Siang ini sangat membosankan. Guru yang seharusnya mengajar siang ini sedang sakit. Jadi, ia tidak masuk hari ini. Suasana kelas yang ribut disertai cuaca yang panas membuatku serasa di neraka.
Jam menunjukkan pukul 14.10. ‘masih ada 1 jam lagi sebelum pulang’ gumamku dalam hati. jadwal pulang sekolah adalah pukul 15.10 karena aku sekolah di sebuah madrasah.
Disaat sedang asik menulis puisi, seseorang yang berbadan tegap menghampiriku. “Fey, pulang sekolah tolongin aku masang alas meja ya”. Pinta Fakhrul padaku. “Pasang sendiri aja!”. Kataku cuek. “Please, aku kan cowok, mana bisa!!”. “Oke, nanti aku tolong”. Ujarku padanya. Fakhrul pun berlalu pergi. Tapi, aku masih sibuk dengan puisiku. Kembali kuperhatikan seisi kelas. Ada yang bergerombol sambil bergosip, ada yang mengabadikan momen-momen keributan kelas, ada yang sibuk mengerjakan tugas, ada juga yang nyanyi-nyanyi gak jelas.
Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu datang. Bel pulang berbunyi. Seluruh siswa berlomba-lomba untuk pulang. Aku pun ikut berlomba. Tapi, ada seseorang yang menghalangi jalanku. “Mana janjinya?”. Tanya Fakhrul padaku. jujur, aku sangat malas siang ini. Tapi apa boleh buat, aku sudah berjanji pada Fakhrul. “Oke, oke, mana kertasnya?”. “Ini dia!”. ia menyodorkan kertas marmar, plastik meteran, dan lem. Oh ya, namaku Falerin Azzahra. Dan Fakhrul adalah ketua kelasku. Meskipun belum kenal lama, tapi kami merasa sudah akrab sekali.
Suasana menjadi hening. Wajar, karena hanya kami berdua yang berada di dalam kelas. Akhirnya suara Fakhrul memecah keheningan. “Fey…”. Panggilnya dengan lembut. “Hmmm..”. Jawabku cuek. “Boleh cerita gak?”. “Boleh Rul, cerita aja!”. “Aku suka sama satu cewek. Aku harus gimana?”. “Kalau kamu berani, bilang aja langsung. Tapi aku sarankan sebaiknya gak usah pacaran. Gak ada manfaatnya”. Fakhrul memperhatikan kata demi kata yang kuucapkan. Tampaknya ia cukup puas dengan apa yang aku sarankan. ‘Siapa cewek yang kamu suka rul?. Akan kuucapkan Congratulation untuk wanita yang sangat beruntung itu. Aku bergumam dalam hati.
Semenjak mengenal Fakhrul, aku seperti mengenal superhero yang telah berhasil menyelamatkan senyumku dari penjara kesengsaraan. Aku tak peduli apakah ia memiliki perasaan yang sama untukku, atau tidak sama sekali. Yang kupikirkan hanyalah senyuman, dan cerita-cerita yang selalu kudengar darinya.
Malam ini ia kenbali meneleponku. Namun bedanya, kali ini ia menelepon bukan untuk bercerita. “Cuma itu aja tugasnya kan?”. “Iya Rul”. “Fey..”. Ia memanggilku dengan lembut. Ia mencoba mengingatkanku pada kejadian saat aku dan dia memasang alas mejanya. Semua kejadian itu terputar di benakku sekarang. “Masih ingat kan, waktu aku bilang kalau aku suka sama satu cewek?”. Tanyanya ragu. “Iya Rul”. Jawabku. “aku mau ikutin saran kamu”. “Oh, baguslah. Udah ada keberaniannya??”. “Insyaallah sudah”. Suaranya lirih. Kami terdiam sementara waktu. Pikiranku kacau. Hatiku pasti akan sangat sakit jika aku mengetahui bahwa dia tak menyukaiku. Fakhrul mulai berbicara kembali.
“Fey, Aku suka sama kamu!”. Fakhrul mengucapkan kata-kata yang tak pernah kuduga sebelumnya. Saat itu juga jantungku berdebar sangat kencang. NAfasku tak beraturan. Ingin rasanya aku terbang ke langit ke tujuh. “Haaah?? kamu bercanda kan Rul?”. Aku masih shock. Seakan tak percaya dengan apa yang ia katakan. “Masih belum percaya?”. Aku masih terdiam. “I Love You”. Ini semakin tak bisa kupercaya. Seorang laki-laki yang menjadi ‘Most Wanted’ di sekolah mengatakan itu padaku. Tak mendapat respon dariku, akhirnya Fakhrul mematikan teleponnya. Aku benar-benar tak paham dengan perasaanku saat ini. Senyumku tak henti-hentinya mengenmbang. ‘Selamat fey, kamulah wanita itu. Congratulation’.
Aku tidak bisa fokus. pikiranku hanya tertuju pada jam istirahat. Bel berbunyi. Semua siswa berpacu untuk menuju kantin. Fakhrul medekatiku, lalu duduk di sebelahku. “Fey, kamu suka sama siapa?”. Tanya Fakhrul. Aku tetap mencoba menahan detak jantungku yang berdetak sangat kencang. “Fey, kumohon, beri tahu aku!”. Ia mendesakku untuk memberi tahunya. Aku tertunduk dan masih diam. “Oh, mungkin kamu gak suka sama aku!”. Aku menatapnay dan masih diam. “Maaf Fey. Mungkin aku bikin kamu merasa dipaksa!”. Tampak kekecewaan dari raut wajahnya. Sebelum ia beranjak pergi, kutarik nafas dalam-dalam, dan kukumpulkan semua keberanianku untuk membalas cintanya. “Orang yang aku suka namanya Fakrul!”. Ia menatapku untuk beberapa saat. Ia beranjak dari duduknya dan melonjak-lonjak kegirangan.
Hari-hariku kini menjadi lebih berwarna. Sejak saat itu, kami sering bersama. Mengerjakan PR berdua, jalan-jalan, juga mandi hujan berdua di atas atap gedung OSIS. Ya, kami sering main hujan pada sore hari di sana. Atap gedung itu telah menjadi tempat favorit kami. Di sanalah kami berbagi suka dan duka. Pada sore ini, seperti biasa, kami pergi ke atap gedung OSIS. Kami duduk menghadap sawah yang terbentang luas.
“Fey, aku pengen kamu jadi pacar aku”. Aku terdiam. Lagi-lagi Fakhrul membuat jantungku berdebar sangat kencang. Perutku ngilu, seperti ada ribuan kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya secara bersamaan. Fakhrul menatapku dengan penuh harap. untuk mengatasi kegugupan, aku bertanya padanya. “Fakhrul, dalam islam, pacaran itu boleh atau nggak?”. “Nggak”. Tampak kekecewaan yang dalam di matanya. “Satu lagi!”. “Apa Fey?”. “Suku kamu apa rul?”. Entah kenapa terbesit dikepalaku untuk menanyakan ini. aku berharap aku tak sesuku dengannya. karena di daerahku ini, jika mereka sesuku, maka tidak boleh menjalin cinta. “Chaniago, kalau kamu Fey?”. “CHANIAGO?? kenapa kita harus sesuku?”. Teriakku pada Fakhrul. Fakhrul diam membatu. Matanya berkaca-kaca. Sedangkan aku, dadaku trasa sangat sesak. Air mataku tak terbendung lagi. tangisku pecah di hadapan Fakhrul.
“Maaf Rul, aku harus berhenti mencintaimu!”. “Aku mengerti Fey, itu berarti harapanku untuk bisa hidup bersamamu sudah mati!” Mendengar ucapannya yang seperti itu hatiku semakin sakit. Ia memngelus lembut kepalaku. “Fey, jodoh pasti bertemu”. Ujarnya mencoba membuatku tenang. Aku masih terdiam. Mencoba untuk menerima kenyataan yang sangat menyakitkan.
Cerpen Karangan: Queen Azzahra Facebook: Uwin Azzahra