Aku teringat kemarin, saat aku melihat tindakan pacarku yang menghancurkan hatiku, yup dia berselingkuh dan langsung memutuskanku tanpa alasan yang jelas. Aku hanya dapat terdiam dan tanpa pikir panjang langsung meninjunya dengan keras. Tepi bibirnya berdarah karena tinjuan dariku, dan aku meninggalkannya dengan wanita itu.
Aku marah dan sedih, hubungan yang telah aku jalin selama 5 tahun sirna seketika. Semalaman aku hanya menangis di kamar ditemani derasnya hujan yang mewakili kesedihan hatiku.
Setahun berlalu, aku telah lulus dari fakultas kedokteran dan mulai bekerja di sebuah rumah sakit di bagian IGD. Setelah 3 bulan aku bekerja, aku mendapati pasien yang ternyata aku kenal, temanku Defa. Dia mengalami kecelakan motor yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit, tulang rusuknya patah.
“Nur, kamu kerja disini?” tanya Defa setelah sadar dari efek obat bius. “Ya aku kerja disini. Kamu bagaimana sih bawa motor sampai bisa kecelakaan seperti ini?” tanyaku khawatir. “Tenang, aku bakal baik-baik aja kok. Btw, kamu sama Rifky bagaimana?” tiba-tiba dia bertanya soal Rifky, mantan pacarku. “Ah udah jangan nanya lagi soal dia, aku males. Kalo kamu tanya lagi soal dia akan kusuntik kau dengan sadis.” kujawab dengan kesal dengan nada mengancam. “Tapi kali ini serius, kamu tahu bagaimana keadaan Rifky sekarang?” Defa lalu bertanya soal itu padaku, namun kali ini dengan nada serius. “Aku bilang jangan tanya lagi soal Rifky padaku, aku udah engga mau peduli sama dia. Lagi pula siapa yang mau peduli sama cowok berengsek kaya dia?” aku langsung memalingkan wajahku. “Jadi kamu belum tau alasan dia memutuskanmu? Tolong ambilkan tasku itu!” dia menunjuk ke arah meja. “Aku ini doktermu bukan asistenmu. Nih ambil!” sambil memberikan tas itu. “Ketus amat sih jadi dokter, nih ambil! Ada pesan khusus buat dokter ketus plus ada memory cardnya, jangan liat disini, di rumah aja.” dengan nada serius Defa menyampaikan pesannya itu padaku. “Kalo gitu aku pulang dulu, jam kerjaku udah selesai. Btw jangan dulu gerak-gerak, nanti tualng rusukmu geser lagi.” “Ok” dengan wajah ceria.
Saat aku pulang, pesan yang diberi oleh Defa langsung aku buka. Aku membuka terlebih dahulu memory card karena penasaran apa isinya. Setelah kubuka, ada sebuah video yang menunjukan seorang lelaki yang aku kenal, yup dia Rifky yang terbaring lemas di sebuah ranjang rumah sakit. Aku tak percaya semua yang dia katakan padaku, bahwa kejadian satu tahun yang lalu ketika dia memutuskanku itu hanyalah cara agar aku tak sakit hati ketika melihat dia pergi untuk selamanya. Aku kemudian membaca surat yang dia berikan, aku tak lagi percaya apa yang dia tuliskan untukku.
“Nur kamu sudah melihat videoku? Aku tahu kamu tidak akan percaya bukan? Tapi satu yang pasti aku sangat mencintaimu, aku tidak ingin kamu tahu soal penyakitku ini karena aku tak ingin melihatmu sedih. Wanita yang waktu itu adalah adik sepupuku. Aku sangat mencintaimu Nur. Tolong maafkan semua kesalahanku. RIFKY.” itu yang Rifky tuliskan untukku.
Seketika air mataku menetes deras layaknya hujan deras yang disertai petir. Tanpa pikir panjang, aku kembali ke rumah sakit dan bertanya pada Defa dimana Rifky sekarang. Defa menjawab bahwa Rifky dirawat di rumah sakit ini, di ruangan ICU.
Aku berlari ke ruangan dimana Rifky dirawat, dan mendapati orangtua Rifky dan sepupunya sedang menangis. Saat itu juga aku menyadari bahwa Rifky sudah pergi untuk selamanya dari dunia ini.
“Maaf kamu Nur kan?” tanya ibu Rifky padaku. “Iya bu, maaf saya datang terlambat.” sambil menahan tangis aku memeluk ibu dengan erat. Setelah itu aku melepaskan pelukan ibu dan menju ke arah Rifky dan berkata “Teganya dirimu tak menungguku, aku mau datang tau. Aku mau meminta maaf padamu tapi kamu malah pergi. Dasar si butek..” aku terlihat seperti orang gila berbicara pada tubuh kaku ini.
“Maaf ka, ini ada pesan dari Bang Rifky.” dengan sedih, adik sepupu Rifky memberikan handphone yang berisikan pesan dari Rifky. “Nur apakah kamu datang? Mungkin bila aku masih bernafas aku akan lompat sambil teriak kegirangan ketika melihatmu. Maafkan aku jika aku tak dapat memperhatikanmu seperti 3 bulan terakhir ini, yup aku sudah melihatmu sejak pertama kali kamu bekerja di rumah sakit ini. Betapa bahagianya aku ketika melihatmu, ingin rasanya aku menyapamu namun aku tak ingin membuatmu sedih. Seandainya waktu dapat diputar kembali dimana kita masih menjalin hubungan, akan kubahagiakan dirimu terlebih dahulu sebelum aku meninggalkan alam dunia ini. Tolong maafkan aku jika aku tak pernah membuatmu bahagia dan hanya membuatmu menangis. Jika Allah berkehendak, aku harap kau akan menjadi istriku kelak di surga nanti. Jadi jangan pernah lupakan beribadah pada-Nya dan jangan sampai jilbabmu kau lepas. Kamu sangat cantik ketika memakai jilbab. Kau jangan terlalu lama bersedih, kau juga harus memikirkan tugasmu sebagai dokter. Hiduplah dengan bahagia dan menikahlah dengan orang yang kamu cintai. Aku berharap yang terbaik untukmu.”
Aku hanya menangis saat mendengar pesan terakhir dari Rifky, aku hanya dapat berdoa agar Rifky ditempatkan di tempat yang layak di akhirat sana.
“Terima kasih Rifky.”
Cerpen Karangan: Lili Shofia Nurimani Blog / Facebook: Lili Shofia Nurimani Assalamu’alaikum. Hai,saya Lili. Seorang siswi dari SMK Banjar Asri. Maaf kalo cerpen saya masih banyak kekurangan, ini cerpen pertama saya yang saya publikasikan. Untuk yang sudah baca, terima kasih.