“Bagaimana apakah kamu menerima perjodohan ini, Maaf ayah tidak memberitahumu selama 19 tahun bahwa kamu telah ayah jodohkan” ucapan ayah itu terngiang-ngiang di telingaku “Aku tidak ingin membuang waktu aku akan meminta petunjuk pada Allah” pikirku
Namaku nathafaromadhona, sering dipanggil natha. Aku anak rumahan, mungkin jika tidak terlalu penting aku tidak akan keluar rumah. Ini sudah jam 01.15 wib, aku akan sholat tahajjud. Setelah sholat tahajjud, Aku menangis mencurahkan semua keluh kesahku pada Allah. “Yaallah beri hambamu ini petunjuk apakah hambamu ini harus menerima perjodohan ini atau tidak” doaku. Setelah itu aku istirahat.
Keesokan paginya. “Alhamdulillah, makasih Yaallah atas petunjukmu” ucapku sebangun tidur “Sayang kamu tadi gak sholat subuh” teriak mamaku yang mengucapkannya dari ruang makan “Astafirullah, Maafkan hambamu ini Tuhan” batinku “Astafirullah nggak ma kelewatan ini dah jam 07.22” kataku
Aku melangkah keluar kamar menuju ruang makan membawa kantukku yang masih tersisa. “Mama tadi gak bangunin aku buat sholat subuh” kataku “Mama tadi dah mau bangunin kamu sayang tapi kamar kamu dikunci” kata mama “Astafirullah maaf ma” kataku “Tidak apa-apa tapi jangan ulangi lagi” kata mama
Aku, ayah, dan mama sarapan bersama. “Nanti siang calon imammu akan datang kesini” kata ayah “Ohh seperti itu” kataku “Iya natha bagaimana keputusan kamu?” tanya ayah “Natha setuju ayah” kataku “Alhamdulillah” kata ayah dan mama bersamaan.
Sekarang tepat jam 13.15 Ada yang mengetuk pintu “Assalamualaikum” ucapnya. Ayah membukakan pintu dan menjawab “waalaikumsalam”. “Waalaikumsalam” jawabku dalam hati “Sayang calon imammu sudah datang, kamu akan menemuinya kan” kata mama sambil menghampiriku “Baiklah mama” kataku.
Mama membawaku ke ruang tamu. setelah aku duduk di dekat ayah. “Jadi bagaimana apakah natha menerima ini?” tanya om al teman ayah (ayah dari calon imamku hihi) Saat aku hampir melihat calon imamku itu. Aku menundukkan pandanganku. Aku takut melakukan zina mata. “Natha menerimanya, bagaimana dengan rey” kata ayahku “Rey tadi bilang dia akan menjawabnya jika sudah bertemu dengan calonnya” kata om al “Rey menerimanya” kata calon imamku.
Walau aku menundukkan pandanganku, Aku masih bisa melihatnya sekilas. Dia laki-laki yang baik, Dia memakai baju koko putih dengan celana jeans dengan kopiah dan sorban yang menutupi kedua bahunya. Kulitnya putih, Rambut yang agak panjang namun tetap rapi, Dan cukup tinggi. Sungguh dia adalah idaman semua kaum hawa mungkin. Dan semoga akhlaknya setampan fisiknya hanya itu yang aku inginkan.
“Kita harus menyegeragakan pernikahan mereka” kata om al “Iyah lebih cepat lebih baik” kata ayah.
7 hari kemudian, Hari yang dinantikan akhirnya sudah terjadi. Dia mengucapkan ijab kabul dengan itu dia sudah menjadi mahramku. Setelah itu aku dan dia bersalaman pada ayah dan mama kami. “Rey tolong jaga anak om yah jangan sampe kamu bikin dia sedih atau terluka” kata ayahku “insyaallah” jawab dia “Titip natha yah nak” kata mama “Iyah” kata dia.
Setelah acara itu selesai. “Saya pamit ayah ibu, Insyaallah saya akan menjaga natha sebaik mungkin. Assalamualaikum” katanya sambil bersalaman pada orangtuaku. Aku yang masih setia menangis di pelukan mama Seakan aku tidak ingin berpisah dari ayah dan mama. “Waalaikumsalam” jawab ayah mamaku “Ayo kita pulang ayah dan mama kamu juga harus istirahat” katanya padaku sambil menggandeng tanganku yang masih dilapisi dengan baju lengan panjangku “Mama papa rey akan tinggal di rumah rey sendiri, Makasih papa mama selama ini udah lakuin yang terbaik buat rey. assalamualaikum” kata rey sambil menggandengku menuju mobilnya. “Waalaikumsalam nak” jawab mereka.
Sesampainya di rumah Rey. Aku ketiduran, “Natha bangun udah nyampe” katanya. Rey segera keluar dari mobil dan masuk ke rumahnya itu lalu mengambil selimut. Setelah itu dia keluar lalu melilitkan selimut itu pada tubuhmu agar dia tidak bersentuhan denganmu. Lalu rey membawamu ke rumahnya dan membaringkanmu di sebuah tempat tidur. Rey memang sengaja tidak ingin bersentuhan denganmu walau dia tau bahwa dia sudah menjadi mahrammu, Karena dia butuh izin darimu untuk menyentuhmu.
Lama-kelamaan akupun terbangun dari tidurku. aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Aku melihat rey yang sedang duduk di sebuah sofa yang tidak jauh dari tempat aku tidur. “Kenapa selimut ini melingkari tubuhku seperti ini?” kataku “Maafkan saya tadi kamu tertidur, Saya sudah mencoba membangunkan kamu tapi kamu tidak merespon jadi saya melilitkan selimut itu pada tubuhmu agar saya tidak menyentuh tubuhmu” jelas rey “Ohh yah makasih” kataku
Aku mulai berdiri “Rey apa kamu tidak lapar?” tanyaku “Saya lapar tapi saya tidak mau makan sendiri” katanya “Yasudah ayo kita makan bersama aku lapar nih” kataku “Iyah ayo” katanya. Kami keluar untuk makan. Setelah makan kami pun pulang.
Sesampainya di rumah. “Natha” kata rey “Iyah rey” kataku “Apa aku bisa menyentuhmu jika suatu hari nanti kamu ketiduran seperti tadi” tanya rey “Tentu” kataku “Natha aku ini mahrammu” kata rey “Yah lalu kenapa rey?” tanyaku “Apakah aku bisa melihat apa yang kamu jaga selama ini” tanya rey “Apa?” tanyaku “Mahkotamu yang tersembunyi dibalik hijabmu ini” kata rey sambil mengusap kepalaku yang dilapisi hijab Deg.. deg.. deg.. Aku yang masih berfikir terdiam.
“Gimana boleh?” tanya rey Aku memegang tangan rey, Lalu mengangguk sebagai jawabku.
Perlahan jari-jari rey membuka hijabku. Aku yang masih guguppun langsung memeluk rey. Sungguh sangat serasi wajah putih yang oval dengan rambut panjang yang bergelombang di ujungnya. “Tenanglah, Aku akan mengenakan hijabmu kembali. Terimakasih sungguh kamu sangat cantik semoga akhlakmu sama cantiknya dengan rupamu” kata rey. Mataku yang masih berkaca-kaca dan dengan jantung yang berdegub kencang melepas pelukanku pada rey. Rey mengenakan kembali kerudung itu pada diriku. Sungguh hal itu sangat menguras kegugupanku.
Sampai sini saja, Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di cerpen selanjutnya. Assalamualaikum
Cerpen Karangan: Arini Ramadhani Blog / Facebook: Bossmuda