Aku sudah cukup lama mengenalnya. Mungkin sekitar 1 tahun atau lebih. Aku bertemu dengannya secara tak terduga. Waktu itu, aku bergegas menuju kelas terakhir di hari rabu. Aku melihat sekilas ke lengan kananku, oh, sudah pukul 4:45 sore. Pantas, kampus tampak jauh lebih sepi.
Aku sudah cukup lama mengenalnya. Aku berlari kecil sambil membawa dua buah buku di tangan kiri. Lalu entah darimana tiba-tiba kamu muncul dari arah berlawan. Kita bertabrakan dan saling bertatapan.
“Maaf, aku tak sengaja”. Ah, aku tak peduli dengan tatapan matamu yang bening di balik kacamata bundar, aku tak peduli dengan ponimu yang jatuh rapi, aku tak peduli dengan suaramu yang seperti berbisik tepat di telingaku, aku… Hm tapi wajah kikukmu membuatku tertarik. “Hi, boleh kenalan?”. Itu kata yang keluar pertama kali dari mulutku.
Sejak saat itu kita tak terpisahkan. Sarapan berdua di taman yang tersembunyi sambil berbagi earphone mendengarkan album favorit kita. Makan siang berdua disela-sela kesibukan tugas kampus yang terkadang membuat aku berpikir, memangnya menghitung algoritma akan terpakai nantinya? Toh aku tak pernah mau bekerja sesuai jurusanku nantinya. Atau malam-malam panjang dimana kita berjalan bersisian sambil melompati genangan air yang kadang kamu dengan sengaja menekan kaki kirimu ke kubangan, lalu air akan berhamburan ke sepatuku. Kesal. Tapi aku cinta.
Aku sudah cukup lama mengenalnya. Makanya aku heran kenapa sore ini kamu belum terlihat di lobby kampus? Biasanya di hari ketiga setiap minggu kami bertemu disini. Tapi dia belum muncul.
Awan di atas kepala semakin menggelap. Matahari sudah malu untuk menunjukkan sinarnya. Air hujan mulai turun sedikit deras dan percikannya bisa aku rasakan di wajahku. Aku sudah cukup lama mengenalnya. Biasanya kamu tidak pernah terlambat datang. Kamu di mana, ya? Aku bergegas membuka tas, mencari payung kecil transparan oleh-oleh dari Jepang yang ujungnya sudah mulai kusut, dan berjalan cepat menuju pintu keluar. Sebaiknya aku menunggu di bawah pohon besar itu sambil berharap kamu akan melihatku dan kita bisa berteduh bersama-sama. Mungkin sambil makan cemilan atau menceritakan hariku yang sebenarnya biasa saja.
Aku sudah cukup lama mengenalnya. Tapi entah kenapa kamu tidak pernah tiba. Iya, aku menunggumu sudah cukup lama. Sejak 3 tahun yang lalu, ketika tiba-tiba petir menyambar pohon besar diatasku, beban berat menimpa tubuhku, dan aliran air hujan menjadi bewarna merah darah ke berbagai arah. Yang aku tahu, Aku sudah cukup lama mengenalnya. Aku akan terus menunggumu di sini. Sampai suatu saat kamu akan menjemputku. Di musim hujan yang sama, berharap kamu tak akan membiarkan aku sendirian.
Aku sudah cukup lama mengenalnya. Aku paling suka dengan senandungmu. Dirimu mulai menyanyikan satu dua bait lagu, lalu tubuhku melayang-layang, dan menghilang diam-diam ke balik bekas pohon besar dengan sekuntum bunga mawar merah di sampingnya, yang kamu bawa di setiap musim hujan. Untukku.
Cerpen Karangan: Joy Facebook: facebook.com/jhoey99