Aku selalu merasa bahagia saat hujan menyapa yang membuatku selalu berharap setiap hari selalu hujan meski aku tahu itu tidak mungkin terjadi. Saat ini aku sedang berada di kelas memerhatikan guru kimia yang sedang menjelaskan materi sejujurnya aku sangat benci pelajaran kimia bisa-bisanya pelajaran terakhir sebelum pulang kimia kataku dalam hati.
“Si kamu bisa temani aku ke toilet?” Kata Yeri teman sebangkuku “Boleh” Balasku.
Yeri meminta izin ke guru itu, lalu kami keluar dari kelas. Kelas kami berada di lantai atas sedangkan toilet berada di lantai bawah. Sepanjang perjalanan menuju kesana aku dan Yeri membahas tentang masalah sekolah sembari berjalan pandanganku selalu melihat ke arah hujan yang sedang turun dengan deras.
“Kamu masih ingat sama dia?” tanya Yeri yang langsung mebuatku terdiam karena aku tahu dengan ‘dia’ yang dimaksud oleh Yeri. “Masih” Jawabku
Tibalah kami di toilet, setelah selesai kami kembali ke kelas. Saat tiba di kelas yang sangat pas dengan bel pulang sekolah guru kimia itu keluar memperbolehkan kami pulang aku membereskan buku dan tasku. Aku dan Yeri berjalan ke arah parkiran motor meskipun hujan kami tetap saja menyalakan masing-masing motor kami Aku dan Yeri Pergi pulang sekolah bersama dengan motor kami masing-masing karena rumah kami saling bersebelahan Aku dan Yeri sendiri sudah bersahabatan sejak kecil hingga saat ini karena itulah Yeri selalu tahu semua tentangku termasuk Aku dan ‘dia’.
Hujan semakin deras aku berusaha untuk mengendarai motor secara pelan-pelan agar motor ini tidak terpeleset, Yeri saat ini sedang berada di depanku bersama motor yang dikendarainya. Saat memasuki desa kami Aku dan Yeri saling bersahutan melalui klakson motor kami yang sudah menjadi kebiasaan Yeri karena Yeri takut aku tertinggal, Yeri memang baik dia selalu menjagaku. Semakin mendekati rumah hujan semakin deras dan juga kabut semakin tebal yang aku pikirkan saat itu aku harap aku bisa pulang dengan selamat.
Sembari mengendarai motorku tiba-tiba aku kepikiran dengan ‘dia’. Dia bernama Pana orang ini adalah seseorang yang sudah aku cintai sejak aku bertemu dengannya disaat hujan itulah alasan yang membuatku bahagia saat hujan karena saat hujan menyapa aku selalu mengingat dia, selalu mengingat pertemuan kami pikiran ini membuatku terganggu dalam mengendarai motor yang membuatku tanpa sadar membelokan motor ini secara sembarangan sehingga motor ini terpeleset dan terjatuh bersamaku dan semuanya menjadi gelap.
Aku terbangun mataku melihat sekeliling agar aku tahu aku terbangun di kamarku sendiri saat berusaha duduk kepalaku menjadi pusing sesaat setelah itu aku mendengarkan bahwa di luar sedang hujan aku bangun dari tempat tidurku berjalan ke arah jendela melihat hujan di pagi hari selanjutnya aku berjalan ke arah jendela. Aku mendapati diriku sendiri menatap bayanganku di cermin aku melihat bahwa kepalaku memiliki luka. Aku berjalan keluar dari kamar yang langsung disambut oleh keheningan aku sudah terbiasa dari dulu karena orangtuaku sedang bekerja. Aku berjalan ke halaman belakang menatap hujan yang terus turun mungkin sekarang keinginanku menjadi kenyataan bahwa setiap hari selalu turun hujan, saat terus menatap hujan pikiranku membawaku mengingat Pana.
Aku dan Pana pertama kali bertemu saat aku masih kecil aku bertemu dengan dia di taman saat hari sedang hujan, saat itu aku sedang sendirian berteduh menunggu orangtuaku menjemputku lalu Pana datang dengan keadaan basah kuyup menghampiriku. “Boleh Aku berteduh disini?” Tanya Pana Aku mengangguk. Suasana menjadi hening aku dan Pana berteduh dalam keadaan diam. Tiba-tiba aku mendengar Pana tertawa saat aku bertanya padanya mengapa dirinya tertawa dia menjawab bahwa dirinya merasa senang saat ini karena bisa berteduh bersamaku, mendegar jawabannya membuatku menatapnya dengan bingung dia lalu berkata padaku bahwa aku adalah seseorang yang disukainya, saat itu aku hanya bisa kebingungan hingga aku melihat mobil mama, saat aku ingin berjalan menuju ke mobil Pana berteriak. “Namaku Pana dan aku mencintaimu” Dan kata itu adalah kata terakhir darinya dan juga itulah untuk pertama dan terakhir kalinya aku bertemu dengan Pana. Saat Pana mengatakan itu aku hanya menggap itu biasa karena kata itu keluar dari seorang anak kecil tapi lama-lama kata itu terjebak di dalam pikiranku yang membuatku berharap untuk dirinya.
Aku tersadar dari lamunanku yang sedang mengingat pertemuaku dan Pana karena tepukan lembut mama di pundakku. “Kamu baik Si?” Tanya mama “Iya ma, mama gak kerja?” “Hari ini mama libur kok” Aku kembali terdiam menatap hujan.
“Kamu sedang memikirkan seseorang?” Tanya mama yang mebuatkyu terkejut. “Mama tahu?” “Mama ingat anak itu juga, mama juga mendengarnya saat dia bilang dia mencintaimu” Aku semakin terkejut karena pernyataan Mama.
“Menurut mama gimana ma? Apakah ini aneh?” Aku melihat mama tertawa “Tidak itu wajar karena kamu manusia dan manusia juga punya perasaan” “Apakah Aku dengan dia bisa bertemu lagi ma?” tanyaku dengan penuh harap. Mama terdiam sebentar aku menatap ke arah langit yang masih menurunkan hujan dengan deras lalu tidak berselang lama mama menjawab “Jika dia memang jodohmu maka sejauh dan selama apa pun berpisah pada akhirnya dia akan mencari caranya sendiri kembali ke kamu” Aku terdiam terpana karena ucapan mama barusan. “Aku berharap dia adalah jodohku” kataku ke hujan.
Aku dan mama kembali masuk ke rumah untuk sarapan bersama. Beberapa tahun setelahnya aku sedang mempersiapkan diri untuk berangkat ke kampus tempat dimana aku kuliah mendadak langit yang tadinya cerah mendadak menjadi gelap dan hujan aku berlari untuk mencari tempat berteduh hingga aku menemukan taman itu saat aku berteduh aku sadar itu aku sedang berteduh di tempat pertama kalinya Aku dan Pana bertemu. Sembari berteduh aku melihat sekeliling dari arah depan aku melihat seorang pria sedang berjalan menuju ke arahku. Saat dirinya sudah tiba aku melihat wajahnya yang sekilas mirip seseorang yang pernah aku kenal dia tersenyum saat aku melihatnya aku membalasnya dengan memberikan senyuman suasana menjadi hening hanya terdengar hujan.
“Kamu kuliah di kampus itu ya” katanya sembari menunjuk bros yang aku kenakan di lenganku sebelah kanan. “Iya” “Wah sama dong” Katanya sembari menunjukan Bros miliknya. “Prodi apa mas?” Kataku “Kimia, kamu?” “Gizi” Mendengar kata kimia membuatku malas karena kimia adalah pelajaran yang aku benci seumur hidupku. “Semester berapa?” “Semester empat mas” “Wah sama nih. Omong-omong namaku Pana Adi”
Mendengar itu seketika membuatku terdiam lalu menatap kearahnya, benar saja wajah itu aku sangat mengenalnya. Ada sedikit rasa rindu yang membuatku ingin langsung memeluknya dan berkata aku merindukanmu tapi itu tidak mungkin karena aku yakin dia tidak akan mengenalku lagi setelah sekarang aku sudah menggenakan jilbab. Tiba-tiba aku kembali teringat dengan kata mama tentang jodoh. Aku kembali sadar saat dia sedang berbicara padaku.
“Mas” kataku “Panggil saja Pana” balasnya “Pana” menyebut nama itu membuat jantungku berdegup kencang “kamu ingat dengan seseorang yang pernah kamu temui disini?” Aku melihat Pana terdiam menatapku “Kamu bilang ke orang itu namamu dan kamu mencintainya” Lanjutku. Pana masih menatapku dan aku menatapnya “Pana orang itu adalah aku dan aku mencintaimu karena itu” Berhasil mengatakan itu Pana terdiam tapi aku yakin dia terkejut sedangkan suara hujan menjadi pelan karena hujan sudah tidaak turun dengan deras.
“Jadi siapa namamu?” Tanya Pana. “Namaku Jisi Melia” Mengucapkan namaku aku melihat Pana tersenyum.
“Jisi aku ingin bilang, aku mencintaimu sejak dulu saat kamu selalu menolongku disaat orang lain tidak mau” Kata Pana Aku terdiam sembari tersenyum setelah itu kami hanya saling menatap suara hujan masih terdengar. Setiap ada Hujan aku selalu teringat dengan Pana dan sekarang Pana ada di hadapanku menyatakan perasaannya mengetahui namaku Jisa Melia gadis yang ia cintai sejak ia masih kecil dan gadis itu juga mencintainya. Benar kata mama sejauh dan selama apa pun berpisah jika sudah jodoh pasti akan kembali bersama dan kurasa ini benar. Di taman itu aku dan Pana masih berteduh menunggu hujan reda tapi kali kami berdua senang karena di pertemuan kali ini kami tidak berpisah.
Setiap hujan aku akan selalu mengingatmu Pana
Cerpen Karangan: Shofa Nur Annisa Deas Blog / Facebook: Shofa Deas Shofa Nur Annisa Deas, saat ini sedang mencari tujuan dan arti dari hidup karena menurut dia hidup itu adalah sebuah cerita.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 8 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com