Namaku Elda, siswi SMK di salah satu sekolah kejuruan di Kecamatanku. Hari ini aku sangat bahagia karena aku menjadi pacar cowok idamanku setelah beberapa minggu kenalan. Berawal dari bertatap muka dan saling pandang yang akhirnya membuat tumbuh benuh-benih cinta. Namanya, Agus Pramono. Dia cowok yang memiliki paras tampan dan memiliki senyum manis.
Kejadiannya berawal saat suatu sore saya sedang menonton tv di kamar. Lalu hpku berdering dan ada pesan masuk. Ternyata itu pesan dari Agus. Dia mengajak aku ketemuan di sebuah rumah makan di Mojokerto. Aku menerima ajakan dari Agus. Setelah itu aku langsung bergegas mandi, ganti baju dan langsung berangkat menuju rumah makan yang telah disepakati tadi.
Saat sampai di sana, ternyata Agus sudah sampai di sana terlebih dahulu. Aku langsung menghampirinya dan ia langsung mempersilahkan aku untuk duduk. Aku duduk di depannya. Ia sudah memesankan aku makan dan minum. Ia memulai pembicaraan. Tiba-tiba ia memegang kedua tanganku yang hendak mengambil sendok dan ia menembak aku. Seketika itu aku langsung merasa malu. Dan akhirnya aku menjawab kalau aku menerima cintanya dan bersedia menjadi pacarnya.
Hari-hari kujalani dengan bahagia bersamanya. Ia selalu menjagaku, selalu mengingatkanku akan waktu sholat, menghiburku di saat aku sedih, menyemangatiku di saat aku sakit. Dia bisa mengerti aku sepenuhnya dan mau menerima semua kekuranganku. Dia bisa membuatku nyaman dan membuatku enggan berpaling hati. Setiap ada waktu luang, ia selalu mengajak aku jalan-jalan dengan mengendarai motor CB kesayangannya. Biasanya ia mengajak aku keluar untuk membeli makan. Pernah juga dia mengajak aku jalan-jalan ke Malang dan Tulung Agung. Kalaupun aku tidak bisa keluar, Agus pasti main ke rumahku.
Usiaku dan usianya berbeda 3 tahun. Aku masih duduk di kelas 3 SMK dan ia sudah bekerja 2 tahun lalu. Hari-hari kami jalani dengan penuh canda dan tawa. Dan tak terasa kami sudah menjalani hubungan ini selama setahun lebih. Agus setiap hari bekerja di Surabaya dengan janji kalau uangnya sudah cukup, ia akan melamarku.
Suatu ketika Agus mengajak aku keluar membeli makan sebelum ia berangkat bekerja karena ada yang ingin dia bicarakan padaku. Karena aku sedang mengerjakan tugas sekolah yang banyak sekali, jadi aku menolak ajakan Agus dengan halus. Meskipun sebenarnya aku penasaran dengan apa yang ingin dia bicarakan kepadaku, namun aku berat hati untuk meninggalkan tugasku. Namun Agus tidak keberatan dengan jawabanku. Sebelum Agus berangkat bekerja, ia mengirimkan pesan kepadaku. “Kamu jaga diri baik-baik ya?! Jangan sampai telat makan dan jangan lupa sholat! Dan aku minta maaf kalau aku punya salah sama kamu.” Sebenarnya aku merasa agak aneh dengan pesan yang dikirim Agus tadi, karena ia tidak mengirim pesan seperti itu sebelumnya. Aku jawab kalau aku akan selalu menjalankan nasehatnya. Akhirnya ia berangkat bekerja masuk siang dan ia pamit kalau nanti ada lembur di pabrik. Biasanya kalau tidak ada lembur, dia pulang jam 21.00. Berhubung ada lembur, jadi pulangnya sekitar pukul 23.30.
Biasanya jam 5 pagi, Agus sudah membangunkanku lewat pesan whatsapp. Namun hari ini tidak. Saat itu aku bangun pukul 5 dan aku langsung melihat hp untuk mengecek apakah Agus mengirim pesan kepadaku atau tidak. Ternyata yang kudapati bukan pesan dari Agus, melainkan dari ibunya yang memberitahukan kalau Agus telah tiada karena tertimpa musibah tabrak lari di Krian saat perjalanan pulang dari bekerja dan peristiwa itu terjadi pukul 00.24. Agus langsung meninggal di tempat kejadian. Agus mengalami pendarahan hebat di bagian kepala, sehingga ia kehabisan darah. Keadaan motornya rusak berat di bagian belakang dan penuh lumpur karena saat itu habis turun hujan.
Aku langsung syok dan menangis histeris setelah membaca pesan tadi. Aku langsung menghubungi temanku dan mengajaknya pergi ke rumah Agus. Kami berdua sengaja tidak masuk sekolah untuk datang ke rumah Agus.
Saat sampai di rumah Agus, ternyata sudah banyak orang yang datang untuk takziah. Aku langsung pingsan dan digendong temanku duduk di teras rumah Agus. Saudara Agus ikut membantu temanku menyadarkanku. Dan saat aku sadar, aku langsung teringat tentang ajakan Agus kemarin yang aku tolak. Sebenarnya aku sudah berencana kalau aku akan mengganti ajakan Agus dengan hari yang lain. Yaitu tepatnya saat hari ulang tahun Agus dan aku akan memberikan kejutan. Namun, itu semua tidak akan bisa terwujud selamanya. Aku sangat menyesali itu, karena aku tidak bisa bersamanya lagi.
Saat jenazah sudah datang, aku menangis dan akhirnya aku pingsan lagi. Saat aku siuman, aku melihat satu-satunya pria yang aku sayangi sudah terbujur kaku di ruang tamu. Aku melihat semua keluarganya menangisi kepergian Agus. Di mata keluarga, Agus dikenal sebagai anak yang baik, jujur dan giat bekerja. Ibunya sampai berkali-kali jatuh pingsan karena tidak percaya akan kepergian putra pertamanya itu. Adik kandung Agus yang bernama Bani juga menagis dan hampi jatuh pingsan. Bani sangat sayang dengan kakaknya itu. Karena kakaknya itu sangat baik dan perhatian kepadanya. Bani tidak percaya kalau kakak yang sangat disayanginya itu sekarang telah tiada. Padahal kemarin Bani dan kakaknya masih bercanda di teras. Bani sampai jatuh sakit karena terlalu banyak menangis dan tidak mau makan.
Aku langsung berlari ke jenazah Agus. Aku ingin melihat wajah Agus untuk yang terakhir kalinya. Aku buka jarik yang menutupi wajahnya, perlahan kubelai rambut hitamnya, dan kucium keningnya yang agak retak di sebelah kanannya. Kulihat ia agak tersenyum. Kuucapkan selamat jalan sayang.
Setelah jenazahnya sudah selesai disholati dan liang lahat sudah selesai digali, jenazah Agus segera diberangkatkan ke pemakaman. Aku juga ikut serta ke pemakaman. Perlahan jenazah Agus diturunkan ke liang lahat. Lalu dihadapkan kiblat dan diadzani oleh ayahnya. Lalu perlahan tanah ditutupkan ke liang lahat. Dipasang batu nisan yang bertuliskan nama, tanggal lahir, dan tanggal wafatnya dan diberi kembar mayang karena Agus belum menikah.
Saat semua warga pulang, aku masih di situ bersama temanku. Aku memeluk batu nisan pria yang sangat aku sayangi dan kudoakan semoga ia bahagia di sana. Aku tidak berani meneteskan air mataku di atas makam Agus, karena aku takut jika tetesan air mataku akan membuat ia sengsara di alam sana.
Hari-hari yang kan kujalani kini semua kan terasa sunyi. Walaupun hampa pastikan kuhadapi, tapi aku berusaha sabar dan ikhlas. Aku mengunggah foto-foto Agus di akun pribadiku dan kutuliskan doa untuknya. Setiap hari aku melihat foto-foto saat kami bersama, saat kami tertawa. Kupandangi fotonya yang tengah senyum yang takkan pernah bisa kulupakan, dan setiap hari aku memimpikannya.
Beberapa hari ini aku tidak bisa tidur karena aku selalu ingat Agus. Di mataku terlihat nyata senyum dan tawanya. Seakan-akan kamu ada di depanku. Aku sangat rindu kamu. Kutitipkan rasa rinduku pada gemerlap bintang di langit. Bila memang harus berpisah, aku akan tetap setia. Bila memang ini ujungnya, kau kan tetap ada di dalam jiwa.
Setiap hari setelah sholat isya, aku pergi ke rumah Agus bersama temanku untuk mengikuti doa dan baca tahlil bersama yang ditujukan kepada Agus. Dan hari ini tanggal 23 November 2017 adalah hari ulang tahun Agus yang ke 20 tahun dan merupakan 7 hari mengenang kepergian Agus. Di hari ulang tahunnya ini, aku tidak bisa bertemu dengannya lagi. Aku mencetak foto-foto Agus, lalu kutempel di buku harianku dan aku tuliskan kata-kata untuknya.
“23 November adalah hari ulang tahunmu. Dan hari ini kamu genap berusia 20 tahun sayang. Aku tidak bisa memberimu hadiah berupa barang. Aku hanya bisa mendoakanmu. Aku masih tidak percaya, mengapa kamu meninggalkan aku secepat ini?? Aku kangen sama kamu dan aku ingin bertemu sama kamu. Tapi Allah berkehendak lain. Walaupun ragamu sudah tiada, tapi yakinlah kalau kamu akan selalu ada di sini, di hatiku. Walaupun tubuhmu sudah mati, tapi aku yakin cinta kita berdua tidak akan pernah mati selamanya.
Beberapa hari ini aku tidak bisa tidur karena aku selalu ingat kamu. Di mataku terlihat nyata senyum dan tawamu. Seakan-akan kamu ada di depanku. Aku sangat rindu kamu. Kutitipkan salam rinduku pada gemerlap bintang di langit. Bila memang harus berpisah, aku akan tetap setia. Dan bila memang ini ujungnya, kau kan tetap ada di dalam jiwa.
Selepas ini aku akan menjalani hidupku seperti biasanya. Walaupun aku tahu semuanya tidak akan sama seperti saat dulu, saat kamu masih menemani hari-hariku. Karena kini yang tersisa hanyalah kenangan. Kenangan yang akan selalu tertata rapi di ingatanku. Aku akan selalu tersenyum untukmu, agar kau di sana bisa ikut tersenyum melihatku.
Dulu saat aku merindukanmu, aku bisa memelukmu kapan saja. Namun sekarang hanya doa yang bisa kupanjatkan. Karena itu adalah satu-satunya cara agar aku bisa memelukmu dari jauh. Aku akan selalu ingat nasehat darimu. Aku janji tidak akan lupa sholat, tidak akan telat makan dan selalu menjaga diri. Selamat ulang tahun sayang dan kuhadiahkan Surat Yasin untukmu. Aku sayang kamu Agus Pramono, selamanya”
Hari ini aku pergi ke makam Agus bersama temanku dan menghadiahkan Surat Yasin kepadanya. Kutaburi makamnya dengan bunga mawar. Kubacakan ayat demi ayat dari Surat Yasin. Kupanjatkan doa untuknya. Kucium batu nisannya. Dan kuucapkan selamat ulang tahun sayang dan selamat jalan. Semoga semua dosamu diampuni oleh Allah dan engkau bahagia di surga. Namamu akan selalu hidup dalam hatiku. Aku sayang kamu.
Cerpen Karangan: Dhenok Nur Laeli Fitria SMP Negeri 1 Puri IX-H