Cinta, ya cinta.. Semua orang membicarakannya, termasuk aku. Aku bukanlah tipe cewek yang gampang jatuh cinta, kenapa? Terbukti sampai usia sekarang aku belum pernah yang namanya menjalin hubungan, sampai aku mendapat julukan “jomblo akut” dari rekan kerjaku, sampai suatu ketika aku dijodoh jodohkan dengan atasanku sendiri, namanya Mahendra, cowok super duper sombong, angkuh, keras kepala dan aku sangat tidak menyukainya, namun kata rekan kerjaku dia adalah tipe cowok idaman “perfect”.
Hari ini aku ditugaskan ke kantor pusat bersama pak mahendra, sebenarnya aku ingin mangkir dari tugasku ini, lebih baik aku kena sanksi daripada harus bekerja sama dengan cowok super rese ini. Namun apalah dayaku sebagai bawahan yang harus mengikuti atasannya.. Tak ada sepatah katapun keluar dari mulut kami, padahal hanya kami berdua di dalam mobil.. tiba tiba ada motor yang hampir tertabrak mobil pak hendra karena berbelok arah tanpa komando..
“Eh..eh.. Gila ya tu orang” cetusku kesal “Sabar..” Ucap pak hendra singkat “Kalo ada orang kek gitu harusnya diberi pelajaran biar kapok” gerutuku “Buat apa? buang buang waktu”
Aku hanya diam dan melihat wajahnya, orang seangkuh dia bisa bicara sebijak itu pikirku.. “Kenapa?..” Tanyanya mencairkan suasana “Ng.. Ngga.. Ngga papa kok pak.” Jawabku kikuk Dia hanya tersenyum tipis melihat tingkahku yang sedikit grogi, aku memberanikan diri untuk bertanya padanya mengapa sifatnya sombong dan dia pun menceritakan panjang lebar tentang masalahnya, setelah kejadian itu kami semakin sering berkomunikasi baik masalah kantor maupun sekedar menanyakan kabar.
Aku semakin merasa nyaman dengan pak hendra, begitupun sebaliknya kami sering bertukar pikiran dan saling memotivasi, namun beberapa hari terakhir ini aku mendengar kabar bahwa pak hendra akan segera menikah dengan bu audria, aku mulai menjauh darinya, tidak pernah mengangkat teleponnya dan membalas chatnya, aku sangatlah kecewa atas kejadian itu.
Selesai rapat dengan client, aku buru buru pulang agar tidak berbicara dengan pak hendra, disaat aku mengambil tasku tiba tiba pak hendra menarikku dari belakang dan akhirnya aku terduduk di kursi kembali, hanya kita berdua yang tersisa disini, pak hendra dan aku, pak hendra memandangiku tajam, namun aku tak bisa berbicara apapun, aku menyeka air mataku, aku tak tahan lama lama di dekatnya, aku takut berharap lagi padanya.
“Thea..” Dia memegang wajahku dan menghadapkanku tepat di depannya, aku tetap diam, aku tak berani melihat matanya. “Thea, kenapa akhir akhir ini kamu menjauhi aku? Apa salahku??” “Aku hanya takut berharap lebih pada bapak” “Kenapa? Apa karena ada rumor jika aku akan menikah dengan Audria?” Aku hanya menganggukkan kepala tanpa mengucapkan sepatah kata pun
“Kenapa kamu tidak menanyakan langsung padaku akan rumor itu thea?” “Memang apa hakku? Akan Menikah ataupun tidak itu kan hak bapak” “Thea, coba lihat mataku, aku tidak ada hubungan sedikitpun dengan audria, mengertilah Thea, kami hanya sebatas rekan kerja” “Tapi mengapa sampai bisa ada rumor seperti itu?”
Dia menceritakan panjang lebar kejadian sebenarnya, aku jadi merasa bersalah padanya, kami kembali bersikap seperti biasa di hadapan rekan kerjaku, aku tidak ingin ada satu pun orang tau akan hubungan kami. Lusa pak hendra mendapatkan tugas ke singapura untuk bertemu dengan client disana bersama bu Audria, perasaanku berkecamuk saat itu, aku merasa cemburu, pikiranku kembali pada rumor yang beredar.
Satu minggu berlalu, pak hendra tidak ada kabar sama sekali, setiap kali aku telepon atau chat tidak ada jawaban dari dia, aku tak tau harus berbuat apa, dari berita yang aku dengar pak hendra dan bu audria pindah ke luar kota dan keluar dari perusahaan. Apa ini artinya mereka benar benar menikah?
Dari kejadian itu aku tak sedikitpun berfikir apakah aku akan jatuh cinta lagi atau tidak, aku hanya memikirkan karirku saja. Namun disaat aku tak ingin memikirkan hal itu, datanglah Reyhan dengan segala kebaikannya, dia rekan kerjaku selama ini, akhir akhir ini sikapnya berubah padaku. Dia memberikan perhatian lebih padaku, mulai dari menjemput dan mengantarkanku pulang, mengajak jalan, ya itu lebih dari cukup bagiku karena rumahnya dengan kostku tak searah. Aku mulai membuka hati untuknya karena pikirku dia adalah orang yang baik untukku dan tidak ada salahnya aku memberikan kesempatan untuknya. Aku mulai merasa nyaman dengannya, hari ini aku diajak makan malam di resto dekat kostku dan aku mengiyakannya.
Tak seperti biasanya dia tidak menjemputku malam ini, aku datang seorang diri dengan mengenakan drees warna biru kesukaanku dan make up simpel, sesampainya disana aku diberi surat oleh pelayan resto itu dan aku membukanya saat itu juga.
“Naik tangga dan ikuti langkah berikutnya”.
Aku mengikuti petunjuk itu, dilantai dua yang dalam kondisi remang remang aku menemukan surat lagi bertuliskan
“pakailah kostum ini jika kamu ingin menemuiku, tutuplah matamu dan berjalan lima langkah ke depan”
Kostum yang aku kenakan bak putri dalam film Titanic. Aku menghitung langkahku dalam hati dan setelah hitungan kelima aku berhenti. Tiba tiba aku merasakan ada sentuhan lembut di tanganku, aku yakin bahwa ini Reyhan, aku sangat hafal bau parfum Reyhan. Dia membisiki telingaku
“hitung satu sampai tiga dan bukalah matamu” Setelah membuka mataku betapa terkejutnya aku melihat lampu lampu berjejeran yang bertuliskan “Will You Marry Me” aku tak bisa berkata apapun, antara bahagia dan haru yang aku rasakan. Reyhan yang dari tadi memegang tanganku sekarang dia berlutut di hadapaku.
“Will you marry me, Thea?” Aku hanya tersenyum lembut dan tak menggerakkan kepalaku sedikitpun, hal itu membuat Reyhan penasaran akan jawabanku “Jika kamu mau ambillah benda yang ada di kotak ini dan jika kamu tidak mau kamu boleh meninggalkan aku disini”
Aku merasa bahwa Reyhan memang serius padaku dan aku mengambil kotak yang ada di tangan reyhan, Reyhan pun tersenyum renyah dan berdiri di hadapanku.
“Buka kotak itu, thea”
Aku membuka kotak itu secara perlahan, setelah aku buka ternyata cincin yang berada di dalam kotak tersebut, aku dan reyhan bertatapan lalu reyhan melingkarkan cincin itu di jari manisku, dia memelukku dengan mesra dan mencium keningku. Setelah kejadian itu aku memperkenalkan Reyhan kepada kedua orangtuaku, dan mereka setuju dengan hubungan kami.
Cerpen Karangan: Sebtiana Putri Rahayu