Keesokan harinya Adit datang menjenguk Gita, sambil membawa rangkaian bunga yang sangat indah dan membawa buah yang sangat disukai Gita yaitu buah naga. Dia bertemu dengan Bu Ismi di ruang tunggu sambil “Assalammualaikum bu, saya datang ingin menjenguk Gita.” ucap Adit yang santun. “wa alaikumussalam, eh nak Adit, terima kasih ya udah mau jenguk Gita, kamu mau masuk ke dalam.” ucap Bu Ismi, “Tidak bu, saya hanya ingin memberi ini kepada Gita.” ucap Adit yang memberikan rangkaian bunga dan buah naga itu. “Baiklah nanti saya bilang dari Adit ya.” ucap Bu Ismi. “Tidak bu, bilang dari Raka yang bu.” ucap Adit. “Ouh, tapi ini yang beli kamu tho?” tanya Bu Ismi. “Iya bu, tapi saya mohon bilang dari Raka ya bu.” ucap Adit dengan wajah yang serius. “baiklah kalau kamu memaksa.” ucap Bu Ismi.
Adit sebenarnya tahu siapa orang yang sangat dicintai oleh Gita, orang tersebut adalah Raka ketua Rohis di sekolahan mereka. Adit yang jika dia mengaku bahwa Raka lah telah memberikan hadiah itu, maka akan membuat Gita semangat untuk sembuh, karena sang pujaan hati Gita turut khawatir melihat kondisinya Gita.
1 minggu kemudian, Gita sudah diperbolehkan untuk berangkat ke sekolah walaupun harus berangkat pada istirahat kedua. Gita pada saat itu sangat senang melihat Raka sangat peduli kepada dirinya dengan mengirimkan rangkaian bunga dan buah kesukaannya.
Tidak disangka ketika Gita menuju ke kelas ia bertemu dengan Adit dan kedua temannya, Gita sama sekali tidak mempedulikan Adit yang lewat itu bahkan tidak sama sekali memandang wajahnya. Dwi yang jengkel melihat sikap Gita kepada Adit pun akhirnya bertindak. “Heh dasar cewek yang tidak tau balas budi, orang yang selalu menjengukmu bukan Raka melainka Adit.” teriak Dwi ke arah Gita, Gita sama sekali tidak mempedulikan perkataan dari Dwi, dia yakin bahwa orang yang selalu menjenguknya adalah Raka. Tangan Adit memegang pundak Dwi, dan memberikan tanda bahwa dia tidak apa-apa diperlakukan seperti itu, asalkan Gita bahagia. “tapi.. Dit.” ucap Dwi kepada Adit. Adit memberi Tanda dia benar tidak apa-apa.
Bel pulang berbunyi, Gita segara keluar menuju mobil milik ayahnya, dia sama sekali tidak memperhatikan jalan hingga datang mobil berkecepatan tinggi pun menghampirinya, BRAK!!! suara mobil menabrakn seseorang, bukan Gita yang tertabrak melainkan Adit. Adit yang tadinya ingin melihat Gita segera keluar sekolah, dia melihat sebuah mobil melaju dengan cepat yang menuju ke Gita, tampa banyak alasan Adit langsung berlari mendorong Gita sampai keluar jalan, alhasil dialah yang ditabrak mobil itu. Gita yang melihat senyum Adit yang dipenuhi darah membuat Gita pingsan, semua orang pun akhirnya berkumpul mengendong Adit yang berlumuran darah.
Pak Ulin pun keluar mobil, betapa terkejutnya dia melihat Gita pingsan, dan mengendong Gita ke mobil. Pak Ulin sedikit bingung melihat kerumunan orang yang sedang melihat sesuatu, akhirnya pak Ulin pun melihat hal tersebut, betapa terkejutnya yang ditabrak adalah Adit yang sudah berlumuran darah. “Bapak-bapak saya minta tolong angkat anak ini masuk ke mobil saya.” ucap Pak Ulin. Setelah itu pak Ulin membawa mereka berdua menuju rumah sakit.
Beberapa jam menunggu. kedua sahabat Adit pun datang bersama dengan kedua orangtuanya Adit, mereka masih menunggu hasilnya, mengenai Adit yang tertabrak mobil, dengan penuh rasa takut kehilangan Adit. 4 jam menunggu akhirnya mereka diizinkan untuk masuk ke ruang rawat Adit, mereka melihat Adit yang setengah sadar dan lemah. “Gimana nak kondisimu.” ucap Bu Ani. “Hm bu, saya ingin meminta sesuatu sebelum saya pergi.” ucap Adit. mereka yang mendengar hal itu mulai menjatuhkan air mata. “Apa maksudmu nak, kamu akan sembuh kok, Dokter bilang kamu akan sembuh.” ucap Pak Hendra yang menahan air mata. “Ayah, Ibu saya mohon maaf jika Adit selama ini bandel, Bu, Ayah, Adit mohon jika Adit ini dipanggil oleh allah, tolong donorin kedua ginjal Adit untuk Putri Gita Dhamaryati, Dokter yang menagani Gita sudah bilang kalau ginjal Adit ini cocok buat Gita, jadi tolong permintaan Adit yang terakhir, tolong donorin kedua ginjal Adit ya!!!” ucap Adit yang menghembuskan nafas terakhirnya. Semua yang ada di ruang tersebut menangis sejadi-jadinya, apalagi kedua orangtua Adit yang tidak menyangka anaknya meninggalkan mereka secepat itu. Dwi dan Qodir tidak lagi dapat menahan air matanya mereka menangis ketika melihat sosok sahabat mereka pergi meninggalkan mereka.
1 jam setelahnya, pihak orangtua Adit bertemu dengan kedua orangtuanya Gita, mereka berkata bahwa anaknya ingin sekali mendonorkan ginjalnya Gita. Kedua orangtua Gita pun kaget mendengar bahwa Adit sudah tiada dan menerima ginjalnya Adit untuk menyelamatkan putrinya itu.
2 jam menjalani transplantasi organ ginjal untuk Gita, mereka yang ada disana berdoa semoga transplantasi ini berhasil dan akan menyembuhkan penyakit yang dialami oleh Gita selama ini.
Akhirnya hal yang ditunggu datang, Gita membuka matanya, dimana ia melihat kedua orangtuanya, kedua sahabat Adit dan kedua orangtuanya Adit, namun dia tidak melihat Adit ada di situ, padahal dia ingin berterima kasih kepada Adit yang sudah menyelamatkannya dari tabrakan itu. “Ayah, Ibu mana Adit ya, kok aku gak melihatnya Adit.” ucap Gita kepada kedua orangtuanya. mereka hanya terdiam dan tidak dapat berkata hanya Dwi yang maju memberikan sebuah surat. “maaf Git mungkin Adit tidak akan pernah muncul di hadapanmu lagi.” ucap Dwi yang menetaskan air mata. “Apa maksudnya, maksud kalian Adit meninggal, heh ayah, ibu hal itu tidak benar kan?.” ucap Gita. mereka terdiam seakan berkata hal tersebut memang sudah terjadi.
Air mata Gita menetas ke kedua pipinya dan dia mulai membuka surat yang diberikan oleh Dwi.
“Hai apa kabarmu Git, semoga baik-baik saja ya, jangan khawatirin aku, aku di sana baik-baik saja kok, malah aku sudah sangat senang bisa berkorban hanya untukmu. Maaf ya bila nanti kamu cari aku, aku sudah tidak dapat lagi bertemu kamu, tapi percayalah bahwa aku masih mencintaimu, percayalah kalau kamulah cinta terakhirku.
Maaf yang bila aku bohong, orang yang memberikan rangkaian bunga dan buah kesukaan itu bukan Raka melainkan aku, aku berkata seperti itu kepada bu Ismi agar kamu dapat hidup dan semangat lagi, oh iya aku juga memberikan satu hadiah lagi, ya mungkin tidak berarti bagi kamu, tapi hal itu akan membuat kamu bisa lebih lama lagi menikmati indah hidup ini, ya aku mendonorkan kedua ginjalku untukmu, jadi mulai sekarang tolong dan jaga baik-baik pemberianku, Aku akan berkata kepada Allah bahwa aku sangat mencintaimu, penuh salam hangat pemuja rahasia.” Ucap Adit dalam tulisannya.
Ketika selesai membaca surat dari Adit, Gita pun menangis, menangis sejadi-jadinya, betapa bodohnya dia menyia-nyiakan orang yang sangat tulus untuk mencintainya dan mulai dari sekarang dia sudah kehilangan orang tersebut.
Hari pemakaman jenazah Adit pun datang, semua pihak keluarga dan kerabat dekat Adit datang mendoakan agar Adit bisa bahagia di sana dan kedua orangtua Gita dan Gita pun datang. Selesai pemakaman Gita sendiri duduk di makam Adit “Hai Adit, kamu disana baik-baik saja kan, kamu tu bodoh ya, berkorban nyawa hanya demi aku yang tidak pernah menganggap kamu ada, maaf sebelumnya aku tidak pernah menganggap kamu, aku terlalu sibuk dengan duniaku sendiri hingga tidak aku sadari datang sosok orang pahlawan penyelamat hidupku datang, namun sayang aku tidak bisa bertemu dengannya karena pahlawan itu adalah kamu Adit, terima kasih atas donor ginjalmu aku akan merawatnya dengan penuh kasih, oh ya sampai lupa bilang, sekarang aku mencintai kamu Adit, selamanya, maukah kamu menjadi pacarku.” ucap Gita sambil menangis di makam Adit.
Cerpen Karangan: Agus Budi Hartono Blog / Facebook: Agus Budi Hartono