“Assalamualaikum, buku hadist perempuan itu harganya 19 ribu sudah sama ongkirkah?” Pesan dm ku waktu itu kali pertama melihat postingan jualan kamu di sosmedmu. “Waalaikumussalam warahmatullah, in syaa Allah sudah mbak”. Itu balasmu. Lalu aku memberikan nomor wa ku agar kamu mudah menghubungiku ketika buku yang aku pesan telah datang.
Beberapa hari kemudian, masuk pesan dari wa itu, ya itu dari kamu, memberi kabar akan datang untuk mengantarkan pesananku. Kamu menanyakan alamatku, dan kamu antar ke alamatku. Kemeja batik, jaket cokelat, dan penutup wajah hitam itu yang kamu kenakan saat itu, sehingga aku tidak bisa melihat wajahmu.
Tidak ada hal aneh dari pertemuan itu, bahkan kita tidak saling komunikasi, hanya saling melihat story satu sama lain. Sampai tibalah kamu mengomentari postinganku, untuk memesan percetakan kartu, aku menerima pesananmu, dan kamupun datang kali kedua, kali ini bukan untuk mengantar pesanan, melainkan mengambil pesanan. Kemeja batik kuning, itu baju yang kamu kenakan. Dan kali ini aku melihat wajahmu. Teduh.
Kehidupan berjalan dengan normal, seperti biasa setelah pulang kerja, aku mengajar les sampai selesai isya, sembari aku juga mengurusi bisnis kecil-kecilanku. Terkadang kamu mengomentari story-storyku dengan candaan, aku pun membalasnya dengan candaan juga. Aku sangat merasa terhibur dengan candaanmu, sampai tanpa terasa kita memasuki 2 tahun perkenalan kita.
Tahun ke 2 mengenalmu, ada yang berbeda. Komunkasi yang intensif, omongan yang mengarah ke hati, sampai tak kusadari bahwa aku mulai menyukai. Kamu mengajakku jalan-jalan, berkali-kali aku meminta pendapat temanku, dan temanku menyetujui, akhirnya aku pergi bersamamu saat itu. Ketika kita sedang makan, aku bisa melihat wajahmu yang teduh dengan amat jelas. Komunikasi kita semakin sering, kita sering telfonan kadang sampai larut malam. Dan aku benar-benar merasa terhibur.
Suatu hari kita pergi pesta, aku menunggumu sampai lewat batas waktu yang kita janjikan. Aku sedikit ngambek karena kamu telat menjemputku, tapi tiba-tiba saja hatiku terketuk kembali untuk ikut pergi denganmu. Malam itu memang sangat dingin, akupun memang belum fit sekali, ditengah perjalanan kamu meminjamkanku jaket, aku menolaknya namun kamu memaksaku untuk memakainya.
Sesampai di pesta banyak yang bertanya padamu “itu siapa?” kamu tersenyum, akupun tersenyum. Sampai ketika pulang pesta, kita bertemu saudaramu “Kapan lamarannya” kata saudaramu saat itu. “Nanti kalau uda kan dikabari, bulek” jawabmu saat itu. Aku tersenyum menahan malu.
Setelah itu, kita semakin sering bertemu. Kamu mengantarku pulang kerja, kamu mengajakku untuk makan bersama, bahkan kamu pun mengajakku untuk jalan-jalan sembari bercerita tentang keseharian kita masing-masing.
Sampai suatu malam, aku menanyakan tentang kejelasan hubungan keterdekatan kita. “Sebenarnya aku sudah ada yang aku tunggu” itu sepenggal kalimat yang kamu kirim ke aku. Aku tidak bisa membendung air mataku. “Lalu kenapa kamu bilang kemaren galau saat aku bilang ada yang mau melamarku?” Tanyaku. “Itu memang iya tapi ga tau kenapa”. Itu balasmu. Aku ingin mengikhlaskanmu, karena aku berhenti mencari, aku mengirimkan cv biodataku, agar kamu yang mencarikan pasangan untukku. Tidak ada balasan darimu seharian, namun malam harinya tiba-tiba kamu menelponku. Kamu bilang kamu ingin serius denganku. Dan bodohnya aku mempercayai itu.
Setelah itu, aku ternyata sikapmu berubah, kamu sama sekali tidak pernah menghubungiku lagi. “Apa salahku?” Tanyaku pada diriku sendiri. Aku mencoba menghubungimu terlebih dahulu, katamu kamu sibuk. Baiklah aku mengerti kesibukanmu. Sampai suatu hari, aku kembali menanyakan kejelasan status kita, tapi sore itu, kamu bilang bahwa kamu mengatakan serius hanya karena tidak ingin melihat aku sedih. Aku bilang bahwa itu adalah kebohongan besar. Akhirnya aku pamit untuk meninggalkanmu.
Ya, aku meninggalkanmu bukan berarti melupakanmu. 1 bulan sebelum kamu ulang tahun, aku sudah menyiapkan kado untukmu, tapi 2 minggu menjelang ulang tahunmu, ternyata baru aku kamu sudah bersama orang lain. Tapi aku tetap mengirimkan kado ini kepadamu sebagai tanda ingat saja kepadamu. Selamat ulang tahun ya my favorite person. (Cerita ini hanya fiktif belaka)
Cerpen Karangan: Indri Wahyuniati Blog / Facebook: Indri Wahyuniati Ig: @indriwhyt_