“Aku Mau jadi pacar kamu Adit.” ucap Gita dengan tersenyum. Adit yang mendengarkan penjelasan itu dari Gita sangat senang sekali hingga ingin melompati bumi ini. Kemudian datang seorang pria yang kekar menghampiri mereka, dan tidak disangkan pria tersebut membawa Gita pergi dari Adit “Apa maksudmu membawa Gita Pergi.” ucap Adit yang emosinya mulai memuncak. Pukulan keras mendarat ke wajah Adit dan membuat Adit tersungkur. “Maaf aku harus pergi bersama pria ini.” ucap Gita denga meneteskan air mata. Air mata Adit membasahi pipinya seakan hal buruk terjadi padanya “Tidak jangan pergi Gita.” teriak Adit. Dengan perasaan cemas dia mencoba menenangkan dirinya dari mimpi yang buruk yang seperti kejadiannya nyata di dunia ini.
Sang Penguasa pagi muncul menyinari jalan Adit menuju ke sekolah. Di perjalanan dia masih memikirkan tentang mimpi yang ia alami itu, hatinya berkata bahwa mimpi itu akan terjadi di hidupnya. Dalam perjalanan itu dia akhirnya membulatkan tekadnya untuk mengungkapkan perasaan yang ia miliki untuk Gita. Adit menyadari bahwa akhir-akhir ini Gita mulai menghindari darinya, hal tersebut terjadi karena kebanyakan teman-temannya mulai membicarakan tentang mereka berdua. Hati yang tadinya takut untuk mengungkapkan rasa yang ia miliki, namum mimpi yang dialami oleh Adit akhirnya membuat Adit ingin mengungkapkan rasa yang ia miliki sebelum terlambat, namum kenyataan mungkin dia akan ditolak oleh Gita karena kejadian yang baru-baru ini terjadi.
Sesampainya di Kelas Adit menghampiri 2 sahabat baiknya yaitu Dwi dan Qodir. Dengan senyuman khasnya adit mendekati kedua sahabatnya itu “Kenapa Dit kok senyum-senyum gitu.” ucap Qodir yang merasa aneh dengan sikap Adit. “Tidak apa-apa kok.” ucap Adit “Sudahlah Dit katakan aja apa maumu” ucap Dwi. “Aku mau mengungkapkan rasaku pada Gita.” ucap Adit yang sedkit malu. “Apa? kamu mau nembak Gita?” teriak Dwi yang kaget. “Bodoh jangan keras-keras napa!!!” ucap Qodir yang memukul kepalanya Dwi. “Iya maka dari itu aku mau kalian membantu aku untuk menjalankan rencanaku.” ucap Adit yang tersenyum. “tentu kami bantu Dit!!!.” ucap Qodir
Bel istirahat berbunyi dengan keras, Adit, Dwi dan Qodir pergi menuju ke kantin untuk mengisi perut yang mulai protes untuk meminta diisi kembali. Dalam perjalanan Adit bertemu dengan Gita, pipi Adit mulai berubah warna ketika Gita mulai mendekat kepada dirinya. Namun sayang Gita hanya lewat begitu saja tampa menghiraukan Adit yang ada di situ. “Dit kamu bener mau tetap mengungkapkan rasa yang kamu miliki ini.” ucap Qodir yang sedikit khawatir melihat hubungan mereka yang tidak akur. “tetap akan aku ungkapkan, nyatai aja masalah hasil aku yang nanggung”. ucap Adit yang tersenyum.
Bel pulang pun berbunyi, para siswa pun mulai meninggalkan kelasnya, ada yang ekskul, ada yang juga langsung pulang. Mereka tahu bahwa Gita selalu keluar kelas paling terakhir sendiri mungkin sekitar 30 menit setelah bel pulang berbunyi.
30 menit menunggu akhirnya Gita keluar dari kelas. Betapa terkejutnya ia ketika melihat sebuah tulisan yang ada di lantai depan kelasnya “Jika kamu ingin bahagia maka ikutilah tanda ini”. Akhirnya Gita yang sedikit ingin tahu pun mengikuti tanda yang telah diberikan. Tanpa ia sadari dia sudah berada di tengah tumpukan daun yang tersusun rapi yang berbentuk love. Dia masih bingung akan hal tersebut, “siapa yang lakuin ini, atau jangan-jangan dia.” ucap batin Gita.
Adit pun datang menghampiri Gita sambil membawa rangkaian bunga yang indah yang sudah tersusun rapi, dia memberanikan diri untuk memegang tangan kanan Gita sambil ingin menyerahkan rangkaian bunga tersebut. “Gita jujur aku sejak pertama bertemu kamu aku sudah jatuh hati kepada kamu, dan aku ingin terus bersama kamu mulai saat ini, maukan kamu menjadi pacarku.” ucap Adit yang penuh dengan harap. Tidak disangka rangkaian bunga yang ada di tangan Adit itu diambil oleh Gita dan dibuang olehnya. Adit yang melihat reaksi yang Gita itu pun terkejut sakit. Sebuah Tamparan keras tepat mengenai pipinya Adit. “Sudah puas dengan jawaban yang aku beri ini, mulai dari sekarang kamu jangan dekatin aku lagi.” ucap Gita yang emosinya memuncak. Saat itu juga hati Adit hancur dengan kerasnya dan mungkin susah untuk disembuhkan.
Tidak jauh dari situ, ada tetesan darah yang terjatuh di bawahnya Gita “Apa ini kok aku pusing sekali.” ucap Gita dan akhirnya pingsan. Adit yang terkejut akan hal tersebut menghampiri Gita “Gita kamu kenapa?.” ucap Adit yang khawatir. Adit kaget ketika melihat darah yang keluar dari hidung Gita. Tanpa berfikir panjang Adit mengendong Gita ke Ruang BK dan di sana dia bertemu dengan kedua sahabatnya “Loh Gita kenapa Dit?” ucap Dwi yang kaget melihat Gita yang pingsan. “Sudah gak perlu tanya ini Gita harus cepat dibawa ke rumah sakit.” ucap Adit yang khawatir. Dia membawa Gita ke ruang BK dan meminta tolong kepada pihak sekolah untuk membawa dia ke rumah sakit.
Sesampainya ke ruimah sakit, Gita langsung dibawa ke ruang UGD untuk di rawat oleh dokter profesional di sana, pihak sekolah kemudian menghubungi kedua orangtua Gita untuk segera datang ke rumah sakit. Adit sangat khawatir dengan Gita, berulang kali dia melihat gita yang sedang dirawat di ruangan tersebut, dia membayangkan betapa sakitnya Gita saat ini berjuang untuk kembali pulih “Sudahlah Dit duduk dengan tenang kenapa” ucap Qodir. “Mana biasa aku tenang melihat seorang yang aku cintai sakit keras.” ucap Adit yang menarik bajunya Qodir. “Dit percayakan saja semua itu sama allah berdoa agar Gita cepat sembuh.” ucap Dwi yang memegang pundak dari Adit. Adit masih tetap memperhatikan Gita yang sedang dirawat oleh dokter, dia merasakan rasa sakit yang dirasakan oleh Gita, di dalam hati dia merasa kasihan dan tidak kuat untuk menahan rasa sedihnya. “Ya allah sembuhkanlah dia, jika memang bisa penyakit yang ia rasakan tolong pindahkan kepada diri hamba ya allah, hamba tidak sanggup melihat dia tersiksa seperti ini.” ucap Adit di dalam hati sambil menahan tangisannya.
30 menit berlangsung, Dokter yang merawat Gita masih terus memberikan pertolongannya kepada Gita, kemudian kedua orangtua Gita pun datang dengan nada yang sangat cemas dan khawatir “Dek gimana kondisi Gita sekarang?” tanya Bu Ismi kepada mereka bertiga. Mereka bingung harus jawab apa dan terdiam beberapa menit, adit memberanikan dirinya untuk menjelaskan kondisi Gita sekarang yang tadinya bersama dia kemudian pingsan seketika dan akhirnya dirawat oleh Dokter. Air mata jatuh dari kedua pipi Bu ismi ketika mendengar penjelasan Adit, seakan hal buruk akan terjadi kepada Gita. Adit terkejut ketika Bu Ismi menangis tersedu-sedu kedalam pelukan ayah Gita.
Beberapa menit kemudian Dokter yang merawat Gita keluar dari ruangan “Diantara kalian mana kerabat dekat dari saudari Gita?” Tanya Dokter yang menetap kedua orangtua Gita dan Adit beserte temannya. “Kami Dok kedua orangtua dari saudari Gita.” ucap Pak Ulin. “Bisa ikut saya sebentar ke ruangan pribadi saya.” ucap Dokter. “Baik Dok.” ucap Pak Ulin. Pak Ulin menuntun istrinya untuk bersama dirinya menuju ke ruangan pribadi Dokter yang merawat Gita tadi. Hatinya Adit sangat khawatir ketika mendengar perkataan Dokter tadi, seakan hal buruk akan terjadi kepada Gita, dia masih terus merasa cemas dan akhirnya Adit membulatkan tekadnya untuk mencari tahu tentang kondisi Gita sekarang “bentar teman, aku mau mencari minum dahulu.” ucap Adit kepada Dwi dan Qodir.
Adit berjalan dengan mengendap-endap Dokter dan kedua orangtuanya Gita, dia masih ingin tau kondisi Gita sekarang, Hingga sampai ke ruangan pribadi Dokter tersebut. Adit menunggu tepat di depan ruangan Dokter tersebut sambil mendengarkan percakapan antara Dokter dengan kedua orangtua Gita walaupun hanya terdengar samar-samar. “Maaf Bu, Pak sebelumnya saya mau bilang, kondisi putri bapak dan ibu ini sangat buruk.” ucap Dokter dengan wajah seriusnya. “Maksudnya apa Dok.” ucap Bu Ismi yang mulai terjatuh air mata dari pipinya. “Begini, jika dalam waktu 2 minggu Gita tidak dapat pendonor ginjal mungkin dia akan meninggal, karena kedua ginjal dari saudari Gita sudah tidak mau berfungsi lagi” ucap Dokter tersebut. “Baik dong kami akan usahakan untuk mencari donor ginjal tersebut.” ucap Pak Ulin yang menenangkan istrinya. “mungkin untuk 22 minggu ke depan Gita harus menginap di rumah sakit dan dalam 1 minggu akan ada 2 kali cuci darah.” ucap Dokter. Adit yang mendengar percakapan itu lantas sangat terkejut dan menyakiti hatinya. dia berlari meninggalkan rumah sakit itu dengan dihiasi air mata di kedua pipinya. Dia tidak sanggup akan hal itu, akan menerima kenyataan bahwa Gita akan segera pergi dari kehidupannya.
Cerpen Karangan: Agus Budi Hartono Blog / Facebook: Agus Budi Hartono