Aletta Kimberly tidak ada yang istimewa darinya gadis cupu dengan kacamata. Aletta ia jomblo belum memiliki kekasih. Satu-satunya harapan ia bertahan hidup terhadap penyakitnya cuma Devano.
Devano memberikan senyuman kepada Aletta setiap hari. Menonton konser laki-laki itu. Membeli segala album laki-laki tersebut. Ia memiliki nama sangat panjang Devano Tirtayoso Kalendra Rasio. Keturunan Jawa Amerika punya badan tinggi tubuh atletis. Devano memiliki banyak fans semua terpikat pada pesona Devano ketika bermain gitar di atas panggung. Suara emas itulah yang membuatnya menjadi fans hingga sekarang. Walaupun belum bertemu.
Aletta mendengar ketukan pintu. Membuka segera. Ridwan sang kakak menyapa. “Gak belajar kamu,” “Belajar dong…” Menunjukkan LKS matematika. Meski Aletta sangat mengidolakan Devano tapi tujuan tetap harus diraih. Pekerjaan menumpuk harus selesai sesuai waktu ditentukan, tanpa menunda. Gadis itu hanya akan melakukan pada weekend tanpa gangguan.
Mengecup kening Aletta, Ridwan pergi menjauh dan menutup pintu. Mematung menatap kepergian kakak dari jauh. Selama ini tujuan Aletta cuma ingin sembuh dari kanker ganas menggerogoti tubuhnya sudah dua bulan ia sembunyikan dihadapan orangtua, dan juga kakak. Tidak ingin membebani orangtua dengan penyakit. Mereka cuma akan merasa risih mengurusi anak penyakitan.
Di meja makan suasana jadi berisik kedua orangtua sibuk berbicara. Takut suasana ini menghilang Aletta sibuk mengoceh. “Abang mah gak mungkin punya pacar Ma!” “Jangan gitu Ridwan ini pasti pernah naksir cewek?” “Tapi ceweknya jutek, dan nyebelin.” curhat Ridwan. “Cie… semoga kalian langgeng amin.” Menegadahkan ke atas lalu menutup muka. “Apa sih dia juga gak ada rasa karena sih cewek ini udah ada gebetan.” “Patah hati dong Abang sabar ya!” Mengelus pundak Ridwan memberikan kekuatan untuk bangkit.
Di hari berikutnya ada perasaan kecewa ingin pergi bertemu Devano selalu gagal. Banyak tugas sekolah menumpuk harus dikerjakan. Perasaan dari gadis itu sangatlah rapuh. Hujan turun Aletta berjalan kaki dan merasa kedinginan sebuah mobil hampir menabraknya.
“Hati-hati kalo jalan!” jawab Devano tanpa sedikit pun menoleh menatap layar tablet banyak perkejaan menanti perihal acara show musik, dan juga casting bintang iklan. “Maaf…” Mata Aletta semula lesu terbuka lebar. Devano benar-benar ada di depannya. Segera mendekat. “Boleh minta tanda tangan?” “Gak bisa saya sibuk,” “Dasar cowok rese, nyebelin.” Aletta memperbaiki rambut berantakan basah. Hujan semakin deras kemudian ia terjatuh pingsan Devano panik membawa masuk mobil.
Di perjalanan mereka mampir ke rumah sakit. Di sana Dokter memberitahu jika kondisi Aletta semakin parah kanker menggerogoti tubuhnya kian berbahaya. “Jadi gadis ini terkena kanker Dok?” Tidak menyangka semua seperti mimpi. Pertemuan pertama sudah begini jadinya.
Aletta terbangun dengan selang infus menempel. “Mama… Papa… Abang Ridwan aku takut, aku gak mau mati.” “Lo masih aman kok, maafin kakak ya tadi sempat kasar kakak gak tau kamu sakit.” OMG! Jadi Devano mulai luluh. Ini suatu yang indah sekarang bisa bersama Devano. Orangtua datang menjenguk menaruh bunga memberikan hadiah. Namun semua ditolak, ia hanya berharap Devano kembali memasuki ruangan perawatan.
Kesibukan jadwal syuting pemutaran musik video single keempat sudah berlangsung Devano memakai Vanessa sebagai model klip artis yang tengah naik daun. Membuka ponsel entah kenapa Devano jadi merindukan gadis itu. Sepulang syuting ia datang.
Kehadiran disambut penuh sukacita. Devano merasa bahagia Aletta tetap ceria meski dalam keadaan sakit. Tanpa sadar mengengam jemari tangan Aletta. “Aku harap kamu bisa sembuh Dek, kebetulan Kakak saya juga kena kanker.” Airmata Devano luruh teringat Mama menangis setiap melihat sang saudara cuci darah. Bayangan masa lalu hadir tanpa Devano bisa cegah. Mereka bercerita tentang kejadian pas syuting. Hingga di mana Devano mengungkapkan bahwa ingin mewujudkan impian Aletta.
“Kakak serius?” “Iya Dek, kamu mau apa?” “Cium kening aku di saat ulang-tahun seminggu lagi, aku gak mau aneh-aneh.” Sanggup Devano bisa melakukan sudah terbiasa bertemu lawan main, melakukan adegan di musik.
Setiap hari tiada waktu terlewatkan menjadi gadis paling bahagia bertemu idola. Bercanda riang. Sebuah impian satu persatu terwujud. Sampai di hari itu duduk di atas rooftop rumah sakit kemudian mereka menatap bintang malam. Aletta hanya mengenakan pakaian biasa. Ia bukan gadis yang suka meminta macam-macam.
Devano mengeluarkan kamera handycam. Kemudian menaruhnya kebetulan bisa berdiri ada alatnya. Ditambah ada lampu temaram supaya kodisi tidak terlalu gelap. Mengeluarkan sesuatu di dalam kotak berisi sebuah kalung.
“Pakai…” “Adek kan gak minta Kak!” “Iya tapi ini hadiah kan lagi ulang-tahun.” Setelah terpakai akhirnya Aletta tersenyum riang.
Di tengah indahnya malam Devano memeluknya dari belakang kemudian berbalik dan mulai mencium keningnya. Airmata mengalir dari sela pipi gadis itu. Kemudian setelah itu Aletta menutup mata. Mencoba mengucangkan tubuh tidak bernyawa. Kini rasa sakit mulai terasa ada penyesalan.
“Aku sayang kamu Dek, kamu boleh pergi tapi aku senang bisa mewujudkan list sederhana kamu.” Semenjak hari itu Devano mengeluarkan singgle ciptaan sendiri berjudul luka dan cinta.
Nada lagu begitu dalam. Sebuah iringan piano membuat larut. Salah satu terdalam dan ini pertama kali seorang Devano menciptakan lagu.
Perih hati menatap sendu… Rasa ini tak akan mati…. Biarpun engkau telah pergi… Aku kan terus mencintaimu…
Sampai akhir hayatku…
Susah aku cari penggantimu… Karena aku masih mencintaimu… Engkau gadis yang pertama… Membuka mataku cinta itu ada…
Engkau gadis yang pertama… Membuka mataku cinta itu ada…
Di dalam tangisku, Ku gengam kenangan… Tak cukup luka hati… Apakah ku bisa bersinar tanpamu…
Akan kubuktikkan… Aku coba kuat, aku coba kuat demi dirimu…
Senyuman menghiasi wajah laki-laki itu. Perlahan meninggalkan panggung. Seorang memberikan bunga gadis jutek bernama Vanessa. Mengambil lalu pergi menghambur begitu saja. Entah sampai kapan rasa ini menghilang? Cuma waktu seperti di lagu tadi mencoba kuat menerima segala pertanda baik dan buruk.
Vanessa masih cemberut tadi sudah dikasih bunga malah ambil tanpa ada ucapan terima-kasih pertanyaan demi pertanyaan merasuk. Apakah lagu ini terinspirasi dari seorang spesial? Devano menatap sekeliling mata terbelalak. Benar ia harus ikhlas mencoba move-on? Bayangan perlahan melesat pergi dari hadapannya.
Selesai.
Cerpen Karangan: Hardianti Kahar Blog / Facebook: TitinKaharz Nama panjang: Hardianti-Kahar Nama panggilan: Titin Umur: 26 Tahun Hobi: Menulis Novel, Membaca Novel, Menyanyi Lagu Korea, Makan, Desain Baju, Cita-cita: Penulis Novel Akun Wattpad: @titinstory @titinghey tidak bisa login akun lama Akun Novel Toon: @TitinKahar FB: TitinKaharz IG: Titinghai25 Twitter: Hkaharz Wafo: Hitam, Putih, Ungu, Biru, Kuning