Grata Sampurna. Itu namanya, persis orangnya yang sempurna.
Grata, lelaki manis yang selalu menjadi idaman siswi SMA Leksana Jambi. Mata yang memancarkan ketulusan. Keindahan wajahnya yang tak bisa diduakan. Tak hanya itu, Grata adalah salah satu siswa peraih mendali dalam bidang apapun. Entahlah, seolah Grata tak pernah merasa lelah. Ia selalu tersenyum melewati setiap koridor.
Siapa yang tak jatuh cinta padanya? Jawabnya semua terpesona kepadanya.
Aku tidak begitu dekat dengan Grata. Padahal, aku selalu melihat Grata bersepeda menuju sekolah. Tapi, aku hanya melihat kejauhan seorang lelaki bertubuh kurus itu. Aku tak seperti perempuan lain yang blak blakan soal perasaan.
Aku, Oni. Perempuan sejuta kependaman, ketertarikan, keterkaguman, serta rasa suka terhadap Grata. Hanya mimpi yang aku lakukan jika ingin berdekatan dengan Grata.
Sial! Sangat sial! Rok putihku terkena air genangan jalanan di jalan. Aku menatap rok putih yang berubah coklat itu dengan sebal. Segera aku menggosok kasar rok tersebut di kran depan kelas.
“Jangan digosok.” Seseorang mengagetkanku. “Pakai ini saja. Lagian cuaca lagi hujan, takut roknya gak kering.” Mimpi apa aku semalam? Bertemu Grata? Lelaki yang aku kagumi? Tunggu. Dia memberikan jaket untukku?
“Eughh?” “Tidak apa-apa. Cepat lingkarkan jaket ke pinggangmu.” Dia menerbitkan senyum manis. Aku menerima jaket hitam itu dengan tercengang. Tak percaya, takdir apa ini?!
“Akan kukembalikan besok.” “Tak usah. Untukmu. Anggap saja itu hadiah.” Hah? Aku tidak salah dengar? Aku terdiam mencermati ucapannya. “Maksudku. Biarlah kamu simpan,” katanya tulus. “Terima kasih. Akan kujaga baik baik.” Aku menatap wajahnya yang sumigrah.
“Oh ya, namaku, Grata.” Dia mengulurkan tangan kanannya. Kenapa tiba tiba? Ah kenapa aku jadi orang linglung? Ada apa sebenarnya? Kenapa aku jadi aneh? Ini beneran Grata? “Oni.” Menerima jabatan Grata. “Baik, Oni. Aku duluan ya.” Aku mengangguk patuh.
Setelah Grata hilang dari pandangan, aku langsung kegirangan. Tak mempedulikan orang orang lewat melihatku tertawa sambil mencium jaket Grata yang wangi. “Makasih, Tuhan.”
Aku tercekikik geli, membayangkan nanti akan lebih dekat dengan Grata karena jaket ini. Aku berjanji, agar senantiasa menjaga jaket pemberian sang penganggum.
“Ngapain lu mesem mesem gitu, Ni?” tanya Adit, teman sekelasku. “Gue seneng banget tau, Dit. Gue dikasih jaket sama Grata,” girangku memeluk jaket tersebut. “Serius lo? Mana coba?” “Nih!” Aku menyodorkan jaket kepada Adit. Jaket hitam bertulisan Grata di dada.
“Ini kan?” “Ke-napa?” “WOI WOI ANJIR! TAU GAK? KAK GRATA KECELAKAAN DAN DIA MENINGGAL DI TEMPAT!”
Deg! Apa? “Bohong!” elakku. “Nih liat, kalau gak percaya,” nyolot temanku menunjukkan foto dimana Grata terletak tak berdaya di atas aspal. Seluruh tubuhnya terpenuhi darah, dan parahnya. Sepeda milik Grata hancur tak berbentuk. “Hoax!” sergahku.
“Ni,” panggil Adit. “Jaket Grata waktu kecelakaan mirip sama kaya Grata ngasih lo jaket?”
Jaket?
Di tempat duka, Grata juga memakai jaket hitam dengan tulisan Grata di dada.
Cerpen Karangan: Nadia Luthfita Faadhillah Blog / Facebook: Nadia Luthfita Hai!
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 16 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com