Kata nenek, sumur tua di pekarangan rumah yang diblokir dengan balok kayu tipis itu termuat sebuah misteri di dalamnya. Dahulu, ketika nenek masih muda, sumur itu sudah terbangun dengan sendirinya. Melihat sumur di tengah-tengah hutan–dulu nenek belum membangun rumah di sini, begitu pula pemukiman warga desa belum ramai di sini. Tentu nenek penasaran ingin melihat isi sumurnya, apakah sumur ini masih bisa diambil airnya atau tidak. Lumut-lumut yang menempel di sekitaran sumur memang membuat kenampakannya mengerikan, tetapi bagi nenek di sumur itu ada sebuah tempat yang indah dan misterius. Nenek tidak tahu selanjutnya karena kakek memotong lalu menyuruh kami untuk bermain di luar, nenek tersenyum kikuk melihat tingkah kakek.
Aku dan adikku keluar bermain. Pada awalnya main kejar-kejaran, tetapi setelah kecapean, adikku celetuk tentang sumur tua itu. Aku pun sekali lagi penasaran. Mendengar cerita nenek sekarang itu mustahil, nenek sedang menyiapkan makan siang. Kakek pun sedang menata barang-barangnya di gubuk samping rumah.
Aku dan adikku pergi dengan mengendap-ngendap, mencoba untuk tidak ketahuan mendekati sumur yang diceritakan. Kakek sepertinya risau dengan kami, karena sebelumnya dia memperingati kami untuk tidak mendekati sumur tua itu, tetapi rasa penasaran kami sudah di ujung batasnya. Kami harus segera menyelidikinya.
Kami sudah berdiri di depan sumur itu, tertutupi oleh balok-balok kayu yang sudah mengelupas. Hawanya begitu seram, lumut dan dedaunan yang berserakan menciptakan suasana tidak nyaman. Adikku mengurungkan niatnya untuk melihat kedalam sumur karena hal itu.
Kalau begitu, aku saja yang sendiri melihatnya. Biar adikku berdiri memandangiku di belakang dan melewati bagian serunya.
Aku tidak menemukan celah sama sekali, semua tertutup dengan rapat. Meskipun tidak ada paku yang tertanam, tapi untuk sebuah kayu yang dirapatkan, ini terlalu persisi. Aku kemudian mencoba memukul-mukul kayu-kayu, karena kelihatan lapuk mungkin bisa dirusak.
Akhirnya salah satu bagiannya bolong karena pukulan batu yang beberapa kali diluncurkan. Aku sebentar lagi akan melihat rahasia di balik kayu-kayu ini.
Mencoba mengintip di celah itu, kupikir akan ada sesuatu yang menarik. Tapi, aneh, aku tidak melihat apa-apa selain air. Aku menoleh memberi bujukan-bujukan kepada adikku. Namun, tak kusangka ada yang janggal. Sesuatu yang membuatku takut untuk melihat ke belakang.
Setelah kejadian itu, aku belajar tentang sesuatu. Sesuatu yang terlarang tidak boleh dicari tahu sebab konsekuensinya yang harus diterima untuk selama-lamanya.
Cerpen Karangan: Wijen Senkiro