Hal yang hanya menjadi kenangan, tidak akan terjadi kembali dan hanya menjadi suatu kenangan indah dan kenangan buruk bagiku dan akan selalu teringat. Aku mengingat kembali disaat-saat kita masih satu sekolah, canda tawa yang sama terus menerus diungkapkan teman-temanku. Aku tidak mungkin bisa marah karena memang aku tidak perlu marah untuk itu. Kamu pun juga terkadang tersipu malu karena candaan yang terus dilontarkan oleh teman-teman. Aku masih mengingat saat-saat itu dimana kita masih bermain dan bercanda bersama hingga sekarang kita tidak bisa melakukannya lagi.
Saat itu hari kelulusan SMP tinggal menghitung hari dan banyak dari kami yang akan lanjut satu SMA dan beberapa dari kami harus berpisah sekolah. Termasuk aku dengan Kris, salah satu sahabat aku dari awal aku menginjakkan kakiku di sekolah SMP. Kami harus berpisah sekolah karena aku dan dia ingin mengejar mimpi kami masing-masing di sekolah SMA impian kami yang berbeda. Dia selalu menemaniku kemanapun aku pergi dan yang selalu mendengarkan suka dukaku bahkan amarahku. Aku senang bisa memiliki sahabat seperti dia, tapi aku merasa dia tidak bisa jadi pasanganku karena aku dan dia sudah bersahabat layaknya saudara kandungku sendiri yang sampai saling mengenal keluarga kami masing-masing.
Hari SMA pun saat itu sudah berjalan selama 2 tahun. Aku dan Kris pun sudah merasa punya kehidupan sendiri-sendiri karena kesibukkan dengan kegiatan sekolah kami masing-masing. Saat itu, kelas 11 ada seseorang bernama Brian yang akhirnya mengisi hatiku saat itu. Setelah 1 tahun menjalin hubungan dengan Brian, akhirnya aku memilih untuk mengakhiri hubungan kami karena aku sudah tidak tahan dengan sikapnya selama satu tahun itu sangat kasar sekali kepadaku. Saat itu, kami mengakhiri hubungan kami di dalam mobilnya dan disitu terjadi perdebatan yang pada akhirnya aku harus turun di tengah jalan karena dia sudah mau mulai memukulku. Saat aku turun dari mobil dan berjalan menepi ke trotoar ada yang berteriak memanggilku. “Wanda Wanda!” Aku pun mencari arah suara itu dan tertanya itu sahabat lamaku, Kris. Tanpa kusadari aku tersenyum lebar dan melambaikan tanganku padanya. Lalu Kris pun menghampiriku dengan motornya. “Hei! Ngapain kamu turun di tengah jalan? Pasti lagi tengkar ya sama pacarmu” tanya Kris dengan tertawa. “loh kok.. kok tahu?! Maksudku kok kamu bisa tahu juga aku punya pacar?!” tanyaku kembali dengan bingung. “ya tahu dong.. dunia ini kan memang sempit apalagi kamu sama aku kan ga mungkin lari kemana kan kamu” rayu dia dengan senyumnya. “Ih jijik! Ayo kita pergi sekarang! Cepet bonceng aku nanti aku certain deh semua.” Jawabku dengan kesal lalu naik ke motornya.
Kami berdua pun pergi ke café sekitar dan disitu lah kami pada akhirnya bertemu kembali dan bercakap panjang karena setelah hampir 3 tahun kami tidak bertemu, tentang suka duka yang kami alami masing-masing selama 3 tahun di sekolah kami masing-masing, termasuk cerita percintaan kami saat itu. Kris pun ternyata juga sudah sempat dekat dengan perempuan lain namun hubungan mereka tidak bisa berlanjut karena perempuan yang dia sukai harus menempuh pendidikan di luar negeri saat itu. Selain itu, kami juga membahas tentang rencana universitas yang akan kami masukki saat itu dan ternyata kami satu kampus hanya saja kami berbeda jurusan. Aku mengambil jurusan Manajemen Bisnis dan Kris mengambil jurusan Otomotif.
Sejak pertemuan saat itulah, kami berdua sering jalan bersama lagi. Rasanya senang sekali bisa bertemu kembali dengan sahabat lama setelah 3 tahun tidak berjumpa. Bahkan, kami pun sering berangkat dan pulang kampus bersama walaupun rumah Kris jauh sekali dari wilayah rumahku. Meskipun jauh dan sebenarnya tidak sejalan ke arah kampus, tapi Kris tidak pernah berat hati untuk menjemput dan mengantarku meskipun aku sering melarangnya menjemputku karena aku merasa kasihan padanya.
Sudah satu semester kami lalui di dunia perkuliahan, mulai agak berat dan banyak tugas rasanya. Tapi kami masih saling menyemangati satu sama lain hingga satu semester sudah kami lalui dan saat itu akhir semester satu akan menjelang bulan natal. Kris dan keluarganya sudah memiliki rencana berlibur ke Singapura. Kris, kedua orangtuanya dan kakak perempuannya memang sudah mengenalku sekali sampai mereka pun mengajakku pergi berlibur bersama. Tapi sayangnya saat itu aku tidak bisa ikut karena keluargaku dari Amerika akan datang berkunjung ke Indonesia dan tidak mungkin aku pergi begitu saja.
5 hari sebelum menjelang natal, akhirnya Kris dan keluarganya berangkat pagi dan segera menuju ke bandara. Sebelum boarding Kris pun mengirimkan pesan singkat lewat hp kepadaku, “Aku berangkat dulu ya..” dan saat itu masih belum terbangun dari tidurku karena aku merasa lelah sekali setelah begadang.
Aku pun akhirnya terbangun saat waktu menunjukkan pukul 11 siang. Aku pun membuka pesan dari Kris dan membalasnya “oke.. hati-hati ya. Kabari kalo udah sampai” tapi Kris belum membalasnya dan tiba-tiba ayahku memanggilku. “Wanda! Cepat kemari dan lihat ini..” kata ayahku yang sedikit panik memanggilku. “Ada apa yah?” tanyaku yang sambil berjalan keluar kamar menuju ruang tamu. “Katamu kemarin Kris pergi ke Singapura kan hari ini? Apa dia sudah berangkat? Soalnya ini ada berita katanya pesawat IndoAir hilang arah ke Singapura dari Surabaya.” tanya ayahku kepadaku dengan panik.
Lalu hatiku terasa jatuh dan aku tidak bisa berkata apa-apa, rasa panik, takut, sedih bercampur aduk. Namun aku masih berusaha untuk berpikir positif dan segera mencari informasi ke semua teman-teman Kris karena bodohnya aku, aku lupa menanyakan maskapai apa yang dia naiki hari itu. Aku pun tetap menghubungi telepon Kris namun tidak ada jawaban sama sekali darinya dan teman-temannya pun juga tidak ada yang tahu maskapai apa yang dinaiki oleh Kris.
Aku pun segera mencari daftar nama penumpang maskapai IndoAir yang beroperasi ke Singapura hari itu namun daftar namanya belum keluar dari pihak maskapai. Hingga waktu menunjukkan pukul 1 siang, akhirnya munculah daftar nama penumpangnya dan aku mencari nama Kris dan keluarganya dengan teliti. Aku pun menemukan nama yang familiar di pikiranku, aku menemukan nama Kris dan keluarganya. Hatiku terasa begitu hancur saat itu, dan air mata langsung menetes ke permukaan wajahku. Saat itu, aku hanya bisa berharap dan berdoa kepada Tuhan semoga seluruh penumpang bisa ditemukan termasuk sahabatku.
Setelah pencarian 3 hari, pesawat yang ditumpangi oleh Kris pun ditemukan. Aku merasa lega setidaknya sudah ada kabar. Namun… kenapa ditemukannya di dalam laut? Dan kenapa sudah hancur berkeping-keping? Disitu hatiku merasa hancur lagi dan aku hanya bisa menangis dan terus berdoa kepada Tuhan.
Setelah pencarian terus dilakukan dan sudah berjalan 1 minggu, daftar nama korban terus bermunculan dan banyak foto-foto korban saat dievakuasi juga muncul di berbagai berita. Lalu aku menemukan satu foto yang terlihat familiar sekali dari pakaian dan sabuknya tapi wajahnya sudah tidak terlihat dengan jelas. Akhirnya aku mencari sumber foto itu dan mencari beritanya kembali dengan teliti. Ternyata nama Kris sudah masuk kedalam daftar korban kecelakaan pesawat tersebut. Aku sudah sangat merasa hancur sekali saat itu berminggu-minggu aku masih belum bisa merelakannya dan masih tidak percaya dengan semua hal itu.
Jenazah Kris dan keluarga akhirnya sudah ditemukan semua. Saat jenazah Kris dan keluarga datang di ruang duka, aku dan teman-teman serta keluarga besar Kris diselimuti rasa duka yang begitu mendalam dan begitu banyak tangisan yang terdengar. Kakiku terasa lemas sekali sampai tidak mampu berdiri rasanya, teman-teman Kris pun membantu menenangkanku.
Setelah beberapa hari di rumah duka dan aku sudah mulai merasa tenang, ada salah satu saudara sepupu Kris yang datang menghampiriku sambil membawa sebuah laptop. “Halo.. kamu Wanda bukan?” tanyanya padaku. “Halo.. Iya bener..” jawabku dengan sedikit bingung. “Wanda maaf sebelumnya, aku boleh tanya sesuatu tentang Kris?” tanya dia sambil duduk disebelahku. “Boleh.. tanya apa ya?” “Kamu pacarnya Kris bukan?” “Hah? Ehh.. bukan kok bukan..” jawabku sambil sedikit sungkan dan kaget. “Oh bukan.. maaf banget, ini soalnya aku lihat-lihat laptop si Kris. Kok ada foto kamu di wallpapernya” jawab saudaranya dengan sungkan.
Disitu aku merasa kaget sekali dan merasa hancur lagi. Yang hanya aku pikirkan kenapa bisa begini, kenapa dia tidak bilang padaku selama ini.. apa aku yang begitu bodoh hingga tidak tahu. Dan sampai saat ini aku masih merasa bersalah karena tidak menyadari tentang perasaannya dan aku sendiri baru menyadari selama ini aku ternyata juga sayang padanya.
Setelah kepergiannya aku pun rutin berkunjung ke makamnya dan makam keluarganya juga untuk memperingati kepergiannya setiap 5 kali setahun dengan memberikan bunga yang segar, wangi dan memiliki warna-warna yang cerah. Dan tepatnya hari ini merupakan satu tahun setelah kepergiannya aku membawakannya bunga yang segar dan cerah lagi untuknya dan keluarganya. Setiap aku berkunjung aku selalu mengucapkan ini pada mereka..
“Terima kasih sudah pernah hadir di hidupku, banyak sekali hal yang baik aku dapatkan dari kalian. Kalian orang-orang yang baik, oleh karena itu mungkin tugas kalian sudah selesai dan Tuhan memanggil kalian.”
Cerpen Karangan: Kevina Irma & Pamela Wijaya Facebook: Kevina Irma