Seperti biasa di tengah kebisingan kelas yang cukup ramai dan sesekali diselingi oleh gelak tawa, terdapat seseorang yang sedang menatap kosong ke arah luar jendela. Tatapan yang selalu dia berikan pada semua objek yang dia lihat. Entah apa yang dipikirkan oleh anak laki-laki tersebut, tidak seorang pun yang tahu.
Bahkan sudah berkali-kali teman dan guru memergokinya dan menanyakan apa yang sedang terjadi, tapi pertanyaan tersebut hanya dijawab dengan gelengan kepala. Akhirnya mereka semua telah terbiasa dengan tingkah anak laki-kaki itu.
Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan anak laki-laki imut tersebut, namun karena sikapnya yang sangat dingin dan miskin ekspresi membuat orang bisa menaruh perhatian lebih padanya. Ergi, itulah nama anak laki-laki itu, anak yang memiliki wajah yang imut dengan balutan wajah orang luar. Bagaimana tidak, ibunya adalah seorang model terkenal di negeri ini dan ayahnya adalah seorang pengusaha dari Inggris. Dan Ergi adalah satu satunya anak mereka, sehingga Ergi memiliki paras yang dibilang cukup sempurna walau di umurnya yang sebelia ini.
Siapa sih yang tidak pernah bosan berteman dengan seseorang yang sangat dingin? Siapa juga orang yang tidak pernah lelah mengejar seseorang, tapi orang yang dikejar sama sekali tidak peduli? Pertanyaan itu seolah bisa dijawab dengan hanya satu nama “Dinda”.
Dinda adalah salah satu satu siswi di taman kanak-kanak yang sama dengan Ergi. Dinda adalah sosok orang yang tidak pernah bosan untuk mendekati Ergi. Dinda adalah orang yang mempunyai sifat seratus delapan puluh derajat yang sangat berbeda dari sifat Ergi. Karena Dinda adalah seorang anak yang ceria dan ramah, senyumannya yang manis tidak pernah terlepas dari wajahnya yang cubby. Selain ramah, Dinda juga seseorang yang sangat peduli orang-orang di sekitarnya.
Entah apa yang membuat seorang Dinda tidak pernah berhenti untuk mendekati Ergi, yang jelas dari semua siswa di taman kanak-kanak tersebut, hanya Dindalah orang yang paling sabar dan selalu berusaha untuk menjadikan Ergi sebagai salah satu temannya. Hingga pada suatu hari Ergi pun menyetujui permintaan Dinda walaupun dia sendiri tidak tahu apa itu pertemanan.
“Ergi kamu gak pernah bosen ya sendiri terus?” Tanya Dinda dengan hati-hati. “Bosan? Apa itu bosan?” jawab Ergi dengan ekspresi datar. Dinda terperangah dengan jawaban yang lebih jelasnya pertanyaan dari Ergi. Bagaimana mungkin ada orang yang tidak tahu bosan. “Kok kamu diam sih?” Tanya Ergi lagi dengan ekspresi wajahnya yang datar. “Eh… i..i..i.. itu… sudahlah” jawab Dinda dengan terbata-bata karena dia tidak tahu jawaban apa yang harus dia berikan.
“Ergi?” panggil Dinda. “Kamu mau enggak jadi teman aku?”, akhirnya Ergi pun menjawab “Iya!”. Sebenarnya Dinda sering menanyakan hal tersebut kepada Ergi, tapi Ergi tidak pernah menjawab pertanyaaan dari Dinda. Karena setiap kali Dinda bertanya seperti itu Ergi selalu bertanya-tanya dalam hati, ‘apa itu teman?’ dan entah mengapa saat sekarang Dinda bertanya itu lagi, Ergi langsung mengiyakan. Dengan ekspresi bingung dan masih tidak percaya, Dinda hanya bisa mengerjap matanya dan masih tidak percaya dengan kata yang telah didengarnya. “Dinda?” panggil Ergi yang seketika langsung membuyarkan lamunan Dinda. “Eh…?” jawab Dinda dengan ekspresi kaget yang kemudian berubah menjadi ekspresi bahagia lengkap dengan senyum manis yang terukir di wajah Dinda.
Sesampainya di rumah, Dinda masih terus memikirkan kejadian tadi saat dia menanyakan sesuatu kepada Ergi. Dinda masih tidak percaya akan jawaban Ergi, karena Dinda berpikir bahwa Ergi tidak suka padanya sehingga Ergi hanya selalu diam saat Dinda menanyakan hal tersebut. Tetapi hari ini membuktikan bahwa pikiran Dinda ternyata salah. Dan sejak saat itu jika Dinda memikirkan Ergi, tanpa dia sadari sebuah senyuman langsung terukir di wajahnya. Dan mungkin Dinda juga tidak sadar, bahwa sejak saat itu Dinda telah jatuh hati pada Ergi
9 tahun kemudian… 9 tahun kemudian saat mereka sedang di bangku SMA, Ergi bertemu dengan seorang perempuan bernama Fanya. Fanya dulu adalah seorang yang ceria, namun sejak ibunya meninggal Fanya menjadi orang yang pendiam dan tertutup. Fanya hanya mempunyai satu orang teman yaitu Dinda karena Dinda adalah temannya Ergi, dan Ergi adalah teman sebangku Fanya. Sehingga Dinda sering ke bangkunya Ergi, dan akhirnya Dinda mengenal Fanya. Dinda yang notabenya seorang yang ramah, akhirnya bisa menyesuaikan diri dengan Fanya dan hubungan mereka menjadi lebih akrab. Terlebih setelah Dinda mengetahui hal yang membuat Fanya sangat terpukul hingga menjadikan seorang Fanya sangat pemurung dan diam. Sebelum Fanya mengenal Dinda yang telah menjadi teman sebangkunya Ergi.
Tanpa Fanya sadari, Ergi selalu menatap Fanya dimana pun Ergi dapat menjumpai Fanya. Sebelumnya Ergi juga tidak menyadari kebiasaannya ini, namun belakangan ini jika Ergi menatap Fanya tiba-tiba jantung Ergi akan berdetak lebih cepat dari biasanya. Sejak saat itu Ergi sadar bahwa dirinya sering menatap ke arah Fanya, dan dia selalu bertanya apa yang sedang terjadi pada dirinya.
Suatu hari ergi pernah menanyakan hal yang dia rasakan ini kepada Dinda. Ergi bertanya pada Dinda kenapa jantungnya berdetak lebih cepat jika ia melihat Fanya. Saat jantung Ergi berdetak cepat, Ergi jua merasakan bahwa keringatnya meluncur dan rasanya sedikit aneh. Dinda yang mendengar pertanyaan polos dari Ergi seketika membuat hati Dinda hancur. Dinda tidak bisa merasakan apapun selain rasa sakit, keinginan dinda untuk menangis juga sangat terdesak. Tanpa Dinda sadari air mata telah jatuh dari pelupuk matanya. Ergi yang melihat air mata Dinda jatuh bertanya dalam hati ‘kenapa air mata Dinda jatuh?’. Tanpa dikomandai Ergi menghapus air mata Dinda yang berhasil membuat air mata itu jatuh lebih deras. Saat Ergi melihat air mata Dinda semakin deras, Ergi semakin bingung hingga tanpa disadarinya dia menarik tubuh mungil Dinda ke dalam pelukkannya. Saat Ergi memeluk Dinda, seketika Dinda terkejut dan menangis lebih kencang. Namun, Dinda merasakan kehangatan dari tubuh Ergi yang membuat dia merasa nyaman.
Akhirnya Dinda memutuskan untuk menyerah mengejar Ergi, karena Dinda tahu bahwa hati Ergi sudah menentukan pilihannya. Dengan berat hati Dinda menulis surat untuk Ergi untuk menyampaikan perasaannya saat ini, karena dia tidak mampu untuk mengatakan semuanya lewat mulutnya. Dan entah mengapa Dinda juga membuat surat untuk Fanya yang berisi agar Fanya selalu menjaga dan menyayangi Ergi. Agar Ergi bahagia, karena Dinda ingin sekali melihat Ergi tersenyum walaupun senyuman itu bukan untuk dirinya.
Setelah Dinda selesai menulis surat tersebut, dia pun bertekad untuk memberikannya esok hari di sekolah. Namun dengan hati yang masih diselimuti oleh perasaan yang kalut dan juga sedih, Dinda Tidak mempunya keberanian untuk memberikan surat tersebut. Ternyata sangat berat bagi Dinda untuk memberikan surat itu kepada Ergi. Selama di sekolah dia pun hanya menatap kosong ke arah jendela dan mengingat semua hal dan waktu yang pernah dia lalui bersama Ergi. Dan kemudian dia kembali teringat kenangan yang membuat Dinda selalu memikirkan Ergi dan akhirnya menimbulkan perasaan suka, sayang, dan juga cinta terhadap sahabatnya itu. Kembali Dinda mengingat kejadian semalam saat Ergi menanyakan sesuatu, yang merupakan mimpi buruk bagi Dinda.
Dengan perasaan yang masih sangat kalut, Dinda berjalan lesu untuk kembali ke rumahnya. Ergi yang sedari tadi memanggil namanyapun tidak Dinda hiraukan. Hingga akhirnya Dinda sadar bahwa Ergi memanggilnya karena Dinda tidak menyadari sebuah mobil yang sedang melaju kencang menuju dirinya. Namun terlambat bagi Dinda untuk menyadari dan menghindarinya, hingga akhirnya tubuh mungil itu terjatuh karena tubuhnya bertrubukan dengan mobil yang sedang melaju cepat. Darahpun mengalir dari tubuhnya, yang dia rasakan hanyalah rasa sakit yang teramat sangat. Tapi rasa sakit itu tidak dapat menandingi rasa sakit yang masih dirasakan oleh hatinya.
Saat Dinda sudah tidak mempunyai tenaga lagi dan dengan kondisi yang sekarat, sayup-sayup Dinda mendengar suara orang yang sangat dirindukannya. Dengan sekuat tenaga Dinda menggerakan tangannya untuk mengambil surat dari saku roknya dan Dinda pun berhasil. Namun tanggannya hanya bisa bergerak sampai Dinda memegang kedua surat tersebut. Dia sudah tidak mempunyai tenaga lagi untuk memberikannya kepada orang di sampingnya ini. Usaha terakhir yang Dinda lakukan adalah membuka matanya yang sudah sangat berat. Dengan perlahan dia mebuka matanya dan akhirnya dia berhasil untuk melihat orang yang dia cintai untuk terakhir kalinya. Kemudian dia merasakan tetesan air yang jatuh di pipinya dan dia melihat bahwa Ergi sedang menangis dan memanggil-manggil namanya. Seketika Dinda tersenyum karena dia telah menjadi orang pertama yang ditangisi Ergi. Dengan kekuatannya yang semakin menipis dia hanya bisa menggerakkan tanggannya untuk menghapus air mata orang yang dicintainya. Dinda pun berhasil mendaratkan tangannya tepat di pipi Ergi dan menghapus air matanya.
Seketika Ergi langsung mengalihkan pandangannya kepada wajah dinda yang dihiasi dengan darah dan tangannya yang sedang berusaha menghapus air matanya. Disela-sela tangisnya dia hanya bisa melihat Dinda yang sedang tersenyum rapuh sambil memegang tangan Dinda yang menyentuh wajahnya. Ergi hanya bisa diam dan menatap Dinda sambil menangis hingga Dinda menghembuskan nafas terakhirnya.
END
Cerpen Karangan: Dewie Erlinda