga saja masih dibuka, Sanju berlari kencang menuju gerbang tersebut, lalu Sanju dibuat kaget untuk ke ketiga kalinya. Ternyata gerbang telah dikunci, rasanya Sanju ingin menangis, apa yang harus dia lakukan? Sanju duduk dan memikirkan apa yang akan dia lakukan.
“Baterai ponselku telah lowbat apa bisa aku menghubungi kakak ataupun Zeo? Bagaimana jika nanti mereka tidak membalas pesanku dan malah membuat baterai hp ku habis…” Dalam kebingungan Sanju, tiba-tiba ada suara yang memanggil namanya. “Sanjuu~ dimana kamu…” Suara dari sosok yang tidak diketahui itu terdengar begitu lembut seperti suara pengantar tidur, suara tersebut membuat Sanju terkejut dan membuat dia takut. “Sanju mau main petak umpet ya?…” balas sang sosok. Entah darimana suara tersebut, tapi sepertinya suara tersebut berada di sekitar Sanju, tanpa pikir panjang dia langsung berlari menuju toilet yang berada tidak jauh dari posisi awalnya dan bersembunyi di salah satu bilik toilet dan langsung mengunci toilet itu. Sanju menahan rasa menangisnya dan menutup mulutnya erat-erat. Suara itu mengingatkan Sanju pada kejadian empat tahun yang lalu.
Kejadian dimana Sanju telah diincar oleh seseorang, dari kejadian tersebut Sanju baru berumur 11 tahun. Saat itu Sanju sedang pulang ke rumah, dia baru saja pulang dari kerja kelompok dengan temannya, Sanju hanya pulang sendiri dikarenakan kedua orangtua Sanju sedang mengunjungi rumah nenek Sanju dan kakaknya sibuk dengan perkuliahan. Pada saat di perjalanan pulang Sanju merasa dia telah diikuti, Sanju sadar akan hal tersebut namun dia tidak tahu harus berbuat apa. Langkah kaki sang penguntit semakin dekat dengannya membuat Sanju memutuskan untuk berlari ke sebuah rumah terbengkalai, ya di sanalah semuanya terjadi. Sanju masih terus berlari untuk mencari tempat bersembunyi, sampai dia terpaksa untuk bersembunyi di dalam lemari. Terdengar suara sang penguntit memanggil-manggil namanya, Sanju hanya bisa terdiam sambil menahan tangisannya.
“Sanju… aku tahu kamu ada di sekitar ini Sanju…” Suara yang begitu lembut memanggil-manggil nama Sanju. Rasanya suara tersebut semakin mendekat kearah Sanju, Sanju yang ketakutan hanya bisa pasrah dengan keadaannya sekarang. Untung saja keberadaan Sanju tidak ditemukkan oleh sang penguntit, yang ada dipikiran Sanju sekarang hanyalah bagaimana caranya dia bisa keluar dari rumah ini? Karena sepertinya sang penguntit sudah tidak ada disekitarnya lagi.
Setelah mengumpulkan tekadnya Sanju langsung membuka pintu lemari tersebut dan berlari secepat angin keluar dari rumah tua itu, dia tidak peduli lagi apakah sang penguntit mengikutinya dari belakang dia hanya ingin pulang ke rumah.
Sekarang Sanju telah berada di depan rumahnya dia menggedor-gedor pintu rumah sambil memanggil kakak perempuannya “KAK!! KAKAKK CEPAT BUKA PINTUNYA!!!!!!” Teriak sanju. Perasaannya menggebu-gebu, ia tak bisa mengontrol ketakutannya.
Mendengar gedoran pintu dari sang adik, Kak Mia langsung membuka pintu dan melihat Sanju dengan keadaan yang sudah tidak karuan lagi, Kak Mia membawa adiknya masuk dan mengunci pintu tersebut menenangkan Sanju dan bertanya apa yang telah terjadi pada adiknya. Sanju menceritakan semuanya sambil menangis sesegukan, sekarang dia merasa lega telah terbebas dari sang penguntit tapi trauma yang telah dia rasakan tidak akan pernah hilang.
Sekarang trauma itu telah terulang kembali, sosok tersebut telah kembali meneror Sanju. Sanju tidak mengerti mengapa dia harus datang lagi? Apa yang telah Sanju lakukan sampai dia harus menerima semua terror ini??
Cerpen Karangan: Flora Maleeka Afriyanto instagram: @Rinsukoo