Senja itu aku terdiam melamun di tepi danau, entah apa yang sedang melanda hati dan pikiranku semuanya menjadi kacau tatkala aku mengingat kembali kejadian yang begitu menyayat hatiku. Bermula dari sebuah pertemuan yang tidak kusangka-sangka berjumpa dengan seorang lelaki yang begitu sempurna di mataku, ya lelaki itu begitu sempurna bagiku sebelum aku tau kalo dia mengidap penyakit yang cukup membahayakan bagi kelangsungan hidupnya.
Sejenak aku terbangun dari lamunanku untuk menghela nafas agar aku bisa mengingat kembali secara detail tentang kejadian pilu itu. “oh tidak tidak! Aku tidak boleh seperti ini” tegasku dalam hati. Lalu aku berdiri dari dudukku dan berjalan kecil mengitari danau ini. Senja mulai tiba menghantarku lebih jauh lagi atas kejadian itu, “oh tuhan, mengapa kau tidak mengizinkanku untuk menatap wajahnya sekali lagi” pintaku mengiris kalbu.
Hari ini aku berniat pergi mengunjungi festival gemar membaca yang berada tak jauh dari tempat tinggalku. Di sana aku bisa memilih bacaan yang aku sukai, ketika aku sedang asyik membaca tiba-tiba “permisi, apa boleh saya duduk di sini?” Oh betapa terkejut hati ini tatkala aku melihat seorang pria tampan berada di depanku. “oh, iya silahkan saja” jawabku. Hati ini bergetar saat aku melihatnya sedang fokus membaca sebuah buku tentang ilmu diagnosis kedokteran sampai-sampai aku tak menghiraukan lagi buku bacaan yang sedari tadi asyik aku baca.
“kenapa bukunya tidak dibaca?” Aku terkejut bukan main karena tanpa aku sadari dia mempehatikanku yang sedang melamun memandangi wajahnya. “oh, apa? hmm aku sudah selesai membacanya” jawabku sedapatnya. Oh tuhan wanita seperti apa aku ini bagaimana kalo dia berpikir yang tidak-tidak tentang lamunanku memandangnya. Lalu aku sesegera mungkin beranjak dari kursi itu karena aku sangat malu tatkala dia menangkap lamunanku terhadapnya.
Esok harinya aku mendatangi lagi festival itu karna buku yang kemarin aku baca belum aku selesaikan kelanjutannya, lagi dan lagi aku terkejut ketika pria yang kemarin aku pandangi ternyata berada persis di hadapanku. “Hei, boleh aku duduk di sini?” Tanyanya “Oh, silahkan saja” aku tersenyum manis membalas senyumannya dia. “Kamu membaca buku yang kemarin sudah kamu baca?” Tanya yang terkesan heran kepadaku “Hmm, aku suka ceritanya dan aku ingin membacanya kembali” Jawabku lugas. “Tapi bukannya itu buku yang kemarin sudah kamu baca juga ya?” Tanyaku berbalik heran padanya “Iya, entah sejak kapan aku sangat menyukai buku tentang diagnosa ini. Bahkan aku sudah membacanya berulang-ulang”. “Kenapa kamu suka buku itu?” Tanyaku penasaran “Ya aku hanya ingin lebih tau tentang penyakitku ini, mungkin saja aku bisa mempersiapkan diri dan akan lebih mensyukuri atas nikmat sisa hidupku ini” Ahhh.. aku hanya bisa terdiam dan memikirkan maksud dari perkataannya itu.
Hari ini adalah hari terakhir festival gemar membaca dan aku tidak mau kehilangan kesempatan festival baca ini yang mana aku bebas memilih buku yang aku suka untuk aku baca dan buku-buku yang terdapat di festival ini sangat jarang aku temui di toko buku biasa. Aku mulai memilih buku dan akhirnya aku memilih buku yang kemarin belum sempat aku selesaikan membacanya, ya karena kemarin aku terlalu sibuk untuk membagi fokusku dengan wajah pria tampan itu. Hehehe aku memang wanita yang aneh di luar sana banyak wanita yang menjaga pandangannya dari para pria.
“uuh, akhirnya aku dapat menyelesaikan buku ini juga” gerutuku dalam hati. “Ini untukmu” Setangkai bunga mawar merah tiba-tiba disodorkan di hadapan wajahku dan ternyata dia si pria tampan yang memberiku mawar itu. “Mawar? untukku? untukku apa?” Tanyaku basa basi “Iya, ini untukmu gadis yang ayu. Terima kasih kau telah menemaniku walau hanya sesaat”. Aku terdiam bingung entah kenapa dia bisa berkata seperti itu. “Oo, iya dan aku pun ucapkan terima kasih atas mawar ini, tapi kenapa kau memberiku mawar?” Tanpa menjawab sepatah katapun dia berlalu beranjak pergi meninggalkanku.
Dua hari telah berlalu semenjak kejadian itu dan aku masih saja bertanya-tanya kenapa dia memberiku bunga mawar. Aku pun berjalan mencari tau siapa dan di mana pria itu tinggal, tak berapa lama aku berjalan langkahku terhenti di persimpangan gang kedua dari blok rumahku. “Oh, tuhan dia itu kan pria yang aku cari, bagaimana ini bisa terjadi” Aku pun menangis dan berlari kencang entah dimana aku akan menghentikan kaki ini. Ya dia pria tampan yang memberiku mawar itu ternyata sudah berpulang ke pangkuan tuhan, tak kusangka betapa singkatnya pertemuan ini.
Cerpen Karangan: Nur Cahyati Blog / Facebook: mystorymylifeblogaddress.blogspot.com / Cahyanur Alkarina