Seorang gadis cantik sedang duduk di kursi halte bus, ia menunggu hal yang sama lagi hari ini, hal yang terus membuatnya kecewa.
Jam menunjukkan pukul 20:30, sudah cukup larut malam bagi seorang gadis, tapi ia bertekad untuk bertemu dengan laki-laki itu malam ini. “Aduh udah sepi kayak nya” ucapnya “Apa dia nggak datang lagi ya” akhirnya gadis itu pergi dengan perasaan kecewa yang sama dengan hari-hari yang lalu.
Paginya di sekolah ia bertekad untuk bertanya langsung kepada laki-laki tersebut kenapa dia tidak datang kemarin “Diq kenapa kamu nggak datang lagi kemarin?” tanyanya dengan senyuman “Gue ada janji sama Riska” “Riska itu siapa?” tanyanya dengan nada gemetar menahan Isak tangis “Pacar baru gue, ada apa emang?” Tumpah sudah air mata yang sudah ia tahan sedari tadi, “Diq kalau kamu nggak suka sama aku harusnya kamu bilang sama aku, bukan malah nyakitin aku setiap hari, aku tahu kamu mau sama aku hanya karena perjodohan itu kan? Ya sudah aku akan batalin perjodohan itu, tapi ingat diq, sekarang aku sudah menyerah untuk menunggu kamu lagi, mulai sekarang jangan cari aku lagi, aku pamit, sebelumnya, jika aku ada salah aku minta maaf, assalamualaikum, aku pergi”
2 Minggu sudah shanum tak pernah terlihat lagi di sekolah maupun di halte, rasa rindu akan tingkahnya yang polos membuat seseorang seseorang diam-diam mencarinya, “Pak shanumnya ada?” Tanya seorang laki-laki bertubuh tinggi pada satpam yang berjaga di depan rumah itu, “Neng shanumnya masuk rumah sakit, penyakitnya kambuh lagi, emang Aden nggak tahu? Neng shanum itu sakit udah lama mungkin hari ini akan dilakukan tindakan operasi untuk cangkok hati, bukannya Aden ini pacarnya?”
DEGG Mendengar hal itu membuat Siddiq merasakan penyesalan yang mendalam, mengingat betapa baiknya shanum padanya, dan betapa jahatnya dia pada shanum padahal shanum tak pernah jahat sekali pun meski selalu dicuekin.
Di koridor rumah sakit Siddiq berlari menuju ruang operasi, saat sampai di sana hal yang dilihat Siddiq sungguh sangat menyayat hatinya, gadis yang dulunya ceria kini sudah terbaring dengan kain putih menutupi seluruh tubuhnya, kaki Siddiq terasa mati rasa, tangis pun terdengar hingga ke telinga orangtua shanum, ibu shanum pun menghampiri Siddiq dan memberikan sepucuk surat, kemudian memeluk Siddiq sekejap.
Dear, Siddiq jika kamu baca surat ini tandanya aku udah nggak disamping kamu lagi, tapi perasaan aku kekamu tetap sama nggak pernah berubah dari kita kecil, kamu jaga diri baik-baik disana ya, jangan lupa kirim doa ya buat aku. Dari Mantamu Shanum.
Air mata mengiringi pemakaman shanum, Siddiq pun ikut mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhirnya shanum, dengan rasa penyesalan dan cinta yang baru ia sadari.
Hargailah seseorang yang mencintai kita sepenuh hati, selagi ia masih bersama kita, sebab waktu tidak akan pernah bisa diulang.
Cerpen Karangan: Nufi Rara Blog / Facebook: Nuri Rara Masih amatir