Di sebuah rumah yang sederhana, tinggalah aku seorang diri. Yah tepatnya sejak mas Edward mengalami kecelakaan kerja dan meninggal dunia.
Dret! Dret! Dret Tepatnya pukul 09:00 wib tiba-tiba saja ponselku berdering, dengan cepat kusambar ponselku yang ada di nangkas, tertera nama suamiku disana. tumben sekali mas Edward meneleponku jam segini. hmmmsss, ada apa yaaa. namun setelah kuangkat di seberang sana yang kudengar adalah suara mas Rusli yang mengabarkan bahwa mas Edward mengalami kecelakaan saat bekerja dan sekarang dibawa ke rumah sakit oleh rekan kerja yang lain.
Saat di rumah sakit aku melihat tubuh mas Edward sudah terbaring di ranjang rumah sakit, dengan mata tertutup, mulutnya dipasang selang oksigen dan tangan kanannya diinfus, hatiku sangat hancur melihatnya.
Setelah beberapa jam menunggu akhirnya mas Edward siuman, saat dia membuka matanya dia sempat melihatku sesaat. namun tiba-tiba saja mas Edward memuntahkan darah kental dan setelahnya kejang-kejang. hal itu membuatku panik dan segera berlari ke luar ruangan memangil dokter Febri agar mas Edward segera diperiksa.
Setelah beberapa jam menunggu akhirnya dokter Febri keluar dari ruangan suamiku. dia berkata bahwa suamiku nyawanya tidak dapat tertolong. dan seketika itu mataku menjadi buram, badanku pun terasa lemas, kemudian aku tak ingat apa yang terjadi. tapi aku dapat merasakan ada beberapa orang yang membopong tubuhku dan menidurkanku di tempat yang empuk.
Saat aku berhasil membuka mata, aku melihat mas Edward duduk di sisi ranjangku sambil memegang tangan kananku, kemudian tersenyum padaku, dan akhirnya terjadilah saling tatap satu sama lain. tak lama setelah itu mas Edward menuntunku berdiri dan membawaku keluar dari kamar. lalu kita berdua berjalan beriringan memasuki sebuah lorong kecil yang ternyata di dalamnya terdapat bunga-bunga yang indah dan kupu-kupu yang lucu sedang hinggap dan berterbangan mengelilingi bunga-bunga itu. mas Edward terus saja menuntunku hingga akhirnya kami duduk di salah satu kursi panjang yang sudah tersedia. aku menyandarkan kepalaku ke dada bidang suamiku dan mas Edward pun menyentuh helai demi helai rambutku.
Tapi tak lama setelah itu. tiba-tiba saja mas Edward mencium keningku sangat lama dan setelahnya menghilang. Spontan saja aku berteriak memangil namanya sambil mencarinya ke setiap sudut tempat itu. tapi mas Edward tak kunjung menjawab panggilanku. Saat aku sedang berjalan dan terus berjalan, tiba-tiba aku mendengar lantunan ayat suci Alquran sedang dilantunkan oleh ibuku. tapi saat aku mendengar lantunan itu cukup lama, aku tiba-tiba terjatuh dan aku merasa ada yang menyeret kakiku dengan paksa agar aku keluar dari lorong itu.
Saat aku kembali terbangun yang kulihat bukanlah sosok mas Edward. melainkan ibu dan juga adikku Lita. Mereka sama-sama sedang membaca ayat suci, bahkan ibuku sampai menitikkan air mata.
Setelah cukup lama terdiam. akhirnya aku beranikan diri, menanyakan keberadaan suamiku. tiba ibu berkata bahwa suamiku telah meninggal dunia, dan menguatkan aku agar aku bisa kuat menghadapinya. Spontan saja aku menggelengkan kepalaku, lalu berteriak memangil nama suamiku. namun tak ada jawaban, sampai akhirnya aku melihat sosok suamiku sedang berdiri di dekat jendela kamar kami. bahkan tangan kanannya terulur seakan ingin mengajakku pergi.
Dua hari setelah kejadian itu, ibu juga Lita pergi meninggalkanku. mungkin mereka takut melihat tingkahku yang masih merasa suamiku masih hidup. Karena itu memang benar adanya mas Edward memang masih hidup. hanya saja ibu dan Lita tidak bisa melihatnya. hanya aku yang bisa melihatnya. bahkan kini mas Edward ada di sisiku dan kami sedang makan bersama.
Cerpen Karangan: Dinbel Pertiwi Facebook: Dinbellap7165[-at-]facebooks.com
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 10 Mei 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com