Di komplek tempat tinggal Albab, memang sudah ada beberapa rumah yang menjual pulsa namun berbeda RW dan lumayan jauh. Albab tak terlalu peduli bagaimanapun prospeknya. Bahkan Albab tahu betul keuntungan dari menjual pulsa itu dapatnya sedikit. Mau dagangannya laris atau tidak, setidaknya dia sudah berusaha. Soal rejeki, biar Sang Kuasa yang mengatur. Pokoknya dia yakin dia akan bisa membuktikan pada dirinya sendiri bahwa dirinya mampu mencari pemasukan sendiri. Dia ingat betul kata pepatah, “Sedikit sedikit lama-lama jadi bukit.”
Albab merasa, kanal Ben Jantan memberinya pencerahan. Entah kalau dia tidak berusaha menemukan kanal itu, mungkin dia masih bingung cara mencari pemasukan sendiri serta bingung mau buka usaha apa. Dia lantas jadi rutin menontonnya. Bahkan tak lupa untuk mempraktekannya, jika memang dirasa ia mampu.
Suatu saat, dia menemukan salah satu video lain Ben Jantan yang berjudul “Kenapa Ada Laki-Laki Yang Selalu Suka Dan Memikirkan Perempuan?” dengan penonton sebanyak 1 juta viewers. Albab merasa, video itu akan cocok dan mampu memberinya jawaban atas pertanyaan hatinya. Karena dia selalu merasa bahwa dia sangat suka dan selalu memikirkan perempuan. Apalagi setelah berkenalan dengan Mbak Audy.
Kata Ben Jantan, kenapa ada laki-laki yang selalu suka dan memikirkan perempuan? itu karena semua sudah tercantum dalam ayat suci Al-Qur’an. Surah Ali ‘Imran ayat 14”. Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”.
Ben Jantan kemudian mengutip sebuah pernyataan dari para ahli tafsir, bahwa manusia akan mencintai apa yang mereka sukai yang menjadi pesona, salah satunya adalah perempuan. Sayangnya, itu adalah bagian dari kehidupan dunia yang fana dan akan sirna pada waktu yang ditetapkan Oleh-Nya.
Lantas di bagian penutup, Ben Jantan menjelaskan bahwa jangan terlalu memikirkan dan sibuk mencari cara agar disenangi perempuan. Karena Al Quran telah memperingatkan umat manusia bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya. Lantas, manusia jangan asik tenggelam dalam kenikmatan dunia. Karena kehidupan di dunia ini hanyalah kesenangan yang sangat memperdayakan dan melenakan.
Albab jadi makin sadar bahwa kehidupan seorang pria akan terasa sia-sia memikirkan dan sibuk mencari cara agar disenangi perempuan. Alangkah baiknya seorang pria itu menyibukkan diri dalam hal yang bisa membuat dirinya menjadi lebih bernilai, bahkan bermanfaat bagi sesama, lebih bagus lagi jika itu semua mampu mendekatkan seorang pria kepada Sang Pencipta. Tetiba Albab ingat perkataan sang bapak yang pertama kali beliau ucapkan saat beliau tahu bahwa Albab menyukai anak gadis tetangga di usia 10 tahun. “Dekati pencipta-Nya baru ciptaan-Nya, Nak!.” Boleh jadi itu ada benarnya.
Albab yang tadinya jarang mengaji, perlahan membiasakan dirinya kembali untuk mengaji minimal sehari sekali. Dia juga perlahan membiasakan diri untuk melakukan ibadah sunnah yang tadinya tak pernah dia laksanakan. Itu terbukti bisa membuat jiwanya jauh lebih tenang dan semakin dekat dengan Sang Kuasa. Ketenangan itu pulalah yang membuat pikiran Albab menjadi lebih cerah dan terarah. Karena pikirannya cerah, dia jadi punya banyak ide untuk mengisi hari-harinya di samping sibuk menyelesaikan skripsi.
Sebelumnya, saat Albab ada waktu luang, dia suka menonton konten-konten gaming dan meme-meme gak jelas. Kini, dia mengganti kegiatan tersebut dengan membaca buku. Maklum, di rumahnya terdapat banyak buku milik bapaknya. Sesekali dia membaca buku tentang bisnis, dengan harapan wawasannya soal bisnis akan bertambah. Mengingat dirinya kini juga sedang merintis bisnis jual pulsa kecil-kecilan dan dirinya adalah seorang mahasiswa fakultas ekonomi bisnis.
Albab juga mulai tertarik untuk menjadi reseller setelah membaca buku-buku tentang bisnis. Dia lantas menemui Ardan untuk membeli barang-barang sisa dari pabrik dimana Ardan bekerja, untuk dijual kembali. Barang yang dimaksud adalah barang seperti kaos oblong, celana, masker kain, serbet, korden. Maklum, Ardan bekerja di pabrik kain. Ardan bilang, biarpun untungnya kecil tapi kalau konsisten hasilnya akan lumayan mencukupi jadi tambahan uang jajan. Ardan juga senang, barang-barang itu tidak berakhir menjadi sampah. Sebab dia menjualnya, setidaknya itu semua masih bisa bermanfaat.
Akal Albab semakin main saat melihat toko Mas Ardy. Dia lantas mencetak spanduk untuk menarik lebih banyak calon pembeli. Juga sering melakukan promosi di medsos. Walhasil, dalam waktu dua bulan, bisnis Albab mulai dikenal warga sekitar kompleknya. Walau sebulan setidaknya hanya ada tiga pembeli, Albab tetap mensyukuri itu. karena sebelum dia memasang spanduk, belum ada satu pembeli pun yang membeli pulsa kepadanya. Tak melulu soal bisnis, Albab terus mengembangkan diri, baik secara daring maupun luring. Dia jadi sering ikut seminar-seminar berfaedah. Seminar ekonomi bisnis adalah favoritnya. Ya, wajarlah. Dia kan mahasiswa fakultas ekonomi bisnis.
Seiring berjalannya waktu, bisnis Albab makin berkembang. Kini, selain menjual pulsa, dia juga melayani pengisian saldo PLN serta uang elektronik. Dagangannya juga makin laris. Albab juga mencoba usaha joki desain grafis, mengingat di lingkungan pergaulannya banyak teman yang suka bikin desain untuk dipajang di media sosial tapi tidak tahu cara dan ilmunya. Dia berani berbisnis demikian karena dia punya ilmu dari SMK. Walhasil, makin banyak orang yang bertransaksi dengan Albab. Omzet yang ia dapat per bulan mencapai 500.000. Kalau lagi sepi, omzetnya menurun menjadi 300.000. Sudah lebih dari cukup baginya untuk sekadar menambah uang jajan.
Soal kuliah, Albab telah berhasil menyelesaikan skripsinya. Skripsinya membahas tentang perkembangan usaha kecil dan menengah (UKM) di kompleknya. Pak Adhe, dosen pembimbing Albab berkata, skripsinya unik dan mengandung ide-ide yang inovatif untuk kemajuan UKM di Indonesia. Bahkan beliau juga menyampaikan bahwa skripsi Albab bisa menjadi tiket untuk menjadi lulusan terbaik. Mendengar hal itu, Albab seketika sujud syukur di ruang dosen seluas 10×10 meter yang bersuhu 23 derajat tersebut.
Albab keluar ruangan dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan. Dia merasa dirinya memiliki kekuatan untuk menaklukkan segala tantangan yang ada pada hidupnya. Tetapi, Albab merasa bahwa bisnisnya masih belum bisa mewujudkan salah satu mimpinya, yakni membelikan TV layar datar 32 inch untuk kedua orangtuanya. Memang beliau tak mempermasalahkan itu. Inisiatifnya sendiri yang menggerakkan hatinya. Sejak dulu, Albab bersikeras ingin menghadiahkan suatu barang untuk orangtuanya. Namun tetiba, Albab terpikirkan akan suatu hal.
Ben Jantan pernah berkata, bahwa perempuan suka dengan laki-laki yang sukses. Namun sukses bukan berarti harus punya uang sebanyak Pak Presiden. Minimal bisa menghidupi diri sendiri. Albab merasa, pemasukannya kini bisa menghidupi dirinya sendiri. Sudah mampu menafkahi dirinya sendiri. Bahkan saat lagi sepi-sepinya. Albab lantas berniat untuk melakukan satu impian yang ingin dia lakukan sejak dahulu, yaitu ngobrol dengan perempuan yang dia suka. Ya, hanya ngobrol saja, tidak lebih. Rencananya, Albab akan mengajak seorang teman kampus yang dia kagumi sejak semester 5 dulu untuk jalan bareng ke kafe langganannya.
Albab merasa kini dirinya lebih percaya diri karena bisa cari penghasilan sendiri. Ya, walaupun sedikit. Sebulan 500.000, berarti sehari sekitar 15.000. Tapi setidaknya dia bisa mencari pemasukan sendiri, tidak melulu bergantung kepada orangtua. Berbekalkan kepercayaan diri itulah, akhirnya dia bisa mengajak jalan Ayu Tenan Ningsih alias Ayu, seorang teman yang dia kagumi sejak semester 5 karena sering mengapresiasi presentasinya. Dia sekalian belajar kepada Ayu untuk mengasah kemampuan berkomunikasi di hadapan umum.
“Ehm, Albab. Tumben-tumbenan ngajakin aku keluar. Ada apa nih?” “Nggak ada apa-apa sih. Cuma pengen aja. Ini juga sebagai bentuk ucapan terimakasih buat kamu.” “Hah? Terimakasih buat apa?” “Kamu itu aku anggap teman yang paling suportif di kelas. Aku suka itu.” “Ah, bisa saja kamu, Bab!” “Aku juga sekalian mau belajar dari kamu, terkait komunikasi di depan publik. Ya kayak kamu biasanya gitu lho. Yang sampe diundang ke acara-acara begitu. Lumayan kan cuan!” “Alhamdulillah berkah, Bab! Kalo kata orang-orang gini ini cuma jualan napas. Hehehehe.” “Bisa kan, aku belajar dari kamu, Yu?” “Bisa banget! Kenapa enggak?”
Di hari itu, Albab sama sekali tidak merasa canggung lagi ketika ngobrol dengan perempuan. Kepercayaan diri Albab meningkat semenjak dia bisa menghasilkan uang sendiri dari bisnis kecil-kecilannya. Dia merasa bahwa dirinya sudah mampu mandiri dan mampu menjalankan perannya sebagai pria. Satu persatu impian Albab terwujud. Albab pun bisa makin akrab dengan Ayu. Asekkk!
Cerpen Karangan: M. Falih Winardi Blog / Facebook: Falih Winardi