Burung burung masih menyapaku ketika aku sampai di alun alun kota bersama dengan pakan mereka yang tersimpan rapat di plastik kertas milikku. Bahkan orang orang yang kukenal sering berlalu lalang di alun alun hanya untuk berteduh, bercengkrama bersama teman mereka, dan mengindahkan diri dari realita, mereka juga masih sama menyapaku dan bertanya apakah keadaanku baik baik saja.
Tentu saja aku baik, karena itu adalah permintaanmu. Apapun yang bisa kulakukan agar dirimu bahagia, aku pasti akan melakukannya. Ditambah lagi, hari ini tidak ada yang berbeda. Semuanya sama, hanya saja ada satu hal yang tak bisa kumengerti. Jika semuanya sama seperti dulu, lalu mengapa kamu tidak ada untuk memegang kembali tanganku seperti dulu?
Pada saat tanganku dingin, kamu selalu menggenggam tanganku, lalu dengan kelembutan jemarimu kamu mengeratkannya tanpa ada keinginan untuk melepaskan salah satunya. Kamu tau, setelah kupikir pikir kamu cukup egois dulu. Kamu memperlakukanku sesuka hatimu, tanpa memikirkan pendapatku. Kupikir aku seharusnya menolak, tapi hatiku dan otakku cukup akrab untuk menerima perlakuan manis dari pria gentle seperti dirimu.
Kasih sayang yang bahkan tak kudapatkan setelah aku dilahirkan di dunia ini. Kudapatkan seketika ketika aku bertemu dengan netramu pertama kali di alun alun ini. Sama seperti kala itu, aku tengah pergi dari realita dan ingin menenangkan batinku untuk sesaat. Hingga keberadaanmu memancing netraku, dan mata kita bertemu untuk pertama kalinya.
Dulu, kamu terlihat lucu dengan rambut bergelombang berwarna pirang terang. Pada awalnya aku menanyakan padamu, apakah itu rambut aslimu atau hanya keisengan dirinya untuk mewarna rambut indahnya. Jawabanmu membuatku terkejut, kamu adalah seseorang yang memiliki aliran darah eropa dengan kelokalan yang sudah mendarah daging dikehidupanmu.
Meskipun memiliki aliran darah yang berbeda, dengan kata katamu yang manis, dan perilaku yang manis pula, kamu tak membedakan darimana aku berasal. Dan hanya untuk beberapa waktu, kamu memutuskan untuk mencintaiku dan memperkenalkanku pada keluarga yang kamu anggap berharga itu. Pada saat itu aku bahagia. Meski bahagia, aku tak bisa menyembunyikan kegugupanku.
Tentu saja, hal hal yang kualami itu sudah tiga tahun lamanya. Tahun yang seharusnya cukup lama untuk melupakanmu yang sudah tak berada di sisiku saat ini. Seharusnya selama tiga tahun, aku sudah bisa melupakan senyumanmu dengan hiasan lesung pipi indah di pipi kananmu, dan suara tawa yang keluar dari mulutmu yang selalu melontarkan candaan padaku setiap saat.
Burung burung itu beterbangan meninggalkan trotoar dan berkicau pergi entah kemana, seakan menyanyikan lagu musim hujan yang sebentar lagi akan menjadi musim kesukaan kita. Tapi, sudah lama aku tidak merasakan suka terhadap musim yang kamu sukai. Karena saat kamu sudah tak berada di sisiku, musim hujan adalah musim terberat yang harus kulewati.
Karena di musim yang kamu sukai ini, kamu sudah tak lagi menemaniku untuk mengatakan alasanmu mengapa kamu menyukai musim ini. Katamu, setiap tetes hujan ini berharga dan penuh dengan kenanganmu, ‘kan? Ya, aku setuju. Setiap tetes ini mengingatkanku padamu. Orang yang kucintai selama tujuh tahun, namun tanpa kata selamat tinggal kamu meninggalkanku.
Benar, kamu telah meninggalkanku. Dan berbahagia bersama penciptamu.
Chris … Sudah tidak ada disisiku lagi untuk selamanya.
“Baby! You’re back!” Kulihat senyuman itu lagi, uluran tangan yang sangat familiar bahkan kurindukan selama ini. Membuatku otomatis mengulas senyum hangatku dan langsung memeluk dada bidangnya. “Yes, Baby. I’m back just for you.”
Adalah Ilusi yang kuinginkan terwujud.
Cerpen Karangan: Chrystalistic Facebook: facebook.com/nuraini.yusmaida.94
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com