Seorang gadis berjalan melewati pertokoan sambil bersenandung kecil. Ia tampak ceria bak diberi hadiah. Namanya Risa, gadis berumur 17 tahun yang gemar menyanyi. Risa sangat asik dengan perjalanannya hingga tanpa ia sadari, seseorang menepuk pundaknya.
“Hei Risa! Hari ini pulang sendiri?” “Astaga! Kaget tahu!” mengetahui sosok yang tidak asing, Risa menurunkan rasa kewaspadaannya. “Ahaha.. Maaf Risa. O iya, nanti kamu ada waktu gak?” dengan santai ia bertanya. “Sebetulnya aku ada janji buat beliin adikku kado.” “Yah.. Padahal aku mau ajak kamu ke Kuta…” “Kuta? Itu jauh tahu! Lagipula, kamu kan belum punya SIM!” “Tapi, lewat jalan tikus juga bisa-” “Nggak! Pokoknya aku gak bakal izinin kamu kesana!” Mendengar jawaban ketus dari Risa, ia mengurungkan niatnya. “Hahh.. Iya deh.. Iya…”
Risa yang tak sanggup melihatnya bersedih, mencoba menghibur dengan mencari ide lain “Uhmm… Gimana kalo kamu temenin aku beli kado?” “Serius? Berdua aja kan?” “Iyap.” “Yes! Makasi Sa, nanti janji jam berapa?” “Jam..” Pembicaraan mereka berlanjut hingga mereka kembali ke rumah masing-masing.
Setelah perjalanan itu, jantung Risa tak henti-hentinya berdetak. Bagi Risa, orang itu sangat berharga baginya. Bagaimana tidak? Dia adalah satu-satunya sahabat Risa sedari kecil dan cinta pertamanya hingga duduk di bangku SMA. Arya namanya, siswa populer karena kepandaiannya bermatematika. Banyak orang merasa iri kepada Risa yang berhasil memiliki Arya, kata mereka “Itu adalah keberuntungan!”
Matahari mulai terbenam, dua sejoli itu bertemu di kediaman Risa. Setelah memastikan semuanya, mereka berangkat menuju tempat tujuan. Risa yang menikmati perjalanan, refleks memeluk lelaki didepannya. Hal itu hampir membuat Arya salah tingkah. Walaupun sudah terbiasa untuk pergi berdua, namun Arya masih saja kalah dengan perasaannya sendiri.
“Arya kapan kamu akan membuat SIM?” “E-eh? Kenapa tiba-tiba membahas soal itu?” “Itu karena aku khawatir.. Huftt.. Segeralah dapatkan SIM-mu agar kita bisa pergi ke Kuta..” “Aku akan membuat secepatnya, kau tidak usah cemas” percakapan itu berakhir saat mereka sampai dan membeli beberapa barang yang akan dijadikan sebuah hadiah.
Kado yang sangat indah membuat gadis kesayangan Arya tampak begitu bahagia. Risa menyampaikan rasa terima kasihnya dengan tatapan yang tulus. Membuat laki-laki di hadapannya tersipu. Langit yang mulai gelap memberi tanda untuk keduanya supaya segera pulang. Cahaya rembulan ikut menemani mereka, menuntun arah jalan pulang.
Masa putih abu-abu, waktu dimana cinta bersemi. Pasangan Arya Risa merupakan salah satunya. Tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya, belum ada dari keduanya yang menyatakan perasaan. Namun, anggapan publik mengenai hubungan mereka menjadi faktor utamanya. Walaupun publik menganggap mereka sebagai sepasang kekasih, tetapi Arya dan Risa masih terjebak Friendzone. Dering telepon berbunyi, terdengar suara Risa disana.
“Hei Arya apa aku boleh tanya sesuatu?” “Iya boleh.” “Apa.. Apa kamu menyukaiku??” Pertanyaan itu membuat Arya terkesiap. Pasalnya, Risa tidak pernah menanyakan hal seperti itu secara serius. “T-tunggu kenapa tiba-tiba… Kamu lagi bercanda kan??” “Enggak lah! Jawab yang jujur Rya!” Tidak ada jawaban dari Arya, membuat Risa sedikit kecewa. Ia menyesal karena sering mempermainkan perasaan sahabatnya itu.
Selang beberapa waktu, terdengar suara di telepon Risa “Kalau kamu mau tahu… Aku sebenernya suka.. Yah.. Aku menyukaimu Sa..” Arya berhasil mengatakannya, namun sayangnya pada saat itu Risa sedang berada di tempat lain. Alhasil, pemuda tersebut gagal mengutarakan perasaannya.
14 Februari di hari Valentine, Arya berencana menyatakan perasaannya kembali pada Risa. Kebetulan, hari itu ia akan mendapatkan kartu SIM miliknya. Tentu membuatnya semakin semangat dan percaya diri. Sebelumnya, dia dan Risa sudah berjanji akan bertemu di suatu tempat yang “Spesial”. Maka dari itu, ia selalu menghubungi gadisnya apakah sudah sampai atau belum.
Risa datang tepat waktu, menunggu kekasihnya tiba. Pada awalnya, ia senang karena tahu akan diberi kejutan di hari kasih sayang ini. Namun, lambat laun rasa cemas mengerubungi hatinya. Sejam berlalu dan belum ada kabar dari Arya. Puluhan panggilan tak terjawab. Risa mulai panik hingga menitikkan air mata. Dia berharap tidak terjadi sesuatu pada orang yang dicintainya. Perasaannya campur aduk, emosi tak terkendali.
Dering telepon muncul, dengan tangan yang sudah gemetar Risa mengangkat panggilan itu. Ternyata, itu adalah panggilan dari Ayah Arya. Beliau berkata bahwa anaknya telah pergi, pergi untuk selamanya ke sisi Tuhan. Anaknya mengalami kecelakaan berat saat akan menjemput gadisnya. Risa yang syok dan sudah dikuasai emosi, tidak mempercayai kata-kata itu. Dia yakin bahwa ia salah dengar. Dengan segera, dirinya berangkat ke rumah sakit. Tempat dimana Arya saat ini berada.
Risa berlari melintasi lorong putih mencari keberadaan sang kekasih. Dibukanya ruang hampa yang terdapat sesosok pemuda terbalut kain putih. Sang gadis kemudian menangis sejadi-jadinya meratapi pemudanya telah pergi. Semua kata-kata yang selama ini tersimpan kini ia keluarkan di waktu yang salah. Risa benar-benar menyesal dan merasa bersalah. Kejadian itu membuatnya trauma berat, kehilangan orang yang berharga berhasil membunuh rasa Risa. Semenjak kejadian itu, Risa memilih untuk menghapus semua emosi dan perasaannya sembari mengenang masa-masa indah bersama sang kekasih.
Cerpen Karangan: Intann Blog / Facebook: @intan.pie
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com