Matahari pagi telah terbit. Ayam telah berkukuk membangunkanku untuk segera bangkit dari tempat tidur yang nyaman ini. Ya, walaupun aku masih mengantuk, aku harus segera bangun dan mandi. Karena kalau tidak aku bisa terlambat ke sekolah nanti. Apalagi hari ini ada guru killer yang masuk dipelajaran pertama. Yang berarti aku gak boleh terlambat, harus cepat pokoknya.
Oh iya, perkenalkan. Namaku Nisa, aku sekarang bersekolah di SMA Negeri 1 Perbaungan. Aku sekarang duduk di bangku kelas 12. Ya, masa-masa indahku ini sebentar lagi akan berakhir, dan akhirnya aku akan berpisah dengan teman-temanku di SMA.
Seusai mandi aku langsung berpakaian. Selagi memakai dasi, kulihat ke arah jam yang menunjukkan sudah pukul 07.00. Astaga! aku harus lebih cepat, kalau gak bisa telat sampai ke sekolah. Dan itu artinya aku bakal dihukum sama guru killer yang mengerikan itu. Gak! Aku gak mau dihukum! Aku harus cepat. Aku harus segera bergegas pergi ke sekolah.
Setelah selesai, aku langsung turun dari kamarku yang berada di lantai 2 dan langsung menuju meja makan. Kulihat papa dan mama yang telah menungguku untuk makan bersama.
“Selamat pagi Pa! Ma!” teriakku yang baru turun dari tangga, dan langsung mengambil roti di meja dan memakannya dengan cepat. “Kamu ini, kalau makan itu duduk dulu dong.” Kata mama heran melihatku yang makan roti terburu-buru tanpa duduk terlebih dahulu. “Maaf ya ma, soalnya aku buru-buru banget nih. Sekarang udah hampir setengah delapan. Kalau gak buru-buru nanti aku bakal terlambat. Dan dihukum sama guru killer.” “Iya, tapi kalau sarapan itu harus duduk dulu Nisa. Lagian salah kamu juga, kenapa selalu bangun kesiangan melulu. Gak malu apa sama ayam yang bangunnya lebih awal dari pada kamu. Padahal ayam gak sekolah lo.” Kata mama sambil sedikit tercengir mengejek diriku yang suka telat. Yang kalah bangunnya sama ayam. Emangnya aku spesies ayam? “Iya, kamu kenapa bangunnya telat mulu. Emangnya gak buat alarm?” kata papa sambil menikmati kopi hangatnya. “Udah loh pa, tapi entah kenapa tuh alarm gak mempan buat Nisa. Papa ada ide gak selain buat alarm, biar Nisa bisa bangun lebih pagi?” kataku sambil melihat ke arah papa. “Ada nih! Gimana kalau kamu pasang alarm juga, tapi kali ini pakai nada dering yang beda.” “Emang pake nada dering apa pa biar mempan sama Nisa?” tanyaku heran. “Coba pasang nada dering alarmnya itu pakai lagu potong bebek angsa, pasti mempan buat kamu Nis.” Kata papa yang emang suka banget bercanda. Selain suka bercanda, papa juga masih suka lihat film Spongebob. Walaupun umurnya udah lumayan tua. Ya setidaknya papa gak suka lihat sinetron cinta-cintaan juga deh. “Ya ampun pa, gak sekalian aja pakai lagu opening film Spongebob atau Upin Ipin, biar langsung sampe ke otak Nisa musiknya.” Jawabku yang sedikit kesel mendengar jawaban papa. Padahal tadi juga aku udah serius nanyak, eh malah dijawab ngeyel.
Setelah selesai memakan roti dan berpamitan dengan kedua orangtua. Aku langsung berangkat ke sekolah naik Mobil Avanza warna silver, aku juga gak tau sih itu merek Mobil Avanza apaan. Aku duduk di kursi belakang, mobil tersebut di supir oleh Kang Dana. Supir yang udah lama kerja dengan keluargaku.
“Telat lagi ya neng?” tanya Kang Dana dengan nada yang biasa. Ya, biasa udah tau kalau aku emang sering telat. “Iya kang. Kayak akang gak tau aja kalau Nisa sering telat gini.” “hehehe, iya sih neng. Mangkanya neng, kalau mau bangun pagi-pagi itu malamnya jangan lupa baca doa sebelum tidur.” Cerewet kang dana seperti biasa. Emang iya, Kang Dana orangnya lumayan Alim. “Iya deh kang. Yaudah, lebih cepat lagi ya kang nyetir mobilnya. Soalnya aku hari ini gak boleh telat nih.” Jawabku dengan sedikit rasa takut. “Bukannya emang udah telat ya neng?” tanya Kang Dana sambil nyengir dikit. “Iya deh kang.” Jawabku dengan ekspresi suntuk. “Yaudah pokoknya buruan kang.” “Oke neng siap. Eneng tau kan kalau Kang Dana ini bekas pembalap kelas kampung?” kata Kang Dana sambil nyengir. Kang Dana mah emang gitu orangnya, padahal pas ikut kejuaraan balap di kampungnya, dia juga cuma jadi pemegang benderanya doang. “Yaudah buruan cepat kang.” “Oke neng, kita lets go!”
Mobil yang disetir Kang Dana mulai melaju lebih cepat. Setelah beberapa menit kemudian, aku akhirnya sampai di depan gerbang sekolah. Dan aku langsung saja menerobos masuk karena khawatir si guru killer udah masuk ke kelas. Entah keajaiban apa yang terjadi hari ini. Si guru killer gak masuk. Kata Tia, temen sebangkuku, si guru killer lagi sibuk ngurusin kerjaan lain. Yang penting hari ini aku terselamatkan dari hukuman si guru killer.
Tetapi walaupun begitu, tetap aja si guru killer nyuruh kami buat nulis catatan yang panjang banget. Ya tambah males deh kalau gini terus. Datang gak datang mah sama aja si guru killer selalu buat kami gak tenang, pikirku.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 13:30, ini waktunya bell pulang berbunyi. “Hei Nis, pulang ini kamu ada acara gak?” kata Tia kepadaku sambil berjalan keluar dari pintu kelas. “Gak sih, emang kenapa Tia?” jawabku lirih. “Hari ini aku bete, gara-gara nulis catatan yang panjangnya kayak buku Herry Potter tadi. Kamu mau gak temeni aku lihat pacarku nge-band di studio dekat lapangan itu?” tanya Tia sambil tersenyum di hadapanku. “Aku sih mau aja, tapi nanti kalau kamu berduaan sama pacarmu, aku bakalan jadi obat nyamuk lah.” Jawabku dengan nada malas. “Gak deh Nis! Kan ada temen-temen band nya yang bisa nemeni kamu. Oh iya, ada temen cowok aku, orangnya ganteng Nis. Namanya Sidik, selain jago main gitar, dia juga lumayan pintar dan alim loh Nis. Kurang apalagi coba?” “Iyaiya deh. Kali ini aku mau ikut.” Jawabku singkat. “Asik..! Yaudah ayuk kita berangkat sekarang Nis!” kata Tia bersemangat. Yaiyalah, siapa juga sih yang gak semangat kalau mau jumpa pacar sendiri. Kecuali kalau orangnya emang jomblo, kayak aku. “Yaudah bentar. Aku bilang ke Kang Dana dulu suruh pulang duluan sekalian suruh bilang sama mama ku kalau aku mau pergi sama kamu.”
Setelah itu kami berdua langsung berangkat naik motor matic milik Tia. Cukup gugup sih, soalnya ini baru pertama kalinya aku mau ketemuan sama anak-anak band. Apalagi kata Tia, ada cowok yang ganteng dan perpect. Yaampun, gimana ya kalau nanti aku gak bisa ngomong sama sekali gara-gara grogi, pikirku.
Motor Tia berhenti di depan sebuah studio. “Udah sampe nih Nis. Yaudah ayuk kita masuk.” Kata Tia setelah memarkirkan motornya. “Yaudah yuk.”
Kami mulai memasuki studio. Dan dalam 1 ruangan band, ada sebuah band yang masih bermain. Karena tadi pacar Tia udah pesan kalau udah sampe langsung masuk aja. Ya jadi kami berdua langsung masuk buat ngeliat mereka latihan. Setelah beberapa menit kami menunggu mereka selesai latihan dengan duduk di kursi yang dekat dengan panggung. Akhirnya mereka selesai, dan vokalis band tersebut yang juga pacarnya Tia mendatangi kami berdua. “Hai sayang, maaf ya udah nunggu lama.” Kata Rio, pacar Tia “Iya gakpapa sayang. Ini temen aku, yang namanya Nisa. Kamu masih ingat kan?” kata Tia sambil melihat ke arahku. Memang, aku sudah kenal dengan cowoknya. Ya walau kami jarang bertemu. “Oh iya, ya masih ingat lah sayang.” Kata Rio sambil senyum ke arahku. “Oh iya, woy temen-temen. Nih kenalin temen pacar gue.” Teriak Rio kepada teman-teman 1 band-nya Semua teman Rio berkenalan denganku, dan benar kata Tia. Ada 1 cowok ganteng, namanya Sidik. Waktu bersalaman dengannya saja aku sudah langsung jatuh cinta.
Setelah perkenalan dengan teman-teman Rio. Aku dan Tia sedikit mengobrol dengan cowok dan teman-teman band nya. Dan kukira sidik adalah cowok yang suka bicara, ternyata salah. Ia lebih banyak diam dan mendengarkan dari pada berkomentar. Setelah beberapa puluh menit kami duduk dan mengobrol. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Karena hari juga sudah semakin sore. “Yaudah sayang, aku sama Nisa pulang dulu ya. Kamu nanti pulang sama temen-temen kamu kan?” tanya Tia kepada Rio. “Iya sayang, yaudah kamu pulang duluan aja. Udah sore banget soalnya. Hati-hati ya sayang.” Jawab Rio.
Setelah berpamitan juga dengan teman-temannya, terutama Sidik. Aku dan Tia langsung pulang. Sampai di rumah, aku langsung mandi dan makan. Setelah hari sudah malam, aku masih penasaran dengan cowok yang namanya Sidik itu. Aku mencoba bertanya nomor hp-nya sama Tia. Sebenarnya Tia juga gak punya nomor Sidik, tapi dia coba minta sama Rio. Dan akhirnya aku pun mendapatkan nomor Sidik.
Setelah mendapatkan nomornya, aku coba buat kirim sms. “Hai Sidik.” Sms ku singkat. Sebenarnya malu sih karena aku kan cewek, masa sms duluan. Tapi ya mau gimana lagi. Tak lama ada sms masuk, aku langsung membaca sms-nya. “Iya, ini siapa?” tanya Sidik singkat. “Ini Nisa, kamu masih ingat gak? Yang tadi kenalan di studio.” Jawabku berharap Sidik masih ingat denganku. “Oh, iyaiya. Aku masih ingat kok. Kamu temennya Tia kan?” balas sidik. “Iya.” Jawabku singkat dengan sedikit perasaan gugup. “Kamu ada apa sms aku Nis?” tanyak Sidik dalam balasan smsnya. Aku langsung bingung mau jawab apa. Nah, aku coba cari alasan klasik aja deh, pikirku. “Gpp Dik, cuma pengen lebih kenal aja sama kamu. Boleh kan kita temenan?” tanyaku “Iya boleh dong. Mulai sekarang kita temenan ya.” Balas Sidik. “Wah, oke Dik. Makasih ya!” Jawabku dengan perasaan senang. Sepertinya kesan pertama perkenalan kami berdua sangat lancar.
Mulai dari perkenalan itulah aku dan Sidik semakin dekat dan akrab. Kami mulai sering juga Teleponan. Kadang aku juga suka curhat sama Sidik. Entah kenapa dia enak banget dijadiin temen curhat. Karena selain pengertian, Sidik juga bisa kasih aku solusi dari semua masalahku.
Dan setelah sekian lama kami tidak berjumpa lagi. Sidik mengajak aku untuk pergi ke Pasar Malam. aku senang sekali, dan langsung meng-iyakan ajakan Sidik tersebut. Di malam kami akan pergi berdua, Sidik sudah datang lebih awal ke rumahku dengan Motor Vario yang biasa ia kendarai. Aku langsung mengajak Sidik untuk masuk ke rumahku.
“Pa, Ma, kenalin. Ini teman aku, namanya Sidik. Dia anak Band, dan dia juga kelas 12 di SMK Negeri 1 Perbaungan.” Kuperkenalkan Sidik kepada kedua orangtuaku. “Malam om, salam kenal saya Sidik.” Jawab Sidik sambil menyalami kedua orangtuaku. “Boleh saya ajak putrinya om, buat jalan-jalan ke pasar malam?” tanya Sidik ke papa. “Oh, iya nak. Boleh, asalkan jangan pulang lewat dari jam 10 malam. Dan nanti setelah habis dari pasar malam langsung antar Nisa pulang ya.” Jawab papa. “Iya om, pasti langsung saya antar pulang. Saya izin pergi dulu ya om, tante.” “Aku juga pamit ya ma, pa.” “Iya, kamu hati-hati ya Nis.” Kata mama
Setelah berpamitan. Kami langsung pergi berdua ke pasar malam. Jujur, aku gugup banget. Walaupun sudah cukup akrab, tetapi baru kali ini aku dibonceng sama Sidik. Aku malam ini emang agak sedikit berdandan. Karena kupikir malam ini adalah malam yang spesial, dan harus memiliki kesan yang spesial juga.
Sesampai di pasar malam, Sidik memarkirkan motornya. “Nis, udah sampe nih. Kita mau naik apaan dulu.” Tanya Sidik dengan senyuman kepadaku. “Gimana kalau kita naik baling-baling dulu. Kamu gak bakal muntah kan?” tanyaku dengan senyuman kecil kepada Sidik. “Ya gak lah, masa cuma naik baling-baling aja aku sampe muntah. Hehehe.” Jawab Sidik sambil tertawa kecil. “Yaudah, ayuk kita naik baling-baling!” teriakku senang.
Kami langsung bergegas untuk menuju loket dan membeli 2 tiket baling-baling. Saat menaiki baling-baling, bagiku adalah momen yang sangat istimewa, karena aku duduk berhadapan dengan Sidik. Dia hanya tersenyum melihatku, dan akupun membalas senyuman Sidik. Setelah turun dari baling-baling dan mencoba beberapa permainan yang lain, kami pun berjalan-jalan keliling pasar malam. Dan Sidik membelikan aku Popcorn.
Cerpen Karangan: Muhammad Mu’az Blog / Facebook: www.aw-cyber.net Saya hanya seseorang yang masih terus belajar untuk menulis dan menulis. Sangat suka dengan genre Cinta dan Fantasi.