Dentum suara bel terdengar begitu indah karena banyak siswa yang sudah bersiap untuk pulang, aku tak bisa menahan tawa ketika temanku berkata bahwa bel pulang sekolah itu ibarat komando untuk berperang. Yaa tapi itu tidak berlaku untukku karena memang aku sudah terbiasa pulang lebih lama dari yang lain, terlebih lagi hari ini aku berencana untuk menemui seorang wanita yang aku sayangi selain ibuku. Yup dengan kata lain dia adalah kekasihku, aku berencana menemuinya karena aku dapat kabar kalau kemarin dia tidak berangkat karena sakit dan juga mungkin karena lama tidak bertemu aku merasa rindu dengan senyum manisnya.
Sebenarnya aku juga tidak tahu hari ini dia berangkat atau tidak, aku hanya bisa mengecek saat melewati depan ruangan organisasinya kebetulan ruang kelasku satu arah dengan ruang organisasinya jadi setiap waktunya pulang aku bisa mengecek dia berangkat atau tidak. Akhir-akhir ini kita memang jarang komunikasi karena handphoneku sedang rusak jadi hanya ini yang bisa aku lakukan. Saat semakin dekat dengan ruangan itu aku merasa jantungku dipompa lebih cepat,“ aahh jadi ini yang orang bilang deg-degan!.“ Saat sampai di ruangannya aku meminta temannya untuk memanggilnya “permisi, bisa tolong panggilkan Bella?” saat Bella keluar ada sedikit kekecewaan.
Yaaa, aku agak kecewa karena saat dia keluar tidak terlihat sebuah senyuman yang biasa aku lihat “Udah mendingan?” aku membuka pembicaraan “iyaa udah.” Suaranya terdengar parau, aku tau dia bohong. Tiba-tiba suasana jadi canggung mungkin efek lama tidak bertemu, “Emang gak kangen udah lama gak ketemu?” ucapku untuk mencairkan suasana “Lumayan sih.” Ucapnya dengan muka datar. Seketika aku terdiam saat mendengar sebuah kalimat tanpa ekspresi yang diucapkannya, Dimana pikiranku mulai buyar memikirkan apa yang terjadi dengannya hingga aku mulai berpikir bahwa selama ini bukan karena kita tidak bertemu tapi karena dia menghindariku.
“Aku mau ngomong sesuatu.” ucapnya agak mengagetkanku “ehh iya mau ngomong apa??” jawabku sambil mencoba membuang jauh-jauh pikiran tadi. “Aku mau kita udahan!!” sebuah kalimat dengan nada tegas yang diucapkannya itu bagaikan sebuah anak panah yang menembus tepat di jantung. “Tunggu, udahan gimana maksudnya?.” Tanyaku menegaskan karena aku tau maksud dibalik kalimat itu, “Yaa, aku mau kita udahan kita gak ada hubungan apa-apa.” Dan itu adalah sebuah kalimat yang paling tidak diharapkan dalam sebuah hubungan. “Tapi kenapa Bell?? Kok tiba-tiba begini si!!” ucapku dengan nada agak tinggi. “Kamu gak perlu tahu alasannya. Pokoknya aku pengen kita udahan!!.” Itulah ucapan terakhirnya sambil berlari menuju ruangan organisasinya.
Akhirnya aku pulang dengan pikiran agak kacau, bukan karena putus hubungan tapi karena aku tidak menyangka bahwa Bella bisa berkata seperti itu. Aku sangat paham Bella itu bukan tipe orang yang mengatakan sesuatu tanpa alasan. Sesampainya di rumah aku langsung merebahkan diri di kasur sambil mencoba menenangkan pikiran, “Nangg, mandi dulu sana abis itu makan!!” panggil ibuku dari dapur “Iyaa buk, sebentar lagi.” Ucapku dengan suara lemas. Sebenarnya aku sudah tidak punya nafsu makan lagi karena kejadian tadi, dan juga walaupun Bella meminta putus hubungan aku tetap tidak bisa melupakannya karena dia adalah kekasih pertamaku.
“Udah laah, mending mandi terus makan!” ucapku sambil berdiri. Sudah hampir 2 minggu sejak kejadian tersebut dan aku tidak pernah bertemu Bella lagi, sebenarnya aku mencoba untuk melupakan Bella tapi setiap ingat wajahnya detak jantungku menjadi lebih cepat dan wajahku memanas. Yaa, walaupun sulit melupakannya karena dia kekasih pertamaku tapi setidaknya aku bisa menjalani kehidupanku dengan normal untuk mencari yang baru hehehe.
Hingga pada suatu hari ada kabar duka di sekolah yaitu ada seoramg siswi sekolahku yang meninggal. Saat diumumkan suara itu terdengar seperti badai dan terasa seperti cambuk berduri yang menyayat hati. Yaaa, siswi yang meninggal adalah Bella. Mulutku terasa terkunci selagi pipiku basah oleh air mata, aku berharap ada kekeliruan dalam berita ini. Tanpa berlama-lama aku meminta izin ke guru untuk taziah ke tempat Bella walaupun sebenarnya tujuan utamaku adalah memastikan bahwa kabar itu keliru.
Saat sampai di rumahnya aku tau bahwa semua ini adalah sebuah kenyataan, walaupun aku tidak ingin mengakuinya. Aku memaksa masuk dengan kaki yang sudah lemas untuk melihat Bella yang terakhir kalinya. Aku terduduk di samping tubuh Bella “Selamat jalan” itu satu-satunya dari beribu kalimat yang keluar dari mulutku. Aku benar-benar terduduk dan mengangis di samping Bella, hingga seseorang menepuk pundakku. Ternyata itu adalah ibunya Bella.
“Nak Aldo?.” suara sesenggukan dan mata sembabnya membuat hatiku lebih hancur lagi. “Iya bu, ini saya Aldo.” Ucapku dengan gemetaran karena efek menangis, “ini nak, ibu menemukan ini di meja belajarnya Bella.” Ibunya Bella memberiku sebuah surat bertuliskan ~untuk Aldo~ tanpa pikir panjang aku langsung menerimanya dan pamit pulang kepada ibunya Bella. Sebenarnya aku diajak untuk mengiringi sampai ke liang lahat, jelas saja aku menolak karena aku takut roboh saking tidak kuasanya. Aku memilih untuk pulang dan membaca surat dari Bella ini. Sesampainya di rumah aku langsung mengunci diri di kamar dan membaca surat tersebut.
“Hai sayang, maaf ya masih manggil sayang padahal udah putus. Sebenernya emang masih sayang si hehe ^_^. Aldo kalau kamu baca surat ini berarti aku udah gak ada di dunia ini. Sebenernya aku pengen ngomong banyak ke kamu, aku masih pengen bareng kamu, aku pengen kita ngelakuin hal-hal seru kaya dulu. Tapi apa daya takdir gak ngizinin kita, di surat ini aku minta maaf banget sama kamu. Maaf kalo aku gak bilang jujur ke kamu, maaf kalo aku udah nyakitin kamu waktu aku bilang putus, maaf kalo aku gak bisa jaga janji kita dulu. Sebenernya alasan aku putusin kamu karena umur aku udah gak panjang lagi, waktu itu aku udah didiagnosis kanker stadium akhir dan aku gak mau kamu tahu karena kalo kamu tahu kamu pasti lebih milih jaga aku di Rumah sakit dari pada sekolah. Aku gak mau itu terjadi, sekali lagi aku minta maaf ya. Dan kamu jangan murung terus kamu harus semangat aku juga semangat kok. Soalnya aku seneng banget yang jadi END LAST LOVEnya aku itu kamu ^_^. Selamat tinggal Aldo ku tersayang. SAMPAI JUMPA ^_^. ”
Entah sudah berapa lama aku menatap secarik kertas ini, dan yang aku rasakan hanya sebuah rasa sakit yang teramat sangat sehingga aku lebih memilih dada ini kosong. Sebuah ucapan selamat tinggal yang cukup bodoh karena lebih memilih menulisnya di secarik kertas dari pada berbicara langsung. “Dasar bodoh… gak mungkin aku bakal murung terus aku ini cowok. Yaa, aku bakal jalanin hidup ini dengan semangat. Aku seneng bisa jadi END LAST LOVEnya kamu, SAMPAI JUMPA BELLA!!.”
Cerpen Karangan: Rudi Febri Abdillah Blog / Facebook: Rudi febri abdillah@facebook