Day 353 Aku, kamu dan kita Yang terlanjur asing Kita, iya aku dan kamu yang dulunya tak saling sapa, aku dan kamu yang dulunya tak saling kenal. Sampai pada akhirnya aku kamu yang menjadi kita.
Hei, kamu sadar tidak? Kamu adalah prioritas pertama yang selalu aku dambakan. kamu yang selalu aku semogakan dalam setiap bait do’a ku, kamu yang selalu menjadi topik terfavorit kuceritakan pada semua orang.
Aah aku terlalu terlena akan hal-hal indah tentangmu itu, sampai akhirnya keraguan itu datang menghampiri.
Aku tak sadar selama ini, aku hanyalah makhluk pengisi waktu luangmu saja bukan? Bukan meluangkan waktu untukku, walau hanya sebatas kabar, hei di setiap harinya. Aku hanyalah pemeran pengganti dikala pemeran utama tak sempat hadir dalam kehidupanmu bukan?
Heii anda.. kamu tau setiap harinya aku menelan makanan yang namanya overthinking akan hubungan yang tidak jelas ini. Setiap harinya aku meminum minuman yang bernaman rindu. Aku meminum minuman yang bernama rindu itu di pinggir alun-alun kota tua itu, termenung sembari manunggu notifikasi hp ku berbunyi darimu, dengan sapaan “hei, apa kabar denganmu hari ini”. Ternyata itu adalah harap yang tak kunjung datang sampai aku pergi meninggalkan alun-alun itu.
Sesampai di kamar aku memberanikan diri meneleponmu, dengan harap aku bisa bercerita betapa hancurnya hari yang kulewati hari ini. Namun, aku terlalu berekspektasi terlalu tinggi, yang aku dapatkan hanya kata “bentar, lagi di luar sama teman, mau pulang nanti aku kabari sesampai di rumah” ujarmu. Dengan senyum aku menerima tutupan telepon itu, dengan harap kau akan mengabari, ternyata 3 hari berikutnya engkau belum kunjung sampai di rumahmu, karna notifikasi hp ku masih belum berbunyi menandakan ada pesan darimu.
Ataukah kata aku dan kamu itu terlalu akrab untuk kita yang sudah terlanjur asing ini bukan? Harusnya kata itu hanya sebatas saya dan anda saja bukan?
Cerpen Karangan: Gusri A. Wd Instagram @gusriayuwandira