Pagi sekali Arya sudah terbangun dari tidurnya, hari ini ada sesuatu yang harus dilakukannya. Mata Arya mengawasi kedepan tepat di sebuah Rumah yamg memiliki perkarangan yang cukup luas, ada sedikit kegugupan menyelimuti suasana hatinya.
‘Hm, Hari ini Aku harus berhasil’ Arya berjalan secara perlahan, matanya terus berkeliaran ‘Tapi Anjing galaknya apa sudah bangun ya, kalau sudah bangun wah gawat jadinya tapi, Demi membuat suasana keruh ini lebih baik Aku harus berani’ Arya menatap ke depan dan perlahan Dia menyelinap masuk kesebuah perkarangan rumah yang cukup luas tersebut. ‘Hm, sepertinya Anjing galak itu masih pulas, ini kesempatanku’ Arya percepat langkahnya.
Sesampai tujuan Arya mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya, sesuatu itu berupa sebungkus kado berpita biru. ‘hari ini merupakan hari Special untuknya, Sudah Satu tahun Dia memusuhiku dan ini merupakan kesempatanku untuk memperbaiki semuanya’ Arya mengawasi kesebuah jendela dan dengan tekat Dia perlahan mendekati jendela tersebut. Sebelum sampai di tujuan Arya tersentak saat tangan halus menyentuh bahunya. “Haaa!” Arya tersentak dan terduduk di tanah. “Hei!!, Apa-apan sih kamu ini” Suara lembut itu terdengar agak nyaring, Arya terpaku saat melihat siapa yang telah menyentuh bahunya. “Ka… Kamu Hadeh…” “Apa-apaan Kamu ini, main nyelinap ke rumah orang lain “Aku… Aku” “Kamu pasti punya niat tidak baik? Hm, pasti Kamu mau mencuri ya” “Bukan, jangan salah paham dulu, Aku kesini karena…” “Gary!! Gigit orang ini” “Hei… tunggu dulu penjelasanku…” “Gary…” Gary yang dipanggil rupanya adalah seekor anjing herder yang cukup besar dan terlihat galak.
“Kamu kok tega gitu sih Raisya, Aku kan bukan penjahat” Wajah Arya terlihaat memelas. “orang yang main sembunyi-sembunyi masuk ke rumah orang lain, itu apa bukan penjahat namanya” “Hadeh, anak kecil ini, Ok Ok, Aku memang salah, tujuanku kesini tu bukan untuk berniat jahat tapi mau nyerahin ini ke-kakakmu” Arya terlihat pasrah, di lain tempat terlihat Gary si anjing galak terus mengawasi dengan galaknya dan sesekali Dia menyalak sebagai tanda kalau si anjing siap menyerang. “Oh begitu, jadi Kamu menyelinap pagi-pagi kesini hanya untuk ngasih kado untuk ulang tahun kakakku Ya” “begitulah” jawab Arya lemah. “tapi itu kan bisa Kamu serahin ntar malam, saat acara nanti” “Ya, Tapi sayangnya Aku nggak diundang untuk acara malam ini” “kok bisa, Kamu kan teman sekelas Kakakku” Raisya mengerutkan keningnya. “ya memang sih, tapi Kamu kan tahu sendiri sejak setahun yang lalu hubunganku dengan Kakakmu jadi berantakan dan sampai sekarang Kakakmu masih memusuhuiku” “Iya sih, tapi..” “Raisya? Ada apa sih ribut-ribut” Satu suara lembut menegur dari balik rumah. “Sstt, jangan bilang kalau Aku ada disini” Arya cepat menyingkir ke arah depan di tempat yang agak terlindung. “Oh, Bukan apa-apa kak, cuman ini Kak” Raisya menekan suaaranya lalu melanjutkan ucapannya “ada tikus cecurut yang berani nyelinap ke rumah kita” “kok bisa” Sahut suara dari dalam. “Ya, tapi nggak usah kuatir Tikus cecurutnya sudah kabur ketakutan saat mendengar suara dari Kakak yang merdu” “dasar Kamu ini..” Perlahan suara dari balik jendela itu menjauh. ‘buset ni anak, Aku dibilang tikus cecerut’ Arya terlihat mengomel sendiri.
“Hei…” “Namaku Arya bukan Hei, kayak tidak kenal saja” “Ya apalah, sebaiknya Kamu pulang sana” Raisya seorang Gadis ABG berusia 15 tahun yang agak tomboy itu mengusir pergi Arya “Sudah tahu Kakakku membencimu kenapa juga berani untuk ngasih Kado, dasar kurang kerjaan” “Ya itu kan sebagai usahaku untuk memperbaiki keadaan, walau bagaimanapun Aku dan Kakakmu dulunya kan cukup dekat” “Cih, cukup dekat apanya, seingatku kan Kamu itu selalu membuat Kakakku kesal saja” “Dasar Anak kecil seperti Kamu itu tahu apa sih” Arya balikkan tubuhnya dan perlahan melangkah menjauh dari perkarangan rumah Raisya, Kado yang disiapkan itu dimasukkan kembali dibalik bajunya.
Raisya mengawasi kepergian Arya dan dari balik tatapanya terdapat sesuatu yang lain “Dasar cowok nggak berguna, beraninya Dia bilang kalau Aku anak kecil, awas saja nanti” Perlahan Raisya masuk ke dalam rumahnya, dan di ruang tengah Dia melihat Kakaknya yang sudah siap dengan seragam SMU sedang duduk dengan segelas Susu di tangannya, perlahan Raisya mendekati kakaknya. “Kak, Aku boleh nanya nggak” “nanya apa, kamu ini…” Mata Sasa yang bening mengawasi adiknya sekilas lalu kembali sibuk dengan persiapannya. “Diacara nanti malam apa Kakak mengundang Arya?” “kayaknya nggak…” “kenapa Kak? Kenapa Kakak nggak mengundang Arya, Dia kan selain teman sekelas Kakak Dia juga merupakan tetangga Kita” “bukannya Kakak nggak mau ngundang Dia tapi Kakak takut Dia nanti bikin ulah, tapi untuk apa juga tu anak diundadng, nggak penting” “Maksudnya?” “Kamu tentunya masih ingat kan Saat Kakak ulang tahun yang ke-16, tahun kemarin?, Kakak saat itu sangat malu karena Tu anak” Sasa terlihat sangat gusar mengingat kejadian satu tahu itu “secara memalukannya mengatakan kalau Dia adalah tamu Istimewalah, coba serasi dengan pakaiannya sih nggak apa-apa ini pakaiannya norak sekali dan yang lebih memalukan lagi Dia secara beraninya mencium Kakak, kalau ingat itu Kakak Semakin membencinya” “Kok bisa begitu Kak, Itu kan Biasa saja” “Biasa saja katamu, Kamu Tahu kan gara-gara peristiwa saat itu Kakak diputusin sama Ridho, padahal kan Kakak baru saja jadian sama Ridho” “oh, jadi itu makanya Kakak membenci Arya sampai sekarang” “ya begitulah, Kakak sudah mencoba memaafkannya tapi tetap saja hati Kakak masih belum bisa untuk itu” “Sampai kapan Kakak terus menendam, menendam itu nggak baik lo kak” “Ya, Kakak tahu itu tapi Entahlah, yang pasti untuk saat ini Kakak masih membencinya” “Tapi ngomong-ngomong, Kalau Raisya perhatikan Sepertinya Dia menyukai Kakak lo” “Hei, itu menggelikan, dasar pungguk merindukan bulan” “Kak Sasa kok sombong begitu sih, itu nggak boleh lo Kak, kata orang dulu kalau kita membenci atau meremehkan sesuatu kita nanti bisa kualat lo” “Ah takhayul, Ini bukan sombong tapi ini kenyataan, Dia itu memang nggak pantas untuk menyukai Kakakmu ini, Cowok tengik seperti Dia itu, ah nggak usah dibahas membuang waktu saja” Sasa melangkah kedepan dan Dia tanpa Pamit kepada orangtuanya langsung saja berangkat ke sekolah.
“Dasar, Kakak ini, kok sombong gitu” Raisya terlihat sedikit kurang puas akan sikap Kakaknya itu. “Raiysa, Kamu kok ngedumel sendiri gitu, Ada apa…” “Mama…” “Kakakmu apa sudah berangkat” “Ya… tu baru berangkat” “Kamunya kok belum bersiap, ntar kamu terlambat lo” “Ya ini juga mau mandi” Rasiya bergegas dan berlalu.
Rani menyiapkan sarapan untuk Suami dan Anaknya, Sang Suami terlihat sudah siap dengan pakaiannya untuk berangkat ke kantor. “Ma, Sasa mana?” “Sasa sudah berangkat ke sekolah, Pa” “Dasar anak itu, kenapa juga nggak pernah sarapan bersama” “Sudah to Mas, itu kan sudah kebiasaan Sasa sedari dulu” “Oh ya bagaimana acara Sasa nanti malam” “Itu sudah Mama Siapkan” “Baguslah, Tapi sepertinya Papa tidak bisa Hadir nanti malam, Papa ada lembur, ada laporan kerja yang harus Papa selesaikan dan kemungkinan sampai larut malam baru selesai” “Mas ini Kok Begitu to” Rani kurang setuju akan keputusan Suaminya tapi dengan cepat sang Suami memotong ucapannya. “Bilang saja Papa sangat Sibuk” Rani melihat ketegasan dari ucapan sang Suami jadi tidak berani untuk meneruskan ketidak puasannya atas keputusan sang suami.
Kita kembali ke-Arya, Arya yang baru saja misinya gagal itu terlihat lesu. Arya melangkah gontai dan menuju kembali ke Rumahnya. Rumah Arya dan Rumah Sasa ternyata tidak begitu jauh jaraknya hanya selisih 5 rumah saja. Arya dan Sasa sudah berkenalan sekitar Dua tahun yang lalu, saat itu hubungan mereka cukup bisa dikatakan Akrab, tapi setelah kejadian tahun kemarin semua jadi berubah seratus delapan puluh derajat.
Saat itu dimana Sasa merayakan ulang tahunnya yang ke-16, dan ketika Sasa memotong kue ulang tahunnya dan mau meyerahkannya kepada Sang Pacar, tetapi tepat disaat itu Arya dengan penuh percaya diri menyerobot kue dari tangan Sasa dan yang lebih berani lagi secara cepat Arya mencium pipi Sasa dan mengatakan ‘Terima Kasih ya Sasa sayang’ Saat itu Sasa terpaku dan tidak tahu harus berbicara apa, Arya tambah berani dan mengatakan kalau Dia adalah tamu specialnya Sasa. Semua jadi kacau, Ridho sang pacar sebenarnya jadi cemburu besar dan dengan tegas Ridho mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungannya dengan Sasa yang sebenarnya baru saja resmi seminggu. Sasa marah dan membenci Arya dan mulai saat itulah hubungan Arya dan Sasa menjadi merenggang. Arya terus berusaha untuk mencari simpati Sasa namun tetap saja Sasa tidak bergeming, dan semua itu sudah berlalu satu tahun namun Sasa tetap saja masih belum bisa untuk menerima keadaan, Dia masih saja membenci Arya sampai saat ini.
Sesaat kemudian, Arya sudah siap dengan seragam SMUnya dan setelah berpamitan dengan Ibunya Dia melangkah Pergi ke sekolahnya dengan sepeda motor kesayangannya, Honda Tiger 2000 yang masih terawat.
Di kelas terlihat ramai, Sasa disana terlihat penuh senyuman “Makasih ya, dan ingat nanti malam kalian harus datang” “Itu so pasti lah” “Oh ya Sa, Arya Kamu undang nggak?” Tanya salah satu teman dari Sasa yang bernama Teni, Sasa dengan wajah masam menjawab. “Tidak akan pernah, sampai kapanpun Aku tidak akan pernah mau berhubungan dengan yang namanya Arya itu” “Kamu kok segitunya sih Sa, biar bagaimanpun Arya kan pernah jadi teman dekatmu” “teman dekat apaan, asal kalian Tahu saja, Arya itu selain nggak tahu malu juga merupakan cowok yang Kolot dan menyebalkan, cowok seperti itu tidak pantas dijadikan sahabat apalagi lebih dari…” “Jadi Kamu sangat dendam dan membenci Arya ya” “ya, Aku sangat membenci dan..” Perkataan Sasa terhenti saat orang yang dibicarakannya itu masuk ke kelas. Yang masuk itu memang Arya adanya, dan Arya ternyata cukup jelas mendengar semua perkataan dari Sasa tadi. Arya sebenarnya tidak mau ambil peduli tapi ternyata ada beberapa suara yang membuatnya semakin tidak kuasa menahan kesabarannya.
“Di kelas kita, Dia satu-satunya yang tidak diundang Sama Sasa” “Kok bisa ya padahal kan Dia dulunya adalah orang specialnya Sasa” “Bukan itu saja, Dia juga merupakan tetangga Dari Sasa” “Benar-benar Ironis ya”
“Hei cecurut tengik, kalian lagi ngomongin apa disitu” Arya yang sadar kalau dirinya lagi diperdebatkan jadi sedikit emosi. “bukan, kita bukannya lagi ngomongin kamu kok Ar” “emang Aku tuli, omongan kalian itu cukup keras untuk Aku dengar” Arya menghampiri teman sekelasnya yang tadi memperdebatkan dirinya “Mau diundang atau tidaknya, itu bukan urusan Kalian, tahu…” “Yaya…, maaf deh Ar…” sekelompok teman sekelasnya itu memubarkan diri, mereka agak takut dengan sikap Arya yang emosi itu. “Kamu lagi marah apa?, apa yang mereka omongin itu kan merupakan kenyataan” Arya menoleh ke arah sumber suara, rupanya itu adalah Sasa. “Aku belum pernah menemukan orang yang sangat penendam seperti Kamu” Arya menatap tajam, Arya sebenarnya ingin mencari kesempatan untuk memperbaiki hubungannya tapi kesabarannya sudah habis. “Apa maksud perkataanmu itu” Sasa balas menatap kearah Arya. Arya perlahan mendekati Sasa “sebenarnya Aku sudah lama mau ngomong ini Ke kamu” Arya semakin mendekat dan berhenti saat jaraknya dengan Sasa tingggal dua langkah lagi, merupakan jarak yang cukup dekat” Apa yang Aku lakukan satu tahun lalu itu adalah untuk menyelamatkan Kamu dari tangan Ridho, si Playboy itu” “jangan sembarangan kalau berbicara dan jangan sok menjadi pahlawan, emang tahu apa kamu tentang Ridho” Sasa terlihat semakin marah “yang Aku tahu saat itu Kamu sudah menghancurkan perasaanku tau!!” “Percuma, Percuma Aku berbuat baik kepadamu, seandainya Aku tahu begini jadinya Aku tidak akan pernah mempedulikanmu” “Aku tidak pernah minta untuk Kamu pedulikan” Sasa semakin meledak, kelopak matanya mulai dibashai air bening “Aku sangat membencimu sampai kapanpun Aku tidak akan memaafkanmu, jadi berhentilah untuk mencari simpatiku” Sasa menekan suaranya, Arya terpaku menatap Sasa “Suatu saat Kamu akan mengerti dan disaat itu dimana Kamu tahu kenyataannya, kuharap Kamu tidak menyesal akan perkataan yang telah Kamu ucapkan tadi, dan Aku sudah memutuskan mulai detik ini Aku tidak akan pernah mengganggumu lagi” Arya menatap sendu “tapi satu hal yang harus Kamu tahu apa yang Aku lakukan ini itu karena Aku, Aku sangat menyukaimu, menyukaimu sampai Aku tidak menyadari betapa bodohnya Aku, Aku terlalu bodoh mengharapkanmu untuk mengerti perasaanku” Mata Arya terlihat semakin sayu dan terlihat betapa hatinya saat ini begitu sakit akan perkataan Sasa barusan itu. “Baguslah kalau kau mengerti betapa bodohnya dirimu itu, dan Aku tegaskan, Apapun kenyataannya nanti Aku tidak akan peduli karena di mataku Kamu adalah P-E-N-J-A-H-A-T, Karena apa yang telah terjadi itu tidak akan pernah bisa dikembalikan lagi…”
Keributan antara Sasa dan Arya itu sudah memancing keramaian di dalam kelas, Arya terlihat begitu tidak Stabil dan dengan tanpa kata Dia melangkah keluar dari dalam kelas. Sasa terus mengawasi Kepergian Arya dan di dalam hatinya terdapat satu debaran, entah debaran apakah itu yang pasti ada sedikit kegalauan di dalam pikiran dan hatinya.
Arya menjalankan motornya dan menjauh dari sekolahnya, Dia tidak bisa kosentrasi untuk hari ini karena pikirannya diliputi kekacauan.
Apakah makna dari balik ucapan Arya saat di kelas tadi itu? Apa yang akan dilakukan Sasa jika disuatu saat nanti Dia mengetahui kebenaran yang sebenarnya, Apakah benar Dia tidak akan menyesal akan perkataanya? Dan kebenaran apakah itu? Semua akan terungkap dalam episode berikutnya… Bersambung ke bagian 2.
Cerpen Karangan: Jainal Hariadi Blog / Facebook: Jainal Hariadi