Langit yang gelap kini seolah menjadi atap bagi sheryl, ia melangkah memasuki sebuah halaman luas yang telah tertata dengan begitu indahnya bagaikan sebuah negeri di atas awan. Gelak tawa dan kegembiraan dari tiap insan yang hadir di sana turut menjadi penghias yang melengkapi indahnya halaman itu, sheryl melangkahkan kakinya lebih jauh dan jauh menyusuri halaman tersebut, saat ini bersamaan dengan tiap langkahnya ingatannya kembali pada seulas senyuman khas yang terukir pada wajah fatir serta kebersamaan dan waktu yang telah mereka lalui bersama.
Semua tamu di sana berbisik riuh setelah melihat kedua mempelai melangkah menuju singgasana mereka, senyuman manis selalu dipancarkan oleh sang mempelai wanita begitu pula oleh fatir, sang mempelai pria. Ia, senyuman selalu terpancar dari wajah fatir namun tatapannya kosong seolah ia kehilangan separuh dari dirinya.
Sheryl hanya terpaku dengan mata yang berkaca kaca menyaksikan kejadian itu, hembusan angin yang menerpa rambutnya kini mulai membawanya dalam kenangan yang tersimpan dalam benaknya.
15-10-2015 Sore itu sheryl melangkahkan kakinya menyusuri jalan setapak yang akan menuntunnya pada sebuah bangku tepat di tepi danau, seketika langkahnya terhenti sesaat setelah seseorang menggenggam tangannya, tanpa ada kata yang terucap mereka kembali melangkah bersama di bawah dedaunan yang berguguran. Langkah mereka akhirnya terhenti tepat di sebuah bangku di samping sebuah pohon cherry. Tak ada satu katapun yang terucap dari bibir mereka. Hening, hanya suara angin yang menyapu dedaunan yang terdengar.
“jadi, ini akhirnya. Kita harus berhenti dan mengambil jalan kita masing-masing” suara parau yang terlontar dari pria tinggi itu seolah memecah keheningan antara mereka. Kata-kata dari mulut fatir terdengar lirih dan pandangannya kian kosong, ia kemudian melepaskan tangannya yang mulai bergetar dari tangan sheryl. “mmm, aku mengerti” jawab sheryl seraya memalingkan pandangannya dari fatir.
Keheninganpun kembali mengisi kekosongan antara mereka. Dengan mata sembabnya sheryl kembali memandang wajah pria itu, pria yang kini akan mengisi kekosongan dan hati orang lain. “setelah ini, aku tidak tau kehidupan seperti apa yang akan aku jalani dan kita tau bahwa kehidupan di luar sana sangat dingin. kamu tau? tanganmu benar-benar hangat. Jadi, bisakah kau menggenggam tanganku sekali lagi?” sorot mata fatir yang tajam kini kembali memandang sheryl, matanya pun kini kembali menitikan butiran air mata. dengan tangan yang gemetar, fatir meraih jemari sheryl dan merengkuhnya dengan hangat dan erat.
Hari itu satu cinta telah menyatu namun tanpa disadari cinta tersebut telah menghancurkan cinta-cinta yang lain
The End
Cerpen Karangan: saripah