Dinginnya pagi masih terasa di setiap sudut ruangan itu, seorang pria terbangun dari tidurnya mencoba menenangkan diri, entah apa yang membuatnya terbangun sepagi ini. Sepucuk surat berada tepat di sampingnya, ia duduk di tepi kasur dan membuka surat itu.
Untuk Raflan, lelaki pertama dan terakhirku…
Aku sungguh berterima kasih kepada tuhan karena saat ini kau sudah membaca kalimat pertama dari surat ini, untuk tiap kalimat yang ada hanya kutujukan untukmu. Hadirmu adalah kebahagiaan yang kurasakan, itu benar bahwa berada dekat denganmu tak pernah sesekali ada rasa sedih dan kekecewaan yang kudapatkan, kau sungguh mencintaiku.
Pernah aku bertanya, lelaki tampan bergemilang harta sepertimu mengapa kau menginginkan gadis sepertiku yang hanya seorang anak pembantu di rumahmu dan aku ingat jawabanmu itu “karena ini cinta”. Cinta memang tak pernah mengukur seseorang hanya karena seseorang lemah atau kuat, bagi kita cinta hadir saat seseorang semakin dekat dan merasa nyaman.
Maaf jika hari ini aku tidak membangunkanmu ataupun heran saat tidak melihatku di dapur, di kebun, dan jangan pernah datang lagi di kamar yang dikhususkan untuk para pembantu rumahmu terutama kamar ibuku, tentu ada sebab aku melarangmu. Asal kau tau saja aku sering mendapat perlakuan buruk dari ibumu setelah kau menemuiku untuk sekedar menanyakan kabar atau mengobati rasa rindumu. Aku memintamu agar tidak mencariku lagi dan menanyakan kabarku, sudah cukup untuk kau tahu apa yang terjadi padaku tapi aku mengkhawatirkan kau tidak akan bisa lagi mengobati rasa rindumu atas luka yang kubuat.
Saat ini kau pasti bertanya-tanya bahwa luka apa yang telah kuperbuat padamu, yang jelas cepat atau lambat dirimu akan tahu luka yang sebenarnya jika kau melihat keadaanku saat ini, jangan membuat dirimu salah dalam hal ini karena aku tahu kau adalah kebenaran, lelaki yang paling jujur dan berani mencintai gadis biasa dan sederhana sepertiku.
Sembuhkanlah luka yang kubuat dengan menjadikan pelajaran paling penting dari hatimu bahwa mencintai bukan hal yang salah dan jangan buat cintamu mati karena cintaku, jangan buat cintamu berhenti di hatiku saja, bukalah hati yang baru untuk seseorang yang baru dan terpenting seseorang yang sesuai kenginginan ibumu.
Sungguh sangat sulit bagiku menuliskan kata demi kata di surat ini. Ini merupakan bukti tertulis dari cintaku untuk lelaki yang sangat kucintai, selama nafas terakhirku pun aku masih memikirkanmu. Maafkan aku karena tak sengaja mendengar percakapanmu dengan ibumu semalam, aku tahu haram bagi ibumu merestui pernikahan yang akan kita jalani.
Dari Miara, kekasihmu.
Raflan tak ingin menahan diri, ada ribuan pertanyaan yang ingin diberikan kepada Miara kasihnya. Raflan segera mencari Miara di luar kamarnya. Langkah Raflan tiba-tiba saja terhenti saat ingin membuka pintu kamarnya, teriakan ibu Miara dan pembantu lainnya diiringi suara derai tangis dari beberapa orang menerkam kesunyian di dalam kamar Raflan kala pagi itu. Raflan tak kuasa lagi menahan dirinya untuk segera mencari Miara dan membuka pintu kamarnya. Belum sepenuhnya Raflan keluar dari kamarnya ia tersungkur bersamaan rasa sesak di dadanya, Raflan melihat beberapa pembantu mengangkat tubuh seorang wanita yang ia sangat kenal tak lain adalah Miara cintanya dan seutas tali tambang di lehernya yang menjadi saksi bisu untuk kematiannya.
Beberapa hari setelah pemakaman Miara, anakku Raflan menderita gangguan mental membuatnya harus berada di rumah sakit menjalani masa-masa pemulihan disana, aku sangatlah menyesal dengan keputusanku yang tidak merestui hubungan mereka. Jika ada seseorang yang harus disalahkan akulah orangnya, penyebab kematian Miara yang mati di kamar ibunya.
Saat itu ketokan palu dari hakim menjadikanku seorang yang benar-benar bersalah. Kini hanya tembok dan jeruji besilah yang setia mendengar ceritaku tiap malamnya, sebuah karma memang benar adanya jika tidak merestui hubungan dari sepasang kekasih yang sangat mencintai. Andaikan aku merestuinya, aku akan duduk diam di rumah menyaksikan keduanya hidup bahagia.
Cerpen Karangan: Andi Muh. Saleh Blog / Facebook: Andi Aso Nama saya Andi Muh. Saleh, biasa dipanggil Andi Aso. Pernah menempuh pendidikan di SMP Neg. 11 Maros Baru dan telah duduk dikelas 2 di SMA PGRI DISAMAKAN MAROS 🙂