Banyak orang bilang bahwa menjadi orang kaya itu enak. Tapi tidak denganku, siswi SMA kelas 3 yang sebentar lagi akan lulus. Aku, Nadiya, seorang perempuan anak tunggal dari kedua orangtua yang sangat sibuk dengan pekerjaanya. Keluargaku tergolong kaya, ya walaupun gak kaya-kaya banget. Hidupku di rumah sangat kesepian, hanya ditemani seorang pembantu untuk membersihkan rumah dan meladeniku. Orangtuaku pulang tengah malam, bahkan sering ke luar kota untuk urusan bisnis.
Untungnya aku kenal Indra, tetangga sebelahku dan juga sahabatku yang dari kecil selalu menemaniku dalam keadaan sedih maupun senang. Dia aku anggap kakak karena dia perhatian dan baik dia selalu memberikan nasihat ketika aku salah, memberikan saran ketika aku bingung. Kehidupanku dulu yang gelap setelah mengenal indra seperti ada matahari yang mulai menyinari hidupku ini.
Kami dapat bertemu karena pada saat itu aku sedang menangis di depan rumah dan Indra yang sedang bermain dengan kucingnya melihatku, dia langsung menenangkanku walaupun kita belum pernah berkenalan sebelumnya. Dari situlah kami mengenal, kami cocok dan dapat berkenal dengan baik. Karena kami tetangga kami sering bermain bersama, orangtua kamipun tahu kita saling mengenal dan mengizinkan untuk bermain bersama. Orangtuaku senang kalau aku mempunyai teman baik, mereka bahkan menitipkanku kalau terjadi apa-apa.
“Gak kerasa yah kita bentar lagi jadi mahasiwa” Kata Indra. “Besok weekend kan? kita nonton drakor yuk sekalian bikin chiken wings, katanya lo jago masak” kataku sambil menatap wajah Indra yang sedang menatap langit.
Kami sudah kelas tiga SMA yang sebentar lagi lulus dan kami masih akrab bahkan lebih akrab. Dari dulu aku ada disaat Indra sedih ataupun galau, dia juga selalu ada disetiap patah hati yang aku pikul. Indra adalah orang pertama yang selalu kuajak curhat ketika ada masalah, dia juga orang pertama yang kuhubungi ketika ada laki-laki yang ingin mencoba mendekatiku. Aku adalah tempat curhat Indra ketika dia melihat gebetanya menonton teater dengan cowok lain. Sekarang aku punya Randi, sedangkan Indra tidak punya siapa-siapa.
Randi mungkin banyak dikenal di sekolah adalah seorang buaya, tetapi aku tidak terlalu menanggapinya. Indra mungkin kenal dengan Randi tapi dia tidak terlalu akrab denganya karena mereka berbeda kelas. Aku juga minta saran dengan Indra tentang si Randi, yah walaupun gak kenal banget terkadang dia mabar Mobile Legends bareng dengannya. Randi tidak curiga kalau aku dekat dengan Indra. Dia percaya kalo hubungan kita hanya sekedar sahabat.
Randi orang yang romantis dan penuh kejutan. Saat dia ingin menembakku, dia membawaku ke Rumah Pohon Jonggol, dia tahu aku suka tempat yang sejuk dan rimbun. Sambil duduk berdua dia memainkan lagu kesukaanku dari handphonenya. Kami mendengarkan lagu itu menggunakan earphone yang kita bagi dua agar kita dapat mendengarkanya bersama. Setelah lagu selesai, dia memberikanku satu buket bunga kacapiring sambil menyatakan cintanya. Tidak banyak yang tahu aku menyukai bunga itu. Randi memang penuh kejutan.
19 bulan hubunganku berjalan dengan Randi, kini aku sudah kuliah semester tiga, kami menjalani hubungan LDR. Hari ini sangat ramai untuk hari Jum’at, cuaca yang mendung menuntunku jalan ke stasiun kereta api. Aku dan Randi mudik perjalanan pulang untuk bertemu melepas rindu. Pada hari sabtu kami bertemu di salah satu coffe shop, untuk mengobrol dan makanan pembuka sebelum makan siang.
“Makasih yah, udah mau luangin waktu untuk ketemu” kataku. “Apasih yang enggak buat kamu, abis ini makan sate kesukaanmu di warung makan seberang yah gua mau ke toilet sebentar”.
Kupikir hubungan ini akan berjalan dengan baik, tetapi tidak. Aku pernah mendapati Randi dekat dengan cewek lain. Dulu, waktu aku semester dua aku ingin menengok Randi di kontrakanya karena kita beda kota. Sebelum aku memasuki teras kontrakan Randi, aku melihat Randi di teras depan bagasi bersiap dengan mobilnya ingin berjalan dengan wanita asing yang ada di sampingnya. Sebelum dia tahu keberadaanku, aku langsung pulang dengan rasa sedih.
Sebelum Randi pulang dari Toilet, aku ingin memastikan melalui handphone Randi. Dan benar wanita bernama Clara ini orang dengan chat terbanyak di handphone Randi, foto profilnya pun sama dengan wanita yang aku lihat saat ada di kontrakan Randi.
Randi kembali dari toiletnya melewati barista yang ada di sampingnya sambil menata bajunya yang berantakan. Saat Randi datang ke tempat duduk, kita berdebat saling menyalahkan dengan penuh emosi. Randi selalu berlasan bahwa dirinya tidak bersalah. Kami melontarkan kata-kata, kalimat dengan keras sampai barista dan pengunjungnya melihat ke arah kami. Dan aku langsung keluar dari cafe itu. Motorku yang terparkir di depan cafe langsung kupakai. Aku mengendarai motor tidak fokus dan aku mengalami kecelakaan.
Tubuhku baik-baik saja hanya lecet, masalahnya ada di telapak kaki kiriku yang terlindas mobil pada saat kecelakaan. Dengan terpaksa dari pergelangan kaki kiriku harus diamputasi. Aku pun tidak sadar akan itu, setelah aku bangun dari ranjang rumah sakit aku melihat ibuku yang sedang memegang tanganku dan di sampingnya ada Indra. “Alhamdulillah kamu baik-baik aja” kata ibuku sambil menangis memegang tanganku.
Setelah beberapa minggu, dokterpun membolehkanku pulang karena kesehatanku sudah membaik. Aku sementara ambil cuti dulu untuk memulihkan tubuhku entah sampai kapan. Di rumah ada pembantu, sedangkan orangtuaku seperti biasa berkerja. Indra selalu menjengekku karena kebetulan Indra kuliah di kota ini.
“Gue kan udah bilang udah putusin aja, lu udah tahu dia sama cewek lain tujuh bulan lalu lu masih kekeuh sama dia” tutur Indra. “Gimana lagi gua udah sayang ama dia, pas itu kan gua belum yakin itu selingkuhanya apa bukan” jawabku. “Gini deh, lu belum putus sama dia aja dengan keadaan lo yang begini dia gak jenguk sama sekali? Kabarin aja kagak” kata Indra dengan sedikit kesal.
Indra izin pulang sebentar ingin mengambil makanan untuk makan malamku. Aku sedang duduk di ranjang sambil scroll Instagram. Jam dinding menunjukkan pukul enam lewat limabelas menit indra memasuki kamarku dengan membawa vas bunga yang berisi bunga kacapiring kesukaanku. Dia juga membawa nasi dengan sate ayam madura kesukaanku. “Ih lu tau aja kesukaan gue” Indra tertawa kecil “ini bunganya gue taruh meja lu ya buat hiasan sekalian pengharum ruangan” Indra sambil berjalan membawa vas bunga.
“Kopinya mana kan gue suka kopi ndraa” tutur aku sedikit kesal. “Mau makan nasi minum kopi gak baik loh, ini gue suapin ya?” tanya Indra sambil mengarahkan sendok ke mulutku. “Dah gue aja gue juga bisa makan sendiri” sentak aku membalas. “Yaelah sekali-kali Nad ntar gue pulang nih” seru Indra sambil bercanda. “Yaudah!” seruku malu-malu.
“Nad, gua suka sama lo” bisik Indra ke telingaku. “UHUKKK!” aku tersedak bulir nasi. “Nih minum air” Indra sambil memberikanku gelas dengan air putih. “HAH! Tadi lo bilang apa?” “Ya gua sayang sama lo Nadiya.” “Ntar Ndra gua bingung mau gimana ini, gua abisin makanan dulu,” aku sambil menghabiskan makanan timbul rasa canggung antara kita beruda. “Gini deh, lo pulang dulu gue pikirin dulu ntar besok kan ketemu lagi entar gue omongin” kataku. “Yaudah” jawab Indra sambil berdiri dari kursi di depan mejaku.
Cerpen Karangan: Mizan Ade Arfani Blog / Facebook: Mizan Ade Arfani