“Teruslah seperti itu” Ucapnya “Apa” Jawabku heran. “Tersenyum, sejujurnya kau terlihat manis jika tersenyum” Balasnya sembari menatapku. “Hey berhenti menatapku seperti itu, atau kau akan kena diabetes” Ucapku sembari menggodanya yang kemudian dibalas dengan tawa kecil olehnya. “Setelah ini bisakah kau berjanji padaku Zo. Berjanjilah untuk berhenti menganggap dirimu tidak berguna lagi. Itu hanya akan membuang-buang waktumu” Pintanya “Aku berjanji, lagipula kurasa apa yang kuinginkan sudah kucapai sekarang” Jawabku. “Baguslah” Balasnya.
“Boleh aku bertanya sesuatu Zain” Tanyaku “Hmm” Jawabnya. “Jika kau disuruh memilih antara kembali ke masalalu atau tetap berada di masa kini, apa yang akan kau pilih” Tanyaku “Tetap berada di masa kini” Jawabnya “Kau tahu Zo bagiku apa yang terjadi sebelum ini adalah hal yang memang harus terjadi. Mengubahnya atau kembali hanya akan membuang-buang waktu. Lagipula belum tentu apa yang ingin kita ubah saat itu hasilnya akan sesuai dengan harapan yang kita miliki sekarang. Jadi lebih baik menerima dan memaksimalkan waktu yang Tuhan berikan di masa kini. Kurasa menjalani realita yang ada lebih baik ketimbang harus membayangkan kembali ke masa lalu” Sambungnya.
Ahhh aku tidak tahu, tetapi sungguh kali ini dia benar-benar sukses membuatku tersanjung lewat perkataannya.
“Ada apa, dari tadi kulihat kau menatapku. Kau mencintaiku?” Ucapnya. ‘Hah apa yang dia katakan’ Batinku gugup “Lihatlah wajahmu, aku hanya bercanda. Kuharap itu tidak akan terjadi, jika kau tidak ingin terluka, maka jangan sekali-kali kau coba untuk mencintaiku” Ucapnya. “Lalu bagaimana jika aku sudah terlanjur mencintaimu” Tanyaku. “Kalau begitu lupakan aku” Jawabnya.
Setelah hari itu kami tidak bertemu kembali, aku sibuk dengan pekerjaanku begitupun dengannya. Namun bayang-bayang akan Zain tidak pernah lepas dari pikiranku. Pertanyaan-pertanyaan mulai muncul dalam benakku. Apakah aku mencintainya? Jika iya sejak kapan, dimana, dan bagaimana bisa perasaan itu muncul?
Semakin hari aku semakin merindukannya, merindukan kebersamaan kami. Apakah ini pertanda bahwa aku memang benar-benar mencintainya? Tiba-tiba ponselku bergetar. Aku mengambilnya dan kulihat ternyata pesan dari Zain.
‘Besok malam aku harus pergi keluar kota untuk waktu yang aku sendiri bahkan tidak tahu kapan akan kembali. Jika kau tidak sibuk bisakah kita bertemu? Aku ingin berpamitan. Kuil biasa pukul 17.00’ Pesannya.
Sontak saja hal itu membuatku terkejut bukan main. Air mataku dibuatnya mengalir begitu saja saat membaca pesannya.
‘Apa yang harus kukatakan padanya besok. Kurasa ini memang benar bahwa aku mencintainya. Tapi haruskah kukatakan bagaimana perasaanku padanya setelah apa yang pernah ia katakan padaku soal ini. Ataukah aku harus memendamnya?’ Batinku.
Sore hari di kuil… “Tidak tahu kapan kita akan bertemu lagi, tetapi terimakasih karena sudah mau menemuiku dan menghabiskan waktu bersamaku sore ini” Ucapnya. ‘Kurasa aku harus mengatakannya’ Batinku “Emmm… Aditya bisakah aku mengatakan sesuatu?” Tanyaku gugup. “Hmm” Jawabnya. “Kumohon jangan ubah pandanganmu tentangku setelah ini. Aku tahu seharusnya aku tidak mengatakan hal ini. Tapi mereka bilang kalau kita harus jujur dengan perasaan kita. Karena itu aku membaranikan diri untuk mengatakan hal ini padamu. Jika bisa maafkan aku Aditya, sungguh aku mencintaimu. Entah kapan, dimana, dan bagaimana aku sama sekali tidak tahu soal itu. Maaf” Ucapku.
Dia hanya menatapku. Raut wajahnya sama sekali tidak bisa kubaca. Tidak tahu apa yang dipikirkan olehnya.
“Maafkan aku. Tapi kuharap kau bisa mengingat apa yang pernah kukatakan padamu” Jawabnya. Hanya senyum yang bisa kuperlihatkan padanya sebagai respon atas jawaban yang ia berikan. “Boleh kukatakan sesuatu Zo sebelum aku pergi. Terimakasih karena telah mencintaiku. Maaf karena aku tidak bisa membalas perasaanmu. Jaga dirimu baik-baik. Jika kau tidak sibuk datanglah ke Delhi, temui aku di Rumah Sakit Fortis. Aku ada disana” Sambungnya. “Rumah sakit? Untuk apa kau kesana? Apa kau baik-baik saja?” Tanyaku panik “Jangan berpikir buruk. Nanti kau juga akan tahu. Aku harus pergi. Sampai jumpa” Jawabnya.
Ahhh rasanya begitu menyakitkan melihat cinta yang tak berbalas. Tanpa sadar air mataku mulai mengalir begitu saja setelah kepergiannya. Tetapi setidaknya ada perasaan lega yang kudapat karena telah mengatakan padanya tentang bagaimana perasaanku yang sebenarnya. Aku hanya ingin dia tahu soal itu dan kurasa itu sudah cukup. Selanjutnya aku hanya harus belajar untuk melanjutkan hidup tanpa dirinya.
“Lalu apa yang terjadi setelahnya” Tanya shikha padaku. “Beberapa waktu setetah hari itu, aku mencoba mengunjunginya di rumah sakit” Jawabku.
Di rumah sakit… “Permisi bisa kau beritahu dimana Zain berada” Tanyaku pada resepsionis. “Maaf mba jika boleh tahu, apakah anda kerabat Zain?” Tanyanya. “Iya saya kerabatnya” Jawabku. “Maaf jika saya membuat anda terkejut dengan apa yang akan saya katakan, tetapi pasien bernama Zain telah tiada beberapa waktu yang lalu” Balasnya. “Pasien? Telah tiada? Apa maksudmu?” Tanyaku memastikan. “Iya mba, Zain adalah pasien di rumah sakit ini. Beberapa waktu lalu ia datang kemari untuk menjalankan pengobatan. Sebelumnya saya ingin bertanya apakah kau Zoya?” Tanyanya balik. “Benar aku Zoya” Jawabku. “Sebelum pergi Zain menitipkan surat ini padaku dan memintaku untuk memberikannya padamu. Karena kau orangnya, maka aku berikan surat ini padamu” Ucapnya sembari memberikan surat yang Zain tujukan padaku.
Betapa terkejutnya aku setelah membaca surat itu. Mengapa Zain menyembunyikan hal sebesar ini dariku. Apa menurutnya aku tidak cukup kuat untuk menerima semuanya. Bahwa dia mengidap kanker ginjal stadium akhir. Apakah ini maksud dari semua perkataannya waktu itu. Menangis. Hanya itu yang bisa kulakukan, selebihnya adalah rasa penyesalan mengapa aku tidak mengetahuinya lebih awal.
“Bolehkah aku melihat surat itu Zo” Tanya Shikha padaku “Ini” Jawabku sembari memberikan surat itu padanya
Hai Zo… Jika kau mendapatkan surat ini maka aku yakin kau sudah tahu semua kebenarannya. Yaa Zo aku menderita kanker ginjal stadium akhir. Kedatanganku kemari bukan untuk hal lain selain pengobatan. Kurasa itu cukup menggambarkan kondisiku karena aku tidak ingin menjelaskannya lebih jauh lagi. Aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa bisa bertemu denganmu adalah anugerah terindah yang pernah kudapat dari Tuhan. Sama sepertimu, aku sama sekali tidak tahu kapan, dimana, dan bagaimana bisa perasaan ini muncul, kenapa denganmu aku juga tidak tahu. Tapi sungguh aku mencintaimu Zo. Aku merasa bahagia saat menghabiskan waktu bersamamu. Melihatmu tersenyum apalagi. Jika bisa tolong maafkan aku. Maafkan aku karena terlambat mengatakannya dan maafkan aku karena harus pergi lebih awal. Bisakah aku mengucapkan terimakasih padamu? Terimakasih karena telah mencintaiku. Sama sekali tidak pernah terbayangkan di benakku kalau wanita sepertimu bisa mencintaiku. Kumohon setelah ini berjanjilah untuk hidup lebih baik kedepannya Zo. Kau harus bahagia. Jika kau tidak bisa melakukannya demi dirimu sendiri, setidaknya lakukan itu demi diriku. Anggaplah ini sebagai permintaan terakhirku. Terimakasih untuk semuanya Zo. Aku mencintaimu, selamanya. -Zain
“Ahhh tidakkk, mengapa kisah cinta kalian berakhir seperti ini” Ucap Shikha sembari terisak tangis. “Mungkin ini yang disebut takdir” Jawabku sembari mengambil surat yang sebelumnya kuberikan padanya. “Zain benar-benar mencintaimu” Ucapnya. “Yaa kau benar, karena itu dia menyembunyikan semuanya dariku. Dia tidak ingin membuatku terluka dengan aku mencintainya” Balasku. “Lalu apa setelahnya” Sautnya sembari menyeka tangisnya. “Akan kucoba penuhi permintaannya” Jawabku.
‘Kau tahu Zain, tadinya aku berpikir bahwa cintaku tidak akan terbalas. Tetapi ternyata itu semua tidak benar. Terimakasih karena telah mencintaiku dan terimakasih untuk semua waktu berharga yang kau berikan padaku. Aku sangat bahagia karena kau hadir dalam hidupku. Sesuai permintaanmu aku berjanji akan hidup lebih baik kedepannya. Aku juga mencintaimu Zain, selamanya. Mari bertemu di kehidupan selanjutnya’ Batinku.
Cerpen Karangan: Ika Pramudita
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 27 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com