Senja telah sirna, langit mulai menghitam. Aku berdiri tanpa alasan menghampiri seseorang yang terdiam di tepi jalan.
“Cepet, langit udah gelap nih! Mau apa nggak?” Kataku kepadanya sembari menghampirinya Ya. Dia adalah mantanku, sebut saja Lily. Dia sekelas denganku dan telah berpacaran selama lebih dari satu tahun. Saat ini, ia sedang membutuhkan bantuan untuk pulang ke rumah. Kami sudah bermain di salah satu rumah teman kami. Kebetulan aku membawa kendaraan, aku memberanikan diri menawarinya. Ia tanpa basa-basi langsung menaiki motorku. Hatiku tidak karuan saat itu. Berdekatan dengannya membuatku lebih canggung.
“Rumah kamu jauh nggak? Aku belum tahu rumah kamu, kamu tunjukin aja” tanyaku kepadanya “Jauh. Aku kan udah bilang, aku pulang sama temen aja” balasnya dengan tenang “Udah gak kenapa-napa ini, kok. Tenang aja” jawabku
Aku siap mengantarkannya dan tiba-tiba saja baru saja sekitar 1 kilometer awan mulai menangis, terpaksa kami meneduh terlebih dahulu di salah satu toko.
Tempat itu dan hujan menjadi saksi pertemuan aku dengannya kembali. Kita lenyap dalam pikiran masing-masing. Aku tidak mengatakan apapun kepadanya. Tubuhnya merasa kedinginan, kutawari ia sebuah jaket namun ia menolaknya. Aku tidak mungkin memakaikannya secara spontan karena mengingat bahwa saat ini, diriku bukanlah siapa-siapa bagi dirinya. Kulanjutkan perjalanan dan ternyata masih jauh untuk sampai ke rumahnya.
“Kamu yakin gak bakalan pakai? Ini dingin banget lho” kataku sembari berteriak “Nggak apa-apa, kan kehalang sama kamu” jawabnya
Suasana semakin sunyi, beberapa kali kutawari jaket tetapi jawabannya tetap tidak apa-apa. Ya sudah kuikuti saja dan biarkan jika dia menganggap diriku tidak peka karena aku mencintai seseorang dengan caraku sendiri.
Tubuhku semakin kedinginan. Aku yakin dia pun merasakan hal yang sama. Hujan deras ini membuat diriku merasa mengantuk. Demi membuat sebuah kenangan, kita harus merelakan perasaan kita yang terdalam.
Tiba-tiba saja, sebuah mobil maju dengan kecepatan yang tidak konstan di belakangku. Aku yang saat itu melamun kehilangan kendali dan terjatuh ke pinggir jalan. Badanku sakit tapi biarkanlah. Yang terpenting saat ini adalah kondisi mantanku karena ia tak memakai alat pelindung kepala.
Sesuai dugaanku, mobil yang barusan melewatiku membuat Lily pergi meninggalkan dunia untuk selamanya. Kusaksikan dirinya dengan penuh rasa bersalah. Air mataku mulai jatuh menuju pipiku. Dunia terasa hancur. Saat ini, aku menganggap bahwa diriku adalah manusia paling bodoh sedunia. Membiarkan mantanku mati dalam sekejap membuat hatiku hancur berkeping-keping.
Orang-orang mulai berdatangan dan kupanggil orangtuanya untuk melihat putrinya yang sudah tiada. Aku pulang dan kejadian beberapa jam yang lalu terus teringat di kepalaku. Aku harus menerima semua itu dan aku tidak boleh terlarut dalam kesedihanku saat ini.
Cerpen Karangan: Deftendy virgiatman Blog: Defman17.blogspot.co.id Deftendy Virgiatman, akrab dipanggil deftman. Lahir di bekasi tanggal 17 januari 2003. Menyukai fisika dan hobbi menonton film