“Berhenti mengejarku, Gib.” Bunga yang digenggaman Gibran jatuh begitu saja. Seolah ada tamparan hebat yang mengenai badannya.
“Kenapa?” Rena mendongak. “Aku gak mau, kamu terjatuh sama orang yang salah.”
Sekian kali, Gibran ditolak oleh Rena. Lelaki itu selalu berusaha mencairkan hati Rena yang membeku. Berharap adik kelas yang ia sukai itu membalas perasaan tulus Gibran. Percayalah, Gibran menyayangi Rena dengan sepenuh hati.
Dari pandangan pertama. Ada ketertarikan Gibran untuk mendekati siswi bernama Rena. Konon, adik kelas itu memiliki wajah imut tetapi dingin. Entah apa yang membuat tantangan buat lelaki humoris seperti Gibran merubah suasana hati perempuan itu. Tapi … kenyataannya. Semua tak seperti dipikirkan oleh Gibran. Mendapatkan hati Rena layaknya menguras bak mandi menggunakan sendok. Mustahil tapi butuh perjuangan.
“Kasih aku alasan kenapa kamu menolak aku? Apa perjuangan aku selama ini kurang? Atau, kamu gak nyaman sama sifatku yang sering ganggu kamu?” “Bukan. Bukan itu,” cela Rena. “Lalu?” “Kamu pantas mendapatkan perempuan yang mencintaimu dengan tulus.” Setelah mengucapkan itu, Rena membalikan badan dan bergegas pergi. Pertahanannya runtuh untuk tidak menangis. Melihat raut wajah Gibran, selalu ada rasa bersalah. Bayangan tentang dia masih ada saat Gibran berusaha masuk ke dalam hati Rena.
Semua tentangmu masih ada. Masih ada disini, lengkap dengan porsinya.
Rena berjalan menyusuri trotoar sepi sambil memegang kuat tas punggungnya. Butir air mata turun begitu saja. Tujuan pasti sekarang adalah nemuin sosok dia yang sama sekali belum terganti. Tubuhnya seolah runtuh saat berada di depan batu nisan yang tertengger nama Revil.
“Revil,” panggil Rena lirih. “Aku disini. Masih dengan perasaan yang sama.” Rena meremas tanah basah, wajahnya menunduk menahan gelonjak agar tidak menangis. “Kapan kamu nyapa aku lagi?” Seandainya, Rena bisa menerawang waktu kedepannya. Kejadian kecelakaan dimalam hari itu tak akan pernah terjadi.
Motor kesayangan Revil ditumpangi oleh Rena dengan pemandangan kota di gelapnya awan. Mereka saling merasakan jatuh cinta lagi, dan lagi. Senyum dari kedua sejoli tak sekalipun lenyap. Rena memeluk pinggang Revil dengan erat. Seolah, selamanya ia ingin bersama Revil, sang pacar.
Tetapi, malam yang seharusnya indah menjadi kedukaan bagi Rena. Truk besar dari arah barat dengan kencang menampar motor Revil hingga hancur. Darah bercucuran diatas trotoar hitam. Mata sayu sayu, Rena berusaha meraih tangan Revil. Hingga … pandangannya mengelap.
“Gimana bisa aku lupain kamu. Kalau disetiap waktu, selalu ada kenangan tentang kamu.”
Walaupun, Rena kenal dengan Revil dan berhubungan mereka berjalan lima bulan. Mereka mampu menciptakan momen indah disetiap waktu paling berharga. Sepertinya, Tuhan dan alam semesta tahu, bahwa mereka akan merasakan rindu pada akhirnya. Rindu, yang tak tahu kapan terbalasnya.
“Ree. Boleh gak, kalau aku minta kamu buat meluk aku kali ini aja? Rasanya sakit, saat lelaki lain deketin aku, Ree. Padahal kita belum resmi putus. Rasa sayang ini masih ada. Kenangan kita, juga masih aku simpan rapi di memori ini, Ree. Aku mohon. Kembali, disini. Ada aku yang harusnya kamu jaga,” jeda Rena memeluk batu nisan Revil. “Kalau boleh sama Tuhan, aku juga mau pergi sama kamu, Ree. Percuma aku hidup, tapi gak ada kamu. Hampa, gak ada tawa renyah kamu. Gak sandaran nyaman kamu. Rasanya … Aku mati, Ree. Aku mati rasa.”
Janjinya kepada Revil agar tidak menangis di depannya, kini pipi mulus Rena membasah.
“Ree. Aku kangen kamu. Tepat hari ini, kita udah hampir satu tahun. Kamu gimana? Kamu lihat aku gak disini?” “Ree, bolehkan aku mencintaimu lagi? Ya, walau aku tau, kamu tak mungkin kembali. Tetapi, rasa ini, semakin hari semakin bertambah. Jadi, izinkan aku tidak menghilangkan rasa jatuh cinta ini kepadamu. Karena, mencintaimu lebih menyenangkan dibanding aku menjalin hubungan lagi dengan orang lain.”
Cerpen Karangan: Nadia Luthfita Faadhillah Blog / Facebook: Nadia Luthfita Namanya, Nadia Luthfita Luthfita Faadhillah. Biasa dipanggil Nadia. Lahir di Semarang, 14 Agustus 2005. Menyukai horor, vanilla, dan bakso. Cek juga cerita di wattpad @pita-merah dengan judul Cerita Tiada Henti. Semoga suka ^.^