Hari itu akhirnya datang. Hari dimana seseorang kembali lagi setelah berkali-kali datang dan menghilang sesukanya. Seseorang yang telah mengunci hatiku tanpa mau tahu rasa sakitku. Tanpa pernah sekali mencari kabar dariku. Seseorang yang sangat berarti dalam kehidupanku. Seseorang yang harusnya bertanggung jawab akan hidupku.
Saat dia kembali dengan tanpa rasa berasalahnya, dia seolah lupa dengan kewajibannya. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Hanya bertanya “apa kabar kamu?” Aku jawab “baik-baik aja, kemana aja, bertahun-tahun menghilang tanpa kabar?” Dengan santai dia menjawab “biasalah, kaya gak biasa aja!”
Lagi dan lagi, dia menyakiti hatiku. Lagi dan lagi dia memperlakukan aku seolah aku perempuan yang tak punya hati. Dia pikir aku perempuan yang hanya mengejar kenikmatan dunia. Dia sama sekali tak mau tahu apa yang selama ini aku lalui sendiri.
Percakapan itu lama kelamaan membuatku semakin tak bisa menahan amarah. Meledaklah amarahku, dengan air mata yang tak bisa aku tahan. “Kemana kamu selama ini. Kamu tahu gak, aku tersiska dengan sikap kamu yang kaya gini. Aku gak tahu kenapa harus kamu yang aku pertahankan. Aku gak tahu apa aku terlalu cinta atau terlalu bodoh. Berkali-kali kamu sakiti tapi tetap memaafkanmu. Aku menerimamu kembali dan setelah itu kamu menghilang lagi!” Kataku.
Responnya “kamu kaya gak kenal aku, kamu harusnya tahu bagaimana aku. Kok kamu malah marah. Aku mau punya anak 9 dan istri 4. Apa mau kamu aku madu? Gak kan?. Jangan drama lah, pusing kalau hidup terlalu didramatisir. Santai, yang penting aku kembali. Yang penting kamu bisa ketemu aku lagi.”
Begitu hancur hatiku, tak tahan dengar kata-kata dari mulutnya. Aku sudah tak bisa menerima lagi semua perlakuannya padaku. Aku betahun-tahun tersiksa, tapi dia tak mau tahu.
Yang lebih bikin aku marah, saat dia bilang pinjam uang. Aku rasa ini saatnya mengakhiri rasa yang dari dulu aku simpan sendiri. Aku gak mau lagi kejadian ini terus berulang. Aku yakin akan baik-baik saja tanpa adanya dia di hidupku nanti.
Aku putuskan untuk menjauh darinya, bertekad untuk tak lagi menunggunya. Dan mengakhiri rasa sakit hati ini…
Cerpen Karangan: Emmaramdani