Mengapa kau berubah kasihku? Apakah cintamu telah raib ditelan waktu?. Divya Kumar (dibaca: Divia Kumar) setidaknya katakanlah apa salahku padamu yang membuatmu menjadi berubah. Menggapa kau selalu menyembunyikan sejuta rahasia diabalik senyum indahmu?. Bukankah kita sudah hampir dua tahun bersama tapi menggapa kau masih menyimpan rahasia.
Sudah dua bulan terakhir ini Divya menjauhiku. Entah apa alasan ia menghindar dariku. Mungkinkah aku membuat kesalahan yang tidak bisa ia maafkan?.
“Divya! Aku minta maaf sama kamu, kamu marah ya sama aku” ucapku. Divya pun tertawa terbahak bahak mendengarnya. “Kok malah ketawa sih” “Untuk apa aku marah sama kamu, emang kamu punya salah apa sampai minta maaf padaku?” “Aku gak tau salaku apa, aku cuma minta maaf karena kamu jauhin aku terus” “Aku jauhin kamu bukan karena aku marah Raja tapi aku jauhin kamu karena harus fokus belajar bentar lagi kan UN” “oooh gitu. Kok muka kamu pucet banget sih, kamu sakit? aku anterin pulang ya” “Aku… aku gak sakit kok Raja, mungkin tadi karena aku kebanyakan pake bedak terus lupa gak pake lipstick” “Kirain kamu sakit. Kita ke kantin aja yuk nanti aku traktir deh” aku pun menarik tangan Divya tanpa mendengarkan jawabanya terlebih dahulu. Hingga baru setengah jalan menuju kantin…
“Raja jangan bawa aku ke kantin, bawa ke UKS aja deh. Kepalaku pusing” ucap Divya seketika. Kulihat wajahya makin pucat dan seketika ia pingsan. Untung saja aku berhasil menangkapnya dan segera kubawa ke UKS.
Setelah tiga puluh menit menunggunya di UKS akhirnya Divya sadar juga. “Divya kamu udah sadar, aku anterin pulang ya, tas kamu udah aku bawa kesini kok” “Gak usah Raja. Aku cuma butuh istirahat aja kok. Udah bel kan kalau gitu kamu masuk kelas aja sana nanti kamu ketinggalan pelajaran loh, biarin aku disini sendiri juga gak apa apa” “Yaudah kalau kamu gak mau pulang aku temenin kamu disini ya” “Aku kan udah bilang aku sendiri aja, Udah sana masuk kelas” ucap Divya membentakku untuk pertama kalinya. Terpaksa aku pun masuk kelas walau masih khawatir akan kondisi Divya.
Hari hari terus berganti bahkan UN pun telah selesai dilaksanakan, namun Divya malah semakin menjauh dariku entahlah setiap aku tanyakan mengapa, ia hanya tersenyum manis tanpa menjawab pertanyaanku. Sungguh senyumanmu sejuta misteri kekasihku.
Hari ini adalah hari perpisahan angkatan kami. Aku dan Divya mendapatkan peringkat tertinggi seangkatanku dan mendapat penghargaan dari pihak sekolah. Sorak sorai teman temanku terdengar jelas di telingaku namun Divya menghilang setelah mendapat penghargaan itu. Aku bahkan belum sempat memberinya ucapan selamat.
Pagi ini aku akan mengajaknya pergi jalan jalan sebagai ucapan selamatku untuknya, sengaja aku tidak memberitaunya terlebih dahulu. Aku pun segera datang ke rumah Divya untuk menjemputnya tapi tidak ada siapa siapa di rumah itu akhirnya aku pun datang ke rumah Soniya karena aku ingat ibunya berkerja disana dan Divya selalu datang untuk membantu.
“Hai mantan pacar, nagapain kesini? Mau ngajak aku balikan ya” ucap Soniya saat membukakan pintu untukku. “Enak saja. Untuk apa aku balikan lagi sama kamu, sekarang kan kamu udah milik kakakku Dava” “Aku cuma becanda kok Raja. Aku tau kamu kesini cari Divya. Tapi sayang Divya tidak ada di rumah dia pulang ke rumah kakeknya di Bandung” “Kapan dia kembali?” “Ia takkan kembali. Divya akan tinggal disana, hanya ibunya dan Amrita (adiknya) saja yang akan kembali” “Kamu suka bercanda ah, aku akan telpon dia” “Percuma. Ia sudah mengganti nomornya, aku juga gak tau nomornya yang baru” “Tapi kamu tau alamatnya di Bandung” “Tau kok. Nanti alamatnya aku Whatsapp ke kamu deh”
Sungguh aneh Divya pergi tanpa pamit padaku. Aku tak mengerti apa yang terjadi, benar kata Soniya ia sudah mengganti nomornya. Aku terus memperhatikan alamat yang diberikan Soniya, aku sangat bingung, aku sama sekali belum pernah ke Bandung. Aku terus berfikir hingga aku ingat kalau Jaka sahabatku punya keluarga di Bandung dan ia juga tau alamat yang diberikan Soniya. Setelah kubujuk dengan berbagai cara akhirnya ia mau mengantarku.
Hari yang ditentukan pun telah tiba. Sudah kupersiapkan segala kebutuhanku selama di Bandung dan beruntungnya papaku memperbolehkanku membawa mobilnya ke Bandung. Setelah kurasa semua telah siap akupun bergegas ke rumah Jaka kulihat Jaka juga sudah bersiap. Kami pun berangkat sedangkan mobil aku dan Jaka yang menyetirnya secara bergantian. Lama kami dalam mobil menyusuri sebuah kota yang belum pernah aku kunjungi.
Setelah beberapa waktu akhirnya kami pun sampai ke alamat yang di tuju walau sedikit nyasar tadi di jalan, ternyata tempatnya sangat indah dan masih pedesaan. Sampai disana aku langsung menemui kakeknya, kakeknya orangnya ramah dan baik hati, awalnya aku mengira kalau ia tidak bisa bahasa Indonesia karena ia orang Delhi (India) tapi ternyata ia fasih bahasa Indonesia, wajar saja ia kan sudah tinggal berpuluh tahun disini.
“Divya mana kek?” tanyaku disela obrolan kami. “Divya biasa keluar jam segini paling juga ke danau. Kalau kamu mau kesana biar si Euis yang anter”
Aku pun pergi ke danau untuk menemui Divya disana dengan diantar Euis dan Jaka. Kulihat Divya sedang melamun sendiri di pinggir danau hingga aku memberanikan diri tuk memangilnya. “Lagi mikirin aku ya?” “Raja, ngapain kamu kesini?” ucapnya kaget melihatku. “Aku cuma pengen tau kenapa akhir akhir ini kamu jauhin aku.”
“Kamu pengen tau kenapa aku jauhin kamu. Oke akan kuberitahu.” ucap Divya dengan nada tinggi. “Di dunia ini gak ada manusia yang terlahir sempurna Raja, begitupun aku. Aku divonis menderita kanker otak stadium akhir dan umurku udah gak lama lagi, karena itu aku jauhin kamu agar kamu gak ningalin aku duluan dalam kondisi seperti ini” lanjutnya diiringi air matanya yang mengucur deras. “Kau pikir aku laki laki macam apa. Aku gak akan ninggalin kamu, apalagi dalam kondisi seperti ini Divya sayang” ucapku.
Tiba tiba hujan pun datang dengan derasnya sederas air mata Divya saat itu. “Hujan Divya ayo kita neduh” “Tak perlu Raja, Aku ingin merasakan dinginya air hujan bersamamu untuk pertama dan terakhir kalinya”. Rasanya ada yang janggal dari kata kata itu. Aku dan Divya pun menikmati air hujan bersama, kulihat senyum dan tawa Divya kembali setelah lama hilang.
Setelah puas hujan hujanan, kami pulang ke rumah kakek dengan keadaan basah kuyup. Kakek langsung memberi kami handuk dan kami pun langsung menggeringkan rambut kami. Divya terbahak bahak melihat rambutku yang acak acakan sedangkan aku terpaku melihat darah yang mengalir di hidung mancungnya. “Divya, darah” ucapku seraya menunjuk ke hidung sebagai isyarat. Divya pun mengusap perlahan hidungnya dan senyumnya menghilang kembali saat itu. Tak lama kemudian wajahya makin pucat setelah itu ia tak sadarkan diri. Segera kakek menghubungi dokter.
Dokter bilang kondisi Divya makin parah katanya harus dibawa ke Jakarta untuk pengobatan. Kami akhirnya setuju membawanya ke Jakarta dan tak lupa kami juga menghubungi ibunya.
Sudah dua minggu ia terbaring lemah di rumah sakit. Kami menunggunya secara bergantian kadang aku, ibunya, Amrita, Soniya, kadang pula kak Dava (Kakakku). Hari ini giliranku untuk menunggunya. Berbagai doa telah kupajatkan untuk kesembuhanya. Melihatnya seperti ini mengingatkan aku pada berbagai kenangan indah bersamanya. “Kapan kau akan bangun dari tidur panjangmu Divya. Asal kamu tau aku lelah menantimu untuk bangun. Bangunlah Divya nanti kita ketawa bareng, bercanda, bahkan hujan hujanan lagi. Kumohon bangun Divya” ucapku pada Divya yang sedang koma.
Tiba tiba Divya menggerakkan tubuhnya perlahan lahan hingga akhirnya ia membuka kembali kedua matanya yang lebar lagi jernih itu. Matanya melirik ke semua sudut ruangan lalu terarah padaku ia tersenyum manis sekali. Saat itu aku sangat bersyukur dan sangat bahagia, namun bahagiaku tak berlangsung lama karena setelah itu matanya menutup lagi. Divya pergi tuk selamanya dan takkan pernah kembali.
INNALILLAHI WA INNAILAIHI ROJI’UN
Cerpen Karangan: Kirana BFK Blog / Facebook: Kirana Beta Fratu Karimah OK jadi sebenarnya itu adalah cerita lanjutan. Cerita pertamanya tuh judulnya “Rumitnya Kisah Cintaku”. kalau kamu mau baca silakan aja tapi kalau kamu enggak bisa juga Enggak apa-apa kok karena ceritanya juga tidak terlalu terhubung Ya hanya nanya sama nama tokohnya aja Kok