Hidup adalah misteri, bagaimana tidak? Apa yang akan kita alami esok, kita tidak tahu bahkan seringkali sesuatu yang kita rencanakan matang-matang digagalkan olehNya entah dengan cara apapun. Kalau kata kakekku, hidup itu seperti pagelaran wayang, manusia sebagai wayang dan tuhan sebagai dalangnya. Uniknya, manusia seringkali tidak mengerti rencana terbaik tuhan untuk dirinya.
Aku hanyalah seorang cewek biasa yang sama sekali tidak mengerti rencanaNya. Selayaknya seorang remaja, aku seringkali jatuh cinta pada lawan jenis tapi selalu bertepuk sebelah tangan. Akupun juga pernah pacaran tapi selalu saja putus padahal hubungan kami baru berjalan 3 bulan.
“Hubungan kita cukup sampai di sini! Aku nggak mau lagi jalan dengan cewek yang nggak modis banget kayak kamu! Dan satu lagi, jangan berharap aku mau balik sama kamu!” ucap mantan pertamaku.
Beberapa bulan kemudian aku jadian dengan seorang cowok cakep tapi lagi-lagi ya gitu aku harus putus dengannya karena aku tidak tahan dengan playboynya. Tahun berganti tahun aku pun jadian dengan seorang cowok. Wajahnya mirip dengan orang India tapi pembualnya juara. Pernah dia cerita mempunyai ini itu tapi semuanya hanya bohong belaka. Hingga suatu ketika kuputuskan untuk menjomblo ria sampai kutemukan cowok yang bisa meyakinkan aku dan tentunya mau menjadikan aku lebih baik lagi.
Hari demi hari kulalui tanpa adanya seorang cowok, sepi sih tapi mau bagaimana lagi masih belum ada yang pas di hati. Jujur, kadang aku ingin nangis jika ada teman-temanku yang menceritakan tentang cowoknya. Oh Tuhan.. tolong pertemukan aku dengan jodohku
“Boleh ikutan gabung satu meja, bu” ucap seorang cowok yang tiba-tiba menghampiriku. Kudongakkan kepalaku, dan… “Mas dwi? Apa kabar mas?” ucapku pada mas Dwi. Mas Dwi adalah kakak kelasku saat SMA dulu dan kita sudah lama lost contact “Baik, ngajar di mana kamu?” ucap mas Dwi “Aku ngajar di SD mas. Oh ya ngomong-ngomong kok Mas tahu sih kalau ini aku?” tanyaku “Tentulah, udah kecium bau asammu dari depan pintu sana” ucap mas Dwi sambil menunjukkan pintu masuk café. “Ihhh… kamu ini mas” ucapku tersipu malu. Sudah menjadi kebiasaan mas Dwi yang selalu menggodaku, tapi entah mengapa godaan-godaan dari mas Dwi selalu membuatku happy.
“Kok bengong? Aku ganteng banget ya?” ucap mas Dwi “Idiiih.. pd-nya. Nggak mas rasanya seperti mimpi saja bisa bertemu sama kamu. Padahal sejak lulus SMA kita sudah lost contact” ucapku. Kami pun ngobrol panjang saling menceritakan kesibukan masing-masing. Selama ini mas Dwi sibuk kuliah di salah satu kampus di Malang kemudian lanjut berbisnis kecil-kecilan, katanya. Tapi kenapa ya, setiap kali ngobrol dengan mas Dwi selalu saja hati kecilku bilang dia yang terbaik untukku.
Jika kulihat Wajahnya yang teduh dan sorot matanya menggambarkan seseorang yang serius dan pekerja keras. Cowok seperti inilah yang kucari selama ini, hanya saja cowok seperti mas Dwi banyak yang naksir dan yang pasti cewek-cewek itu cantiknya bukan kepalang. Aku pun hanya bisa memendam rasa ini, mungkin aku bukan pilihanmu mas sekalipun diam-diam hatiku memilihmu.
Tik tok.. tik tok. Hpku berbunyi, ada WA yang masuk ke hpku. cepat-cepat kuambil hpku di meja berharap WA itu dari mas Dwi. Dan … Mas Dwi: “Lagi apa dek?” Aku: “LAgi nyantai aja mas” Mas Dwi: “Malam minggu kok nyantai? Cowoknya kemana?” Aku: “Nggak punya aku mas” Mas Dwi: “o.. ya udah. Tak temenin ya. Kita ke Alun-alun, yuk” Aku: “OK” Mas Dwi: “Ok. Tak jemput ya”
“Dek, kembang apinya bagus ya” ucap Mas Dwi tiba-tiba. Aku pun hanya membalasnya dengan anggukan dan senyum manis. “Sebenarnya aku mau bilang kalau aku sayang sama kamu” ucap mas Dwi. Aku tertegun menatap wajahnya, rasanya seperti mimpi saja cowok yang pas di hatiku sayang sama aku? Oh My God. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, kalimat itu hanya kubalas dengan senyuman malu-malu mau.
“Tuh kan bengong lagi. Maaf ya, aku nggak bisa membuat kata-kata yang romantis. Aku rasa kau tahu itu kan, dek” ucap Mas Dwi. Lagi-lagi aku balas ucapan mas Dwi dengan anggukan dan senyum malu-malu mau. Ternyata Tuhan mentakdirkan hubungan kami sampai ke jenjang yang lebih resmi.
“Belum selesai nulisnya?” ucap Mas Dwi. “Udah kok pa. Papa udah selesai sholatnya?” ucapku “Sudah kok” ucap Mas Dwi singkat “Pa, di putusan hakim besok papa harus berbuat seadil mungkin ya. Oh ya, toganya tadi sudah kumasukkan ke lemari” ucapku “Iya, terimakasih. Tentu, besok aku akan berusaha seadil mungkin. Sekarang tidur yuk. Aku capek” ucap Mas Dwi.
Ternyata selama ini tuhan selalu memutuskan hubunganku dengan mantan-mantanku karena tuhan akan menyandingkan aku dengan seorang hakim yaitu mas Dwi. Terimakasih ya Rab kau telah menyandingkanku dengannya.
Cerpen Karangan: Hamida Rustiana Sofiati Facebook: Https://www.facebook.com/zakia.arlho