“Aku tidak ingin menikah” “Kau gila” “Benar aku sudah gila”
Lesa berjalan keluar dari rumahnya, pergi meninggalkan ibunya yang kebingungan dengan perilaku putri pertamanya yang kini sudah berusia lebih dari tiga puluh tahun dan nampaknya sudah berkali-kali menolak ajakan seorang pria serius yang ingin melamarnya menjadi pasangan hidup.
Lesa terus berjalan hingga dirinya tiba di sebuah kafe kecil, saat memasuki kafe itu dirinya melihat bahwa kafe itu sepi hanya sedikit orang di dalam kafe yang luas itu. Lesa duduk di salah bangku yang dekat dengan jendela, memandang pemandangan pantai dengan orang-orang yang sedang beraktivitas disana.
“Apa masalahnya hari ini” “Tidak ada” “Benarkah, pesananmu?” Lesa mengangguk. “Seperti biasa” “Kau tahu kau bisa bercerita bukan” “Tidak perlu, ini bukan masalahmu” “Benar, tapi aku harap aku bisa membantu”
Lalu pelayan sekaligus teman masa kecil yang bernama Bamu, Lesa selalu heran kenapa seorang pria yang memiliki kafe mewah seperti ini selalu membebani dirinya berusaha membantu seorang Lesa yang selalu ceroboh dalam suatu pilihan. Meski bodoh dalam memilih Lesa sangat tahu bahwa pilihannya kali ini tidak salah. Karena memang benar pilihannya kali ini adalah sebuah deklarasi yang Lesa sendiri utarakan sebuah deklarasi yang berbunyi TIDAK INGIN MENIKAH DAN TIDAK AKAN PERNAH MAU MENIKAH.
Meski dirinya terlahir dari keluarga yang harmonis dan juga memiliki saudara yang baik dan akur seharusnya menurut beberapa psikologi dan beberapa orang harusnya orang seperti itu sudah pasti mau menikah, namun tetap saja Lesa tidak. Menurut Lesa sendiri pernikahan adalah suatu ikatan yang mengerikan memang dasar Lesa yang sok tahu padahal dia sendiri sudah menikah namun sudah dapat berpikir hingga sejauh itu.
“Aku temani” “Tidak perlu repot” “Ibumu bukan?” “Memang” “Dia menyanyangimu karena itulah dia ingin terbaik untukmu” “Nyatanya tidak” Lesa lalu meminum es kopi dingin buatan Bamu. “Kau tidak pergi” “Sekarang libur, makannya aku hari ini jaga kafe” “Benar” Lesa kembali meminum minumannya. “Tidak terasa aku hidup hingga saat ini melihatmu sukses, aku berharap suatu hari nanti kau menemukan pasanganmu” Bamu tertawa mendengarnya. “Terima kasih tapi kau bagaiamana” “Sudah kubilang tidak perlu repot mengurusiku” “Aku peduli” “Maka hilangkanlah rasa peduli itu” “Dasar keras kepala” “Memang” Lesa kembali meminum kopi yang sudah hampir habis. “Ini benar-benar enak kau tahu pantas saja kafe ini ramai” “Lalu apa tujuanmu sekarang?” “Entah”
Singkatnya Lesa kembali pulang menuju ke rumahnya, saat berjalan pikirannya membawanya ke suatu memori yang membuat Lesa senang dan sedih disaat yang bersamaan. Tiba di rumah dirinya langsung menuju ke kamar dan berharap kepulangannya tidak diketahui oleh ibunya.
Seminggu kemudian saat Lesa sedang terduduk di halaman rumahnya Lesa melihat sebuah mobil yang berjalan menuju arah rumahnya saat mobil itu berhenti Lesa dapat melihat adiknya turun bersama dengan adik iparnya dan juga keponakannya Lesa segera menyambut mereka dan memberitahukan kehadiran mereka kepada ibu dan ayahnya. Singkat cerita mereka semua berkumpul, Lesa yang merasa lelah keluar untuk melihat kedua keponakannya yang sedang bermain.
“Halo ka” Lesa menengok, mengetahui itu adalah adik iparnya sekaligus istri dari adiknya. “Halo, mari duduk” Awal mereka memang saling diam tidak tahu apa yang harus dibicarakan, Lesa sendiri memang tidak terlalu mengenal Adik iparnya yang bernama Mien.
“Mereka berdua lucu sekali, mereka sudah sekolah?” “Belum ka, rencananya tahun ini untuk anak pertama” “Mereka cepat sekali besar ya” Mien tertawa kecil. “Iya memang cepat” “Kalian tidak ada masalah bukan?” “Maksud kaka” Lalu Mien mengerti. “Tidak ka beruntung kami saling bahagia bersama mereka” Kata Mien sembari melihat anak-anaknya bermain. “Beruntung, Mien” “Ya ka” “Apa aneh seorang wanita seperti aku tidak ingin menikah” Mien terdiam sebentar sembari berpikir. “Tidak itu kan pilihan kaka dan kaka berhak untuk pilihan kaka sendiri” Lesa tersenyum mendengarnya. “Sepertinya kaka sangat bahagia dengan diri kaka sendiri bukan?” “Iya sangat”
Mereka berdua hanya terdiam. Seorang wanita lajang dengan deklarasinya yang tidak ingin menikah dan disebelahnya seorang wanita yang menjadi istri dan ibu. Tidak terbayangkan apa yang akan orang pikirkan saat melihat pemandangan itu. Termasuk ibunya yang melihat mereka berdua hanya bisa menggelengkan kepalanya, namun di lain sisi ibunya sekarang paham kenapa putrinya tidak ingin menikah. Malamnya saat Lesa sedang terduduk di ruang tamu memandang hujan dari luar. Hujan selalu membawanya kembali mengingat kenangan.
“Kau sekarang bahagia” “Sudah” Lesa terdiam sembari berpikir kembali. “Entahlah, tidak tahu tidak pasti?” “Ibu memang tidak tahu apa yang kamu suka” Lalu ibunya terdiam sebentar. “Tapi jika kamu benar-benar bahagia dengan pilihanmu ibu akan sangat senang” Lesa mendengar itu memberinya sebuah harapkan. “Sangat senang” “Ibu aku minta maaf untuk segalanya” Lesa memeluk ibunya, nampaknya keduanya sudah berdamai dengan pilihan mereka masing-masing.
Setahun kemudian diumurnya Lesa yang ke empat puluh tahun, Lesa tidak akan mengubah pilihannya yang sesuai dengan deklarasinya. Saat ini Lesa sedang berkunjung ke Kafe untuk menemui Bamu hingga dirinya terkejut saat ada seorang anak sedang menangis Lesa mencoba menghiburnya dan berhasil, lalu Lesa membawa anak itu ke Kafe untuk membelikannya sebuah eskrim.
“Bel sedang apa kau kemari” Dengan segera anak yang dekat dengan Lesa pergi menjauh dan ke arah Bamu. “Maaf sekali Sa, Bela memang susah diatur” “Tidak dia hanya perhatian kau tahu” “Kafe ramai dan aku benar-benar sibuk maaf” “Biar aku membantu dengan menjaga Bela” “Tidak perlu, ibunya sebentar lagi tiba” Dan benar saja seorang wanita yang baru masuk ke kafe segera menghampiri mereka. Lalu dengan segera mengendong anak yang bernama Bela putri Bamu. “Lesa bukan? Pesanan seperti biasa” Tanya wanita, istrinya Bamu. “Iya tapi dibungkus saja, soalnya aku mau pulang” “Baik”
Singkat waktu setelah mendapatkan pesanannya Lesa pergi dari sana, berjalan sembari menghabiskan minumannya. Saat dirinya berjalan terlihat langit mendung, segera gerimis turun dari langit. Lesa tiba di sebuah pohon yang besar Lesa berdiri dengan keadaan basah kuyup sembari tersenyum. Meski Lesa membuat deklarasi tidak ingin menikah dia pernah sekali seumur hidupnya mencintai seorang pria asing yang ia temui saat sedang menuntut ilmu di kota lain, Lesa sendiri juga pernah menyatakan perasaanya kepada pria itu dan pria itu sendiri juga menyatakan perasaan sukanya kepada Lesa, Lesa merasa senang perasaannya dibalas hingga suatu hari pria itu melamarnya. Disaat semua membaik datanglah ujian yang membuat pria itu kehilangan nyawanya saat mereka berdua mengalami kecelakaan, membuat semuanya berakhir termasuk rencana pernikahan yang sudah mereka rencanakan. Lesa yang setia hanya mencintai pria itu, setidaknya sebagai seorang manusia dirinya sudah menjalankan satu kewajiban yaitu MENCINTAI SESEORANG.
Lesa berjalan pergi meninggalkan pohon itu lalu kembali berjalan membiarkan hujan membasahi dirinya. Lesa pernah mencintai seseorang. Tapi sayangnya orang yang pernah ia cintai sudah pergi untuk selamanya, Lesa yang setia membuatnya tidak dapat mencintai orang lain selain pria itu. Lesa yang merasa harinya menjadi buruk hanya bisa meratapi nasibnya, namun dirinya sadar bahwa dirinya tidak boleh menyerah dan harus tetap berjuang untuk dirinya sendiri. Kini Lesa sadar bahwa dirinya hanya untuk dirinya sendiri. Lesa tidak memerlukan seorang pangeran untuk menyelamatkannya karena dia adalah seorang ratu dan Lesa adalah seorang ratu yang tidak memerlukan seorang raja untuk memerintahkannya.
DEKLARASI WANITA LAJANG adalah pilihan terbaik yang Lesa pilih.
29/04/2022
Cerpen Karangan: Shofa Nur Annisa Deas Blog / Facebook: lovinpluie
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 2 Mei 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com