Namaku Kuro. Orang orang disekitarku biasa menyapa dengan sebutan Qu. Umurku genap 21 tahun di tahun ini. Aku mempunyai akun media sosial instagram dengan nama kecebong wae. Parasku rupawan sepintas mirip artis blateran Jepang-Indonesia. Semua wanita pasti terpikat jika tak mengetahui siapa aku sebenarnya.
Aku di sini di dalam sebuah ruangan kecil isolasi. Aku merasa asing dan ambigu sendiri, kenapa aku bisa berada disini?. Tempat ini penuh dengan arumbi aerosol yang menyesakkan indra penciuman. Hanya ada satu ranjang kecil seperti ranjang pensakitan disini. Apakah mungkin ini yang namanya rumah sakit?. Benakku terasa sakit karena penuh oleh lingkaran tanya. Aku terpaku melihat sebuah pintu yang tertutup dan berjeruji besi
Kalau memang ini rumah sakit, mengapa tak seorang pun menemaniku di sini?. Kenapa aku sendiri?. Aku sendirian dalam remang yang sesak dan pengap. Bisakah kursi dan jendela itu berbicara padaku?. Kugepalkan jemari tanganku dan kuhantamkan ke dinding putih itu sekuat tenaga. Tentu saja hal itu sangat mengganggu bum.. bum.. bunyi kepalan tangan yang memantul di dinding. Entah setan apa yang merasuki ragaku hingga amarahku memuncak, kesal dan asal.
Kulihat sebuah kaca jendela tertawa menyeringai hingga aku pun mehantamnya dengan sebuah bogem mentah. Praaankk.. tawanya mendadak lenyap dan ruangan itu senyap begitu juga dengan kaca itu. Ia pecah jatuh berserakan di sudut lantai keresahan ruangan ini. Namun, sebagian juga jatuh keluar yang buatku ikut terperanjat, aku memang di sebuah rumah sakit jiwa lantai 3. Tanganku berlumuran darah. Aku terjerebah lemah di lantai amarah.
Bayanganku berkejaran mengulang peristiwa kemarin siang. Genangan darah ini mengingatkaku pada darah di kepala tuan Gan. Tuan Gan begitu aku biasa menyapanya. Nama yang sangat cocok aku sematkan karena dia kakak kandungku dan tentu saja kami sama sama rupawan. Ia kakakku tapi, mengapa kemarin siang, ia menyerangku?. Aku menjadi beringas dan meraih gelas lalu kehempas hingga tepat mengenai sasaran jelas di kepala berimbas. Aku terhenyak koyak dan hampir pingsan dengan kejadian barusan. Tapi, sungguh diluar nalar dan tak bisa kukendalikan.
Seketika, rumah kami menjadi riuh. Semua orang berteriak ketakutan dan aku disergap tetangga seberang. Aku tak terlalu ingat apa yang terjadi kemudian, yang aku tahu, aku sekarang berada di sini sendirian.
Bunyi suara klik membuyarkan lamunanku yang mengembara. Pintu jeruji besi itu terbuka perlahan. Seorang perempuan cantik membawakan makanan kesukaan. Tapi, sayang ia tak datang sendirian. Di sampingnya berdiri perempuan berbalut pakaian putih seperti malaikat dengan baki terikat jarum dan obat. Dengan sigap dan cekatan malaikat putih membersihkan luka di tangan. Dan, perempuan cantik itu. Ia adalah ibuku yang kemarin aku sangat ingin bermanja dengannya.
Tapi, mengapa ia menolakku. Padahal, aku tak bisa melepaskan pelukkan itu. Entah kenapa bayangan wajah Ranie hadir di dalam dirimu ibu. Gadis manis yang dulu kucinta kini telah tiada. Karena tertabrak kereta tak beradab ketika menyeberang jalan di depan mata ini. Meski telah bertahun tetap tak bisa kulenyapkan luka di hati
Tapi, dasar tuan Gan gusar ia memukulku dengan ganggang sapu. Dan sekarang, aku diperlakukan seperti orang pesakitan. Mereka semua tidak mengerti naluriku. Aku tidak sakit. Alisku mengeryit dan mataku menyipit bukan bearti aku menggerang sakau. Aku hanya meradang dan hatiku teriris perih. Cintaku memang tak akan bisa kugapai
Cerpen Karangan: Nyayu Agustina Dewi Blog / Facebook: Nyayu Nyayu Agustina Dewi Adalah seorang ibu rumah tangga dengan dua putri remaja. ia mulai menyapa dunia maya lewat akun instagram nyayudewi682.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 Mei 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com