Awal pertemuan kami memang tidak disengaja. Mata yang beberapakali saling bertemu, namun bibir terbungkam erat hingga tak ada satu kata yang mampu kuucap. Memperhatikan setiap ucapanmu dengan semangat bara yang meluap, membuatmu tampak begitu menawan.
“Saya emang dulu anaknya bandel, semester satu ga pernah mau ikut-ikut kegiatan apapun. Kegiatan wajib pun saya gak ikut. Sampe akhirnya saya harus ikut kegiatan ini, juga kegiatan wajib lainnya di semester 3. Bandel banget ya saya, sadarnya baru sekarang.” Ucapnya kepada kakak seniorku selaku panitia kegiatan. Dia seolah mengakui kejelekannya di masa lalu tanpa rasa malu yang membuatnya terlihat sangat lucu.
Saat itu kami semua, mahasiswa fakultas FKIP sedang melakukan kegiatan wajib untuk para mahasiswa baru. Disana pun juga menyempil beberapa kakak tingkat semester 3 yang belum mengikuti kegiatan ini di semester satu. Kami satu angkatan dibagi menjadi beberapa kelompok dengan nama kelompok mengambil dari nama-nama kota di Inggris. Kami duduk melingkar dan masing-masing dari kami menjelaskan tentang main map yang berisi apa saja kemajuan yang ingin dilakukan selama masa perkuliahan. Dia satu kelompok denganku, kamipun duduk bersama dan saling berhadapan dengan satu orang sebagai pemisah. Dia terus saja menyembunyikan kertas gambaran mind map nya, tak ingin orang melihat namun pada akhirnya juga terpaksa harus diperlihatkan.
“Assalamu’alaikum semua, nama saya Diando Prastama biasa dipanggil Ian. Saya semester 3 jurusan bahasa inggris. Disini saya akan menjelaskan mind map yang saya buat” Perlahan dia memperlihatkan gambarnya pada kami semua. Sepersekian detik, orang-orang yang melihat mind mapnya seperti ingin tertawa namun tak berhasil mereka tahan. Aku juga tertawa, tapi lebih tepatnya, aku terseyum. Ekspresinya menunjukkan bahwa dia marah karena orang-orang menertawakannya. Tahu tidak, ekspresi marahnya sangat menggemaskan. Bibirnya manyun dan matanya melihat bergantian kepada kami semua. Ingin mencari dan menuduh siapa yang tertawanya keterlaluan, membuat moodnya berubah buruk. Sampai pada giliranku untuk ditatap, dia melihat kearahku yang hanya terseyum, ekspresinya sedikit membaik. Bibirnya tidak terlalu manyun seperti 5 cm sebelumnya.
Dia melanjutkan biacaranya dan sampailah pada dialog pertama cerita ini. Dia melanjutkan, “Makanya sekarang mumpung sadar, kegiatan apapun yang bisa saya lakukan akan saya lakukan. Rencana tahun ini saya akan mendaftar ke beberapa organisasi di kampus ini. Saya sudah menyiapkan diri untuk seleksi 3 organisasi dan beberapa UKM. Saya sebisa mungkin akan aktif dan menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan baru saya” Bicaranya sangat percaya diri dan akupun merasakan ada ketulusan serta tanggung jawab besar dalam dirinya. Tapi aneh, aku merasa dia sering melihat ke arahku. Aku tidak mengerti apakah aku yang terlalu perasa atau memang seperti itu karena terkadang ketika mata kami bertemu, aku yang lebih dulu menjatuhkan pandanganku. Dia tidak terlalu keren ataupun tampan, namun tatapannya cukup melelehkan hati para wanita. Wajah dan senyumnya imut, terlalu menggemaskan. Namun saat itu aku tidak begitu saja suka dia, butuh keyakinan penuh untuk aku menyukai seseorang.
Itu adalah pertemuan pertamaku. Beberapa minggu kemudian aku melihatnya lagi karena selama itu aku sama sekali tidak melihat dia di kampus. Saat itu dia sedang duduk bertiga bersama teman-temannya, kemudian aku lewat di depannya bersama ketiga temanku juga. Dari kejauhan dia sudah menyadari adanya aku dan terus melihat kearahku. Aku merasa risih dan sangat malu, sedari jauh seblum lewat sampai aku lewat tatapannya tak lepas dari aku. Aku merasa risih karena aku lupa dengan dia, haha. Aku lupa dengannya namun aku ingat wajahnya, aku terus berpikir mengenai siapa dia dan kenapa dia terus melihatku seolah dia kenal denganku.
Sampai di rumah aku pun terus memikirkannya, dan aku hanya teringat bahwa sepertinya itu temannya temanku. Aku bertanya kepada temanku dan memastikan apakah yang ada di kampusku adalah temannya yang berkuliah di luar kota itu. Temanku heran karena tidak mungkin temannya berada di kampusku. Temanku sangat yakin bahwa orang yang kulihat bukan temannya. Lalu beberapa hari kemudian dengan pikiran yang selalu bertanya-tanya tentang siapa dia, tiba-tiba aku melihatnya lagi dan dengan tatapannya yang sama lagi. Kemudian aku sadar-sesadarnya bahwa dia adalah si Ian, orang yang tipeku sekali. Harusnya aku sudah menyukainya, namun alasan aku tidak langsung menyukainya adalah karena saat itu aku masih menyimpan perasaan untuk seseorang. Beberapa pertemuan kami selanjutnya tidak terlalu berarti, hanya tatapannya yang selalu menjadi penghias pertemuan kita.
Beberapa bulan kemudian aku masih terus bertemu dengannya, namun dia sudah tidak lagi melihatku secara intens. Suatu ketika perasaanku mulai berubah terhadapnya. Ada perasaan senang ketika melihatnya, juga perasaan gelisah ketika seharian tak kulihat penampakannya. Apakah aku mulai menyukainya? Sebelum aku sadar aku menyukai kak Ian, perasaan yang kusimpan untuk seseorang yang lain sudah hilang karena memang tak pantas dia mendapatkan hatiku. Aku pun mulai mencari media sosialnya dan memfollow instagramnya. Mulai mengikuti kesehariannya dan mencari tau siapa pujaan hatinya, sampai aku tau bahwa dia sedang mendekati seseorang. Aku sadar diri karena memang aku disini hanya sebagai pengagumnya, pengagum rahasianya. Namun sepertinya pendekatan kak Ian tidak ada perkembangan apapun. Aku semakin hari semakin menyukainya.
Setiap kali aku melihatnya, penglihatanku tak pernah lepas darinya sampai dia tak terlihat lagi. Beberapa kali aku sadar bahwa dia juga melihat kearahku. Sampai suatu hari ketika aku terus memandanginya dari jarak yang dekat, dia tiba-tiba melihatku dan kita saling bertapapan beberapa detik sebelum akhirnya aku memalingkan pandangan. Tak sampai disitu, setelah memastikan dia tidak melihatku aku beranikan diri untuk kembali melihatnya. Hal yang sama terjadi lagi, kita bertapapan beberapa detik sampai akhirnya aku hanya bisa menutup mataku dengan kepalaku yang masih mengarah ke arahnya. Betapa bodohnya aku, kalau seperti ini dia bisa tau bahwa aku menyukainya.
Dari semenjak kejadian aku tertangkap basah sedang memandanginya, sikap dia seolah berubah. Tadinya ketika aku melihat dia maka dia juga akan sesekali menoleh kearahku namun hanya sekilas dan terjadi beberapa kali. Sekarang berbeda, ketika dia sadar aku melihat kearahnya dia seolah berakting bahwa dia tidak melihatku dan jalan lurus kedepan tanpa menoleh lagi. Aku tidak tau mengapa dia berubah atau ini hanya sekedar perasaanku saja.
Berhari-hari dia seperti itu, bersikap seolah tidak menyadari bahwa aku ada. Namun aku tau bahwa sebenarnya dia sadar bahwa ada aku disana, sahabatku yang memberitahuku ketika aku sedang menoleh kearah lain. Ngomong-ngomong, aku suka kak Ian secara diam-diam namun teman-temanku tau bahwa aku menyukai kak Ian. Sudah menjadi kebiasaanku bahwa ketika aku suka seseorang, sikapku tak bisa kukendalikan sehingga teman-temanku yang melihatku langsung tau bahwa aku sedang menyukai kakak itu. Sebagian besar teman-teman di kelasku tau bahwa aku menyukainya dan terkadang mereka suka mengusiliku ketika aku berpapasan dengan kak Ian.
Aku sebenarnya pernah mengirim pesan DM kepada kak Ian, namun hanya beberapa kalimat chat di room chat kita. Sebenarnya dia orang yang sangat cuek, aku tau itu. Sekarang aku heran jika kak Ian tidak tau bahwa aku menyukainya. Bukti-bukti sudah ada dan sangat jelas bahwa aku menyukainya walaupun aku tidak seberani itu untuk menyatakan perasaanku kepadanya. Terlebih lagi aku tau bahwa dia dulu sedang mendekali seorang teman perempuannya.
Karena sikapnya berubah, aku makin tidak tau harus bagaimana. Apakah aku harus tetap bersikap biasa saja atau aku harus mundur?. Ditengah kebingunagnku aku tetap mengikuti kesehariannya lewat cerita yang ia bagikan di media sosial. Aku tidak tau bagiamana harus bersikap, sepertinya aku harus mundur saja. Aku takut kak Ian akan merasa risih jika aku terus saja menyukainya. Maka aku memutuskan untuk mundur saja dan beruhasa bersikap biasa dihadapannya. Meskipun sulit, hal itu tetap harus aku lakukan demi kenyamanan kak Ian.
Hari-hari berlanjut, namun ada hal aneh yang aku alami. Satu hari ada seseorang yang tidak kukenal memberiku sekaleng susu bearbrand.
“Kak Alza ya? Kak Alza jurusan bahasa inggris semester 3?” Tanya seorang cowok ketika aku baru saja sampai di depan kelasku. “Eh iya, aku Alza. Ada perlu apa ya mencari saya? tanyaku heran. “Ini kak tadi ada orang yang nyuruh saya ngasih susu kaleng ini ke kakak, silahkan kak” Jawab cowok itu sambil menyodorkan sekaleng susu putih merk bearbrand kepadaku.
“Ini dalam rangka apa ngasih saya susu, lagian yang suruh kamu siapa?” “Barusan ada cewek yang suruh saya ngasihin ini ke orang yang namanya Alza jurusan bahasa inggris semester 3, saya ga kenal sama sekali sama cewek itu. Tolong diterima aja ya kak, saya permisi dulu” Katanya sambil bergegas pergi.
Aku masih bertanya-tanya siapa cewek yang ngasih aku susu ini. Anehnya lagi, di kaleng susu itu ada huruf yang tertera disana. Tulisannya inisial “O” ditulis tebal dan lumayan besar menggunakan spidol berwarna hitam.
Kejadian yang sama terjadi lagi di siang harinya. Kali itu ada seorang cewek yang aku perkirakan semester 1 datang menemuiku di kantin sambil memberikan sekaleng susu bearbrand putih kepadaku. Inisial yang tertulis adalah huruf “T”. Ketika kutanya pertanyaan tentang siapa yang menyuruhnya memberikan susu itu, dia mengatakan hal yang sama seperti cowok yang kutemui di pagi hari. Hal yang berbeda adalah, dia bilang bahwa yang menyuruhnya adalah seorang laki-laki. Lalu bagaimana mungkin aku bisa menemukan siapa pelakunya jika gender pelaku berbeda-beda.
Seharian aku memikirkan tentang siapa dan apa maksud seseorang memberiku susu yang berinisial itu. Aku memikirkan apa hubungan inisial huruf terhadap pemberi. Kuduga itu pasti berhubungan dengan nama atau hal apapun mengenai identitasnya.
2 hari kemudian kejadian menitip dan memberi susu kembali ada. 2 orang datang menghampiriku secara bersamaan dan memberiku susu kaleng bersamaan. 2 orang ini satunya cewek dan satunya cowok. Orang yang menyuruh mereka pun berbeda gender pula. Aku makin tidak paham dengan ini. Sekarang total ada 4 kaleng susu murni di tempatku. 2 terakhir berinisial “I” dan “U”. Jika kugabungkan dengan huruf sebelumnya pun aku masih tidak mengerti. Aku menyusunnya menjadi OTIU, UITO, ITOU,TIUO, dan aku menyerah karena aku tidak menemukan clue yang tepat. Hari berikutnya pun sama. Ada 2 orang yang memberiku susu kaleng lagi. Mereka yang memberiku susu tidak saling mengenal. Huruf yang kudapat adalah “Y” dan “S”.
3 hari berlalu dengan kepalaku yang pusing karena terus memikirkan tentang misteri susu. Teman-temanku yang mengetahui pun ikut kebingungan. Aku sempat menebak bahwa orang misterius itu adalah kak Ian, namun tebakanku tak mungkin benar. Dia bersikap semakin cuek dan acuh ketika melihatku. Aku yang sudah berusaha bersikap biasa saja terpaksa harus menghindari berpapasan dengannya.
Cerita yang ia bagikan di instagram mulai menghilang, aku sempat berpikir apakah dia menyembunyikan ceritanya dariku? Ketika aku melihat kak Ian dari kejauhan, tampak dia sedang tertawa lepas bersama teman-temannya. Dugaanku benar, dia bersikap sinis hanya jika ada aku di jangkauan penglihatannya. Aku mengutuk habis-habisan diriku yang sempat-sempatnya berpikir bahwa si misterius adalah kak Ian.
Cerpen Karangan: Zulfa Afis Blog / Facebook: Zulfaafiss.blogspot.com / Zulfa Afis Saya adalah salah satu mahasiswa Universitas Tidar Magelang jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Saat ini saya berada pada semester 4.
