Sore hari itu terasa sangat hampa bagi seorang perempuan bernama Kejora Anastasya. Sore itu ia baru saja ditinggalkan sang pujaan hati selama lamanya, semua yang telah melayat satu persatu sudah pulang ke rumah masing masing, yang tersisa disana hanyalah Kejora dan sahabatnya, Lyora.
“Kejora, ayo dong pulang, mau sampai kapan lo disini Jora, bentar lagi mau hujan nih, udah hampir 2 jam lo disini, ga keram tuh kaki jongkok mulu, udah gerimis kayak gini masih gak mau pulang?” Kata Lyora sambil memayungi sahabat nya itu. “Pulang duluan aja ly, gua masih mau disini” Kata Kejora sambil menatap Lyora dengan mata sendu nya itu. “Lo mah kayak gitu, aduh yaudah deh, gua tunggu aja tuh di dalam mobil ya, nanti biar gua aja yang setir mobilnya ya Ra, inget kalau udah mau Maghrib udahan ya, besok besok lagi kesini, gua tau berat Ra ngelepasin langit, nih payung, gerimis tuh, bisa sakit” Kata Lyora sambil memberi sebuah payung dan lanjut berjalan kearah mobil.
Langit Ajendra—adalah kekasih dari Kejora Anastasya yang mengidap penyakit kanker hati stadium akhir, Perawatan dapat membantu, namun penyakit ini tidak dapat disembuhkan. Hal ini membuat Langit harus menjalani kemoterapinya, kemoterapi itu sudah ia lakukan sejak 3 tahun yang lalu, namun karena merasa kemoterapinya itu tidak membuat perubahan bagi dirinya, ia mengakhiri kemoterapinya semenjak 2 bulan yang lalu tanpa sepengetahuan dari siapapun karena ia tau tidak ada yang akan menyetujui perbuatannya itu. Setelah ia tiada, dokter yang menangani Langit pun akhirnya memberi tau kepada keluarganya dan Kejora.
Kejora bangkit dari duduknya sambil memegang payung dan dengan berat hati ia berjalan kearah mobil, ia menutup payungnya dan langsung mengetuk jendela mobil itu. tuk.. tuk.. tuk
“AAAAAAAAA SETANNNNNNNNN” Jerit Lyora yang terkejut. “Ini gua, gak usah lebay, cepetan buka pintunya” Kata Kejora. “Sumpah ngagetin aja lo Ra, untung sahabat lo ini ga kena serangan jantung” Kata Lyora sambil membuka pintu itu.
Kejora tak membalas dan langsung masuk kedalam mobil, Lyora pun langsung menjalankan mobil itu. malam ini Lyora memutuskan untuk menginap di rumah Kejora, karena ia berjaga jaga agar Kejora tidak melakukan perbuatan yang tidak baik walaupun ia tau Kejora tidak sebodoh itu sampai harus melakukan sesuatu seperti mengakhiri hidupnya.
Sebulan pun berlalu, Kejora sudah terlihat lebih baik, mungkin ia belum bisa ikhlas sepenuhnya tetapi senyum Kejora sudah muncul, walaupun hanya karena Lyora yang dengan cerobohnya tersandung dan menumpahkan jus buah naga ke dosennya itu, setelah itu Kejora hanya tersenyum tipis. Saat ini mereka sedang menyantap makan siangnya di kantin.
“Ly, nanti sore temenin gua yuk ke pantai, kangen pantai, kangen Langit” Kata Kejora. “Yahhh Ra maaf gua ga bisa, hari ini tuh gua mau jalan sama pacar gua, besok aja mau ga?” Kata Lyora. “Ohh yaudah Ly ga usah, gua sendiri aja gapapa, gua bisa sendiri kok santai” Kata Kejora sambil tersenyum. “Beneran gapapa Ra?” Tanya Lyora. “Gapapa Ly, sahabat lo ini kan udah gede” Kata Kejora. “Yaudah hati hati lo nanti” Kata Lyora. “Siap boss” Kata Kejora.
Sore hari pun tiba, saat ini Kejora sudah berada di pantai, saat ia sedang ingin keluar dari mobil, ia melihat sosok laki laki yang tak asing baginya. Perlahan ia berjalan mendekati laki laki itu.
“Langit?” Kata Kejora dengan sangat pelan. “Eh saya bukan Langit” Kata laki laki itu yang sedikit terkejut. “Oh maaf mas, mas nya mirip banget sama almarhum pacar saya, mulai dari postur tubuh, wajah dan suara” Kata Kejora yang sedikit tak enak hati. “Saya turut berdukacita ya mba, ah iya nama saya Bintang” Kata laki laki itu. “Saya Kejora, jangan pake mba, kalau mau juga pake lo gua gapapa hehe, jangan terlalu formal” Kata Kejora. “Eh hahaha oke deh Kejora” Kata Bintang sambil tersenyum
Sore itu mereka habiskan untuk berbincang-bincang dan bertukar nomor ditemani dengan indahnya matahari terbenam yang artinya ini sudah mulai sore.
“Gua pulang dulu ya, kapan kapan ketemu lagi okey Bintang” Kata Kejora sambil melambaikan tangan kearah Bintang dan langsung masuk kedalam mobil.
Sampainya di rumah ia langsung mengabari Lyora dan memberi tahu kabar bahwa ia bertemu dengan seseorang yang sangat mirip dengan almarhum kekasihnya itu, Lyora bingung harus percaya atau tidak karena ia tahu sahabatnya itu belum bisa ikhlas sepenuhnya, akhirnya Kejora pun mengirimkan foto yang sempat ia ambil diam diam tanpa sepengetahuan Bintang, akhirnya Lyora pun percaya.
Selama sebulan ini Kejora selalu ke pantai sebagai tempat janjian untuk Kejora dan Bintang saling bertemu, setelah beberapa Minggu ia tidak bertemu Bintang akibat dirinya sedang disibukan dengan tugas kuliahnya itu, akhirnya Kejora mengajak Bintang untuk bertemu di pantai itu, Bintang tak pernah membalas pesannya, hanya dibaca saja, hal ini sudah biasa, walaupun awalnya Kejora mengira ia seperti selalu mengganggu Bintang, tetapi saat mereka bertemu Bintang memberi alasan mengapa ia tidak memberi balasan pesan Kejora, Bintang akan membahas semua pesan yang Kejora beri ketika mereka saling bertemu. Seperti biasa mereka bercanda bersama menghabiskan waktu di pantai itu ditemani dengan matahari terbenam yang sangat indah.
“Bintang, bagaimana kalau gua bilang gua jatuh cinta sama lo?” Tanya Kejora. “Kejora, lo jatuh cinta sama gua karena gua mirip almarhum pacar lo kan?” Kata Bintang “Engga Bintang, gua jatuh cinta bukan karena lo mirip Langit” Kata Kejora.
Bintang hanya tersenyum kikuk kearah Kejora, setelah berbicara seperti itu Kejora memutuskan untuk pamit pulang ke rumahnya. Sampai di rumah Kejora menelepon sahabatnya itu.
“Ly, gua jatuh cinta sama Bintang” Kata Kejora. “Ra, kayaknya kita perlu ngomong besok deh, penting, demi lo” Kata Lyora dan langsung mematikan sambungan sepihak.
Sesuai seperti yang Lyora bilang di teleponnya semalam, ia ingin berbicara sesuatu yang bisa dibilang sangat penting, Lyora, Kejora, dan kekasih Lyora—Tio, mereka sudah ada di kantin untuk membicarakan hal ini.
“Ayang, kayaknya kamu harus kasih tau sekarang deh” Kata Tio. “Iya ay” Kata Kejora. “Ini mau ngomong atau ngebucin? cepetan, udah sore nih, gua mau ketemu Bintang lagi di pantai” Kata Kejora.
“Ra, sadar, semua tentang Bintang itu hanya imajinasi lo Ra” Kata Lyora yang nampak mengkhawatirkan sahabatnya itu. “Maksudnya gimana Ly, bercanda mulu lo, semua kenyataan kok” Kata Kejora yang sedang kebingungan. “Ga Kejora, Bintang itu imajinasi lo yang masih ga bisa ikhlas sama kepergian Langit, foto yang lo kirim itu, gua sama Tio cuma liat ada pantai, sedangkan sosok Bintang yang lo maksud ga ada, gua awalnya mau nyadarin lo saat itu juga, tapi kata Tio jangan dulu, cuma sekarang gua harus kasih tau Ra, ikhlas emang susah, tapi jangan tenggelam sampai sampai imajinasi yang menguasai lo sekarang” Kata Lyora. “Apaan sih Ly, ga mungkin lah, ngaco lo, udah ah gua mau ketemu Bintang aja, lo semua ga jelas banget” Kata Kejora yang langsung lari meninggalkan mereka berdua.
Melihat Lyora yang ingin mengejar Kejora, Tio dengan sigap menarik tangan Lyora. “Kasih dia waktu Ly, emang susah buat dia terima kalau mencakup hal seperti ini” Kata Tio.
Lyora menurut dan langsung kembali duduk di sebelah Tio dengan raut wajah khawatir. Disisi lain Kejora menjalankan mobilnya ke pantai untuk bertemu Bintang, ia memikirkan apa yang barusan Lyora bicarakan, saat ia sudah sampai di pantai itu, Kejora langsung turun dan berjalan menuju kearah Bintang, Bintang memunggungi Kejora, jarak mereka sekitar 1 meter atau 100 cm. Bintang berbicara tanpa menghadap kearah Kejora.
“Ra, udah tau ya? yang Lyora bilang bener kok, harus belajar ikhlas, biar imajinasi lo ga menguasai, gua ga bisa juga lama lama di imajinasi lo, setelah lo tau gua ini cuma imajinasi lo, gua harus pergi, semua tentang gua bakal lo lupain seiring berjalannya waktu” Kata Bintang. “Bintang..” lirih Kejora
Bintang berjalan pelan dan memeluk Kejora sampai sosok Bintang benar benar menghilang.
Benar, semua ini hanya imajinasi Kejora, Bintang memang sebenarnya tidak ada, Kejora begitu merindukan sang kekasih sampai ia tidak sadar sedang membangkitkan imajinasinya, kontak chat Bintang pun hanya terlihat seperti nomor yang sudah lama tidak aktif, foto yang Kejora ambil diam diam itu masih terlihat wajah Bintang walaupun hanya kejora yang bisa melihat.
Setelah seminggu berlalu Kejora pun memutuskan untuk ke tempat peristirahatan terakhir sang kekasih, jujur saja ia sangat merindukan Langit, saat sampai disana ia berbincang-bincang dengan Langit, ia tahu Langit bisa mendengarkannya.
Tamat.
Cerpen Karangan: Immanuel Smart Kurniawan, SMP Tarakanita 1 Instagram @smart66_ Immanuel Smart Kurniawan adalah salah satu siswa SMP Tarakanita 1 yang berusia 14 tahun.