“Aksaaa.” Seorang perempuan berkuncir kuda tiba tiba memeluk sang pacar sambil menangis. “Mama pergi, tapi nggak ngajak aku.” Keluhan kekasih membuat Aksa mengusap punggung Alita pelan. “Aku nggak mau sama, Papa. Papa jahat, Aksa. Papa sering mukul Mama, hikss,” katanya terbata sembari mengeratkan pelukan Aksa. “Aksa, jangan sampai kamu ninggalin aku juga ya?” Alita mengurai pelukannya dan menatap pacarnya dengan segala harapan dan permohonan. Aksa mengusap rintikan air mata di pipi Alita. “Udah nangisnya hm?” “Belom,” rengek Alita.
“Keluarga aku siap sedia buat kamu, Alita.” “Tapi aku nggak mau ngerepotin Bunda.” Aksa tersenyum geli. “Gak ada Bunda repot. Yang ada Bunda seneng sama kamu.”
“Aksa, makasih.” Alita kembali memeluk tubuh Aksa. “Makasih udah mau bertahan sama aku, udah mau dengerin cerita aku, udah mau jadi sandaran aku, udah mau nemenin aku, udah mau nerima aku, ak-.” “Ssttt. Gak perlu makasih, Alita.” “Seumur hidup, aku gak pernah ketemu seorang sebaik kamu, Aksa. Janji ya? Jangan tinggalin aku sendiri.”
Alita yang malang. Hidup serba mewah, tetapi tidak semewah takdirnya. Keluarganya hancur berantakan. Papa yang selalu didambakan sekarang menjadi pria tak bertanggung jawab dan kasar. Setiap hari, selalu ada suara pertengkaran mereka. Anak siapa yang kuat mendengarkan suara tersebut? Alita bahkan menangis, meraung, dan meminta Tuhan kali itu saja menulikan telinganya.
“Aku selalu disampingmu, Alita. Jangan khawatir.” Dan, siapa yang tak beruntung memiliki kekasih seperti Aksa? Lelaki dengan segala kedewasaannya. Kelembutan hatinya. Rumah kedua Alita adalah Aksa. Tuhan sangat baik. Menakdirkan lelaki yang mau menerima semua hidup Alita.
“Aksa, ku akan jaga kamu di setiap doa doaku,” lirih Alita bersyukur.
Bukan tentang hari ini, Alita ingin Aksa selamanya. Membantu Alita yang lemah, untuk melawan dunia yang keras.
“Alita?” panggil Bunda Aksa. “Iya Bunda?” Alita membalikkan badan. “Mau ikut memakamkan Aksa?”
Dunia seakan runtuh. Angin seolah menampar bahwa Aksa tak lagi di dunia ini. Dan, tadi, Aksa …
Cerpen Karangan: Nadia Luthfita Faadhillah Blog / Facebook: Nadia Luthfita
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 16 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com