Di sela-sela kesibukanku dengan ditemani hadirnya fajar hingga pulangnya senja yang dijemput oleh sang malam, kebahagianku selalu cerah kala mengingat kekasihku yang selalu menghadirkan warna di setiap hari-hariku. Suka duka, tawa tangis, hingga marahan dan kekecewaan kami alami bersama-sama.
2017 adalah waktu dimana kami saling kenal. Dengan suara bising musik di rumah-rumah tetangga dan suara anak-anak yang begitu brisik, tak membuat aku terganggu kala sedang melakukan kegiatanku yaitu menulis.
Seketika kemudian tulisanku menuju finis, tiba-tiba Handphoneku berdering, kemudian aku berdiri dan melemaskan badan yang kaku karena sudah agak lama aku menuliis. Lalu aku melihat handphoneku ternyata ada pesan masuk di Whatsappku. Aku kembali melepaskan posel itu tanpa membalas pesan itu lagian nomor baru. Akupun kembali melanjutkan tulisanku hingga selesai. Setelah selesai akupun berbaring sambil main HP, saat aku membuka, nomor itu kembali masuk pesannya. Akupun penasaran, ada apa dan siapa?
“Selamat pagi” “Selamat pagi” “Selamat pagi, aku Dimas maaf mengganggu waktunya” Penasarankupun lagi-lagi hadir, aku balas dengan singkat “iya” “maaf WA kamu aku dapatkan dr BIO facebook kamu, karena sering aku lihat postinganmu” tuturnya. “Iya ya, tapi untuk apa kamu kontek aku?” Dengan rasa penasaran, deg degan juga si hehe ucapku dalam hati. Lalu aku lepaskan HP karena sudah agak siang sehingga aku mandi dan berangkat ke kampus.
Setelah mandi aku sarapan lalu berangkat ke kampus. Tiba di kampus aku membuka ponselku, lagi-lagi pesannya masuk “kok pertanyaannya segitunya sih, atau ada yang marah?” Akupun menjawab “tidak sih, penasaran aja” lalu aku memasukkan HP ke tas lagian dosen juga sudah masuk. Aku belajar namun di pikiranku hanya lelaki itu.
Sore harinya, aku duduk di taman depan rumahku dengan seperti biasanya sambil menulis untuk menuangkan imajinasi saat itu. Dengan melihat orang-orang lalu lalang yang menuju ke tempatnya masing-masing. Tulisanku belum selesai namun lagi-lagi teringat sama lelaki misterius itu katanya namanya Dimas. Gumamku. Lalu akupun membuka ponselku, eh pesannya lagi masuk. Akupun menerimanya dan membalas. Batinku sangat tersiksa karena rasa penasaranku tak bisa terbendung olehnya. Aku cari-cari tau tentang dia di BIO facebooknya ternyata seorang penulis.
Hari-haripun kami lalui dengan berbalas chat, rasa nyaman mulai hadir menyelimuti tiap-tiap sendi-sendi kehidupanku.
Suatu sore saat senja menampakkan dirinya, Dimas mengajak aku ketemuan, tanpa pikir panjang aku siap. Dimas menyuruh aku ke taman, dimana taman itu adalah taman umum siapapun bisa berkunjung di tempat itu. Sesampainya di taman, aku melihat lelaki berdiri dengan membelakang. Pertanyaanku dalam hati bahwa apa dia orangnya karena ini adalah pertemuan pertama jadi aku belum kenal betul.
Langkah demi langkah yang agak kaku membawaku semakin dekat dengannya. Diapun berbalik, aku gugup hingga menundukkan kepalaku. “Hai” ucapnya. Aku diam, aku malu. “kamu Dea ya”, sambungnya. “Iya aku Dea” dengan suara yang gugup. Dimaspun mengajak aku untuk duduk sambil bercerita.
“Tak terasa ya sudah pukul. 21.00” tutur Dimas, “iya ya tak terasa waktu” ucapku, benar waktu sangat tidak terasa berapa jam kami bercerita tanpa bosan hingga aku kira jamnya belum apa-apa. Dimas pun mengajak aku untuk balik ke rumah dan mengantarku. Sesampai di depan rumah akupun turun dari motornya dan menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dimas karena telah memberikan warna pada malam ini. “aku balik ya” ucap Dimas. “Iya hati-hati di jalan”. Akupun masuk ke dalama rumah, terus ke kamar dengan senyuman dan kebahagiaanku tak bisa aku sembunyikan.
Keesokan paginya, dan saat itu juga hari minggu jadi kampus libur. Akupun bisa istirahat di rumah kemudian melakukan rutinitasku lagi yaitu menulis. Pukul 13.00, Dimas mengirimkan pesan “Dea aku mohon maaf sebelumnya, mungkin kamu marah atau bagaimanapun nantinya setelah kamu baca pesan dari aku, Dea semenjak aku dan kamu berbalas pesan melalui media sosial kamu hingga pertemuan kita tadi malam, itu sangat membuat aku nyaman, bahkan inilah yang bisa aku katakan kalau aku jatuh cinta sama kamu, dan baru kali ini aku merasakan hal seperti ini” tutur Dimas, akupun senyum seketika, dengan bayangan-bayangan kebahagiaan dan pokoknya pikiranku entah bagaimana aku tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata sebait pun. Akupun membalasnya, “Terimakasih Dimas apa yang disampaikan, karna aku juga merasakan hal yang sama” Dengan hati gembira Dimas pun bahagia dan langsung membalas pesan dari Dea, “terimakasih Dea aku sayang kamu”.
Aku dan Dimas menjalin hubungan berawal dari pesan. Hari-hari kami selalu bersama saling supurt rutinitas kami, apa lagi hobi kami sama, yaitu penulis. Seiring berjalannya waktu Dimas menyampaikan kepada aku bahwa Dimas akan menikahi aku. Aku senang namun aku masih kuliah, lain halnya Dimas yang sudah kerja.
Suatu ketika saat aku di rumah, dengan wanginya bunga di pekarangan rumahku menjadikan kebahagiaanku semakin lengkap. Sedikit angin yang menyejukkan ruang-ruang di rumahku. Tut… Tut… Tut… Dering ponselku berbunyi, “Hallo”, ucapku, pada nomor baru itu. “ini dengan keluarga Pak Dimas?” Sabut suara dari nomor itu seorang perempuan yang cara bicaranya lugu dan sopan. “iya saya pacar dari Dimas” tuturku sambil kebingungan. “oh iya, maaf mbak kekasih Mbak sedang di Rumah Sakit, tadi habis kecelakaan dan sampai saat ini belum sadarkan diri”. Aku diam seketika, napasku sesak, ponsel yang ada di tanganku tiba-tiba terjatuh, hingga air mataku keluar, hatiku seakan terjerit pisau dapur. Dengan langkahku yang tak kuat mengangkat kakiku, aku keluar rumah untuk mencari Taxi, hingga Taxi lewat lalu kemudian aku menuju ke Rumah Sakit tempat Dimas dirawat.
Sesampai di Rumah Sakit, apa yang aku dapat, dimas sudah dibungkus kain kafan, aku berlari menuju Dimas aku buka kain itu, ternyata Dimas sudah tiada, aku menangis, sakit rasanya. Aku memeluk Jenazah Dimas dengan teriakan memanggil namanya, namun apalah artinya Tuhan berkendak lain, hari-hari bahagia yang telah kami hadirkan bersama kini tinggal kenangan, keinginan yang kami akan wujudkan bersama itu hanyalah bahasa kiasan bagi kami berdua.
Akupun bersama keluarga Dimas, kemudian akan mengantarkan Dimas ke tempat peristirahatan terakhirnya, namun dihari itu aku temukan surat di rumah Dimas dengan isinya “Dea suatu saat jika Tuhan tidak mengizinkan untuk kita bersama, maka carilah pasangan yang bisa membuat kamu bahagia, dan iklaskanlah kepergianku kelak kita akan dipertemukan di dunia yang berbeda. Kemudian jadilah penulis hebat” tulisan Dimas ini ditulis pada saat awal mulanya mengungkapkan perasaanya ke Dea.
Kepedihanku kembali hadir, hari-hariku tanpa Dimas seakan menjadikan warna yang sempat hadir serasa semuanya gelap.
Waktu terus berputar hari-hariku tanpa Dimas mulai aku terbiasa, aku selalu berjuang untuk bisa menjadi penulis yang hebat sebagaimana merupakan hobi dari Dimas, kelak suatu saat akan bisa aku dipertemukan kembali bersama Dimas sekalipun Hanyaa lewat rangkaian tulisan.
Terimakasih Dimas atas cinta yang telah kau hadiahkan untuk aku.
Amanat: Cinta dapat hadir kapan saja, ucapan syukur yang sebanyak-banyaknya karena telah menghargai pasangan pada saat menjalin hubungan. Tidak ada kata penyesalan selama hal baik kita perbuat dalam kehidupan.
Polewali, 2 Juni 2021
Cerpen Karangan: Gusti Suhardi Blog / Facebook: penikmatkisahkatagustisuhardi / Gusty Harry Kane
Nama: Gusti Suhardi TTL: Kirak, 11 Juli 1997 Alamat: Desa Kirak, Kecamatan Rantebulahan Timur, Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat Hobbi: Membaca dan Menulis IG: gusty1063 Blog: penikmat kisah kata gusti Suhardi